ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 7 Agustus 2022

MEWARISKAN SIFAT BAIK KEPADA ANAK

Budaya Bali sangat mengutamakan pewarisan nilai-nilai hidup. Apa yang dianggap perbuatan luhur dalam masyarakat Bali? Menggali sumur. Tetapi menggali seratus sumur masih kalah luhur dari membuat empang yang bisa dimanfaatkan seluruh penduduk desa. Tetapi…membuat seratus empang masih kalah luhur dari yadnya, yaitu melakukan persembahan bagi Sang Hyang Widi Wasa. Tetapi… melakukan seratus yadnya masih kalah luhur mendidik seorang anak menjadi suputra (= anak yang berkelakuan baik). Itulah perbuatan paling luhur dari segala perbuatan luhur: mewariskan sifat baik kepada anak. (Andar Ismail: Selamat Mewaris, hal. 84).

Banyak orang tua bergulat dengan dengan anak-anaknya. Pada satu sisi anak adalah anugerah yang menghadirkan kebahagiaan. Tetapi pada sisi yang lain juga memberikan tanggung jawab yang tidak ringan untuk masa depan mereka. Penulis Kitab Amsal mengatakan: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman padamu dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17). Pendidikan untuk anak dimulai dari orang tua. Pendidikan ini tentu saja untuk membekali anak agar dapat menjalani hidup dengan benar. Pendidikan ini akan membuat ia hidup menurut jalan yang patut. Bahkan sampai pada masa tuanya (Amsal 22:6). Pendidikan akan jalan yang benar tidak hanya berguna bagi anak dan masa depannya. Juga memberikan ketentraman dan sukacita pada orang tua. Orang tua mana yang tidak akan merasa tentram dan sukacita bila melihat dan mendengar anak-anaknya berjalan di jalan yang benar. Dalam hidup ini kita menyaksikan banyak orang tua di masa tuanya justru khawatir dan cemas dengan kehidupan anak-anaknya. Mengapa? Mereka melihat dan menyaksikan bagaimana anak-anaknya menyimpang dari jalan yang “patut baginya” (Amsal 22:6)

Oleh karena itu penting bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dengan cara yang benar. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus mengatakan: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Juga dalam Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa, jangalah sakiti hati anakmu, supaya ia jangan tawar hati.” Pendidikan yang benar (tidak membangkitkan amarah dan tidak menyakiti hati) akan memberikan pengalaman indah dalam diri anak-anak. Pengalaman indah ini akan membuat mereka mengingat dan menghidupi apa yang orang tua ajarkan dalam hidup mereka. Semua itu akan menjadi warisan yang terus hidup dan terpelihara dalam hidup mereka. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagaimana orang tua mempraktikkan gaya hidup sebagai orang beriman. Setiap pilihan dan sikap dalam menghadapi masalah dalam hidup, bila dilakukan dalam penghayatan yang benar dalam relasi dengan Tuhan akan menjadi contoh yang nyata bagi anak bagimana hidup beriman kepada Kristus.

Apa yang dikatakan dalam Kejadian 15:8; “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran.” Abraham sedang gundah dan resah memikirkan siapa yang akan mewarisi hartanya (Kej.15:2). Apakah hartanya akan dimiliki oleh Eliezer, hambanya, karena ia tidak memiliki anak? Bagi Abraham yang mendapatkan banyak berkat berupa kekayaan, risau untuk siapa harta itu nantinya. Bagi TUHAN, yang penting adalah bagaimana Abram menyikapi janji TUHAN. Ini menjadi lebih penting. Bila Abraham mewariskan sikap yang benar, (melalui contoh hidupnya yang tetap percaya kepada janji TUHAN walupun kelihatan mustahil) hal ini akan lebih penting dan berguna bagi keturunannya dibandingkan warisan hartanya.

Warisan harta bisa habis bahkan bisa jadi bahan pertengkaran antar saudara demikian kata orang bijak dan banyak kisah. Apa yang akan Saudara wariskan?

Forum Pendeta


Minggu, 14 Agustus 2022

KEBIASAAN BAIK

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (Lukas 4:16)

New habits atau kebiasaan baru dirasa lebih tepat dari pada new normal (pola kenormalan baru) dalam menyikapi pandemi Covid-19. New normal seringkali dipahami masyarakat kembali ke kehidupan normal sebelum pandemi terjadi. New habit atau kebiasaan baru, yang mana kunci terpenting adalah kedisiplinan hidup menekankan pada kebiasaan baru dalam hidup di masa pandemi. Setiap orang perlu belajar dengan disiplin untuk hidup dengan kebiasaan baru seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan, serta mengurangi percakapan saat makan bersama. Semua ini harus dilakukan dengan kesadaran diri bukan keterpaksaan. Pada awalnya hal ini selalu merepotkan, tetapi inilah yang membuat kita bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.

Sebuah kebiasaan perlu dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi bagian dari hidupnya. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan beragama. Berbagai kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan beragama berasal dari kebiasaan yang kita warisi dari generasi sebelumnya. Apa yang dilakukan Yesus yang dikisahkan dalam Lukas 4:16 memberikan gambaran yang indah tentang kebiasaan dalam kehidupan beragama. Kata “kebiasaan” (terjemahan dari Yun. eithos) dalam ungkapan “menurut kebiasaan-Nya”. Jelas tertulis bahwa setiap Sabat (hari Sabtu) Yesus pergi ke Sinagoge sesuai dengan kebiasaan. Sejak kapan Yesus memiliki kebiasaan itu? Bisa jadi sejak kecil. Dari mana datang kebiasaan itu? Mungkin dari orang tuanya.

Ya, orang tua adalah contoh atau model yang dapat mengajarkan berbagai kebiasaan dalam kehidupan anak-anaknya. Rumah adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar berbagai kebiasaan yang akan mewarnai hidupnya. Biasa bangun pagi. Biasa merapikan tempat tidur. Biasa berdoa setelah bangun pagi. Biasa menyapa orang tua dan saudara dengan kasih. Biasa mandi pagi dan menggosok gigi. Biasa pergi ke gereja di hari Minggu. Biasa membaca renungan setiap hari. Biasa mencuci tangan sebelum makan atau setelah berpergian. Berbagai kebiasaan akan membentuk dan mewarnai kehidupan seseorang dan ini akan mempengaruhi jalan hidupnya ke depan. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15: 33 mengatakan: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”. Jika sejak dini kita sudah hidup dalam kebiasaan yang baik, maka kita akan memiliki daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh buruk yang berasal dari pergaulan yang ada. Bayangkan kalau kita tidak mengenal dan mempunyai kebiasaan baik dalam hidup sebagai pribadi, keluarga, jemaat, atau masyarakat. Contoh yang nyata adalah kebiasaan hidup bersih. Setiap orang tahu betul manfaat hidup bersih. Mengapa banyak orang yang tidak memiliki atau membangun kebiasaan ini? Mungkin karena tidak ada yang memberi contoh. Atau bisa jadi tidak ada kebiasaan hidup bersih yang menjadi budaya di mana ia tinggal. Atau karena tidak adanya disiplin dalam diri sesorang untuk membangun kebiasaan dalam dirinya, walaupun contoh, himbauan bahkan peraturan terbentang di depannya.

Hidup beriman dan hidup sehari-hari tidak terlepas dari berbagai kebiasaan dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi yang membuat kita mengerti mengapa kita beribadah di hari Minggu, misalnya. Mengapa kita harus mempunyai kebiasaan belajar dengan giat dan bekerja dengan rajin? Mengapa kita harus biasa membaca Kitab Suci? Mengapa kita harus biasa berdoa? Mengapa kita harus biasa bersyukur? Mengapa kita harus biasa berbuat baik? Mengapa kita harus biasa berkata sopan? Mengapa kita harus bisa menjaga perasaan orang lain. Pada akhirnya semua ini bukan hanya kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Semua itu akan membawa kita pada pengenalan diri: siapa saya dalam relasi dengan Tuhan, sesama dan semesta.

Forum Pendeta


Minggu, 21 Agustus 2022

PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT

Tema HUT RI ke-77 digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Tema besar HUT RI tahun 2022 dilatarbelakangi peristiwa yang terjadi di Indonesia selama dua tahun terakhir. Tema ini diusung melihat kecemasan sosial hingga tekanan ekonomi berat yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.

Tema HUT RI ke-77 yang diusung menggambarkan semua elemen Bangsa Indonesia bergerak bersama dan bergotong royong untuk mewujudkan harapan di tengah keterpurukan. Kinerja dari pemerintah dan gerakan dari masyarakat bersinergi bersama untuk mencapai percepatan pemulihan kondisi di semua sektor.

Menggunakan tema HUT RI ke-77 yang menarik akan membuat acara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia lebih bermakna. Melalui tema besar yang telah disusun oleh pemerintah, terdapat sejumlah sub tema kegiatan yang dapat digunakan. Berikut 20 ide tema HUT RI ke-77 yang dapat digunakan dalam kegiatan menjelang hari Kemerdekaan RI:

# Jaga Persatuan, Perkokoh Nasionalisme untuk Menjadi Bangsa yang Kuat
# Indonesia Maju, Rakyat Kuat dan Mandiri
# Memperkuat Persaudaraan Menuju Indonesia Jaya
# Memupuk Semangat dan Solidaritas dalam Nuansa Kemerdekaan HUT RI ke-77
# Kobarkan Semangat Proklamasi Kemerdekaan RI: Berani Berkorban demi Kepentingan Bangsa dan Negara
# Indonesia Sehat, Indonesia Bangkit

# Saling Jaga dan Toleransi, Negeriku Kuat Indonesia
# Semangat Berjuang, Semangat Hidup Sehat. Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
# Wujudkan Generasi yang Unggul dan Bermutu, Rakyat Bahagia, Negara Sehat
# Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat dengan Semangat Gotong Royong
# Pulihkan Indonesia Kita! Bersama Bangkit Teruskan Cita Para Pahlawan Bangsa
# Bangun Spirit Persatuan untuk Membangun Bangsa
# Memupuk Semangat dan Solidaritas dalam Nuansa Kemerdekaan HUT RI ke-77

# Dengan Semangat Proklamasi Bersama Gotong Royong Membangun Lingkungan Sehat
# Pemuda Bangkit Bangun Bangsa Indonesia Berjaya!
# Satukan Tekad Menuju Indonesia Berdaulat
# Tingkatkan Kapasitas Menuju Generasi Muda Unggul
# Peran Generasi Muda Wujudkan Negara Indonesia Kuat dan Bermartabat
# Generasi Muda Hari Ini Adalah Pemimpin Masa Depan
# Bersatu dalam Keberagaman, Perkuat Persaudaraan, Wujudkan Bangsa yang Kuat.*

Siapa yang tidak merasakan tekanan selama 2 tahun terakhir yang disebabkan pandemi Covid-19? Kita semua merasakan kecemasan sosial dan tekanan ekonomi serta pergumulan kesehatan baik fisik maupun mental. Apakah semua ini melemahkan kita? HUT RI ke-77 memberikan semangat dan kekuatan kepada kita semua. Kemerdekaan mengingatkan kita akan rahmat Allah yang telah menyertai perjuangan Bangsa Indonesia dalam perjuangan melawan penjajah. Rahmat dari Tuhan Allah yang mengasihi bangsa Indonesia memberikan kekuatan untuk mengatasi semua tantangan secara bersama-sama. Berjuang secara bersama-sama untuk pulih lebih sehat, bangkit lebih kuat. Pemulihan adalah harapan semua manusia dari semua keterpurukan. Bukan hanya pulih tetapi juga menjadi lebih kuat karena telah melewati rintangan dan memiliki daya juang untuk mengalahkan semua tantangan. Dan semua itu kita dasarkan pada pengharapan kita kepada Allah, yang mengasihi kita semua. Seperti yang diungkapkan oleh Yesaya dalam Yesaya 38:16; “Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh!”

Selamat berpulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat bangsaku Indonesia di dalam anugerah-Nya.
*https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6229087/20-ide-tema-hut-ri-ke-77-penuh-makna-dan-harapan-bagi-indonesia.


Minggu, 28 Agustus 2022

MELANGKAH BERSAMA TUHAN YESUS

Nyanyian ziarah. Aku memandang ke gunung-gunung, dari mana datang pertolongan bagiku?
Pertolonganku datang dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi.
Ia tak akan membiarkan engkau jatuh, pelindungmu selalu berjaga.
Sesungguhnya, pelindung Israel itu tak pernah mengantuk atau tertidur.
TUHAN akan menjagai engkau, Ia di sampingmu untuk melindungi engkau.
Engkau takkan sakit karena matahari di waktu siang, atau karena bulan di waktu malam.
TUHAN akan melindungi engkau dari mara bahaya, Ia menjaga engkau supaya hidupmu selamat.
Ia melindungi engkau waktu engkau datang dan pergi, sekarang dan selama-lamanya.

MAZMUR 121

Siapa yang tidak pernah takut, khawatir, gelisah dan merasa tidak nyaman ketika menghadapi sesuatu yang baru dalam hidupnya? Saat anak-anak memasuki jenjang-jenjang yang baru dalam pendidikannya, tidak sedikit anak-anak dan orang tua yang takut. Anak-anak takut dengan lingkungan, teman, guru, pelajaran yang baru. Orang tua juga takut apakah anak-anaknya dapat menghadapi hal-hal yang baru dan berbeda dalam hidupnya. Banyak mahasiswa baru yang juga takut dan khawatir memasuki dunia kampus dengan semua dinamikanya. Saat masuk kerja pertama kali. Saat pindah tempat tinggal. Saat memasuki kehidupan rumah tangga. Saat memiliki anak dalam pernikahan. Semuanya membentangkan jalan baru yang membutuhkan keberanian untuk menjalaninya.

Pemazmur juga merasakan hal yang sama, saat ia harus meninggalkan Yerusalem, tempat di mana ia beribadah dan harus kembali ke rumahnya. Di depan membentang jalan panjang yang menantang. Di berbagai tempat mengintai bahaya yang tiba-tiba bisa menyergap mereka. Bukan hanya perampok atau binatang buas tetapi juga kuasa-kuasa gelap yang membayangi di sepanjang jalan yang mereka lalui. Apakah semua ini membuat pemazmur tidak berani melangkah dan hanya berdiam diri saja? Tidak! Perjalanan tetap harus ditempuh, waktu tidak bisa menunggu. Lalu apa yang membuat pemazmur berani melangkah?

Pemazmur mengandalkan dan meyakini pertolongan dari TUHAN akan menyertainya. TUHAN Allah yang menjadikan langit dan bumi. Bisa jadi ada kuasa-kuasa yang mereka temui di jalan-jalan yang mereka lalui. Pemazmur percaya kuasa-kuasa itu tidak akan membuatnya jatuh. Tidak akan membuat kakinya goyah. TUHAN Allah yang ia yakini tidak akan membiarkan dirinya melangkah dan menghadapi semua itu seorang diri. TUHAN akan menjaga pemazmur dari setiap hal yang dapat membahayakannya. TUHAN akan menjaga setiap langkah hidupnya.

Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam menjalani setiap langkah hidup yang tidak pasti, menakutkan dan belum kita kenal adalah dengan siapa kita melangkah. Bila kita melangkah bersama dengan Sang Pencipta dan Pemilik Kehidupan, maka kita memiliki keberanian untuk melangkah, sekalipun kita harus memasuki rimba kehidupan yang penuh dengan mara bahaya. Apa yang akan Saudara hadapi hari esok Saudara tidak tahu. Perubahan apa yang terjadi dan membuat kita tak berdaya juga tidak semuanya bisa kita prediksi. Inilah yang membuat kita berani melangkah: “Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang. Lihat lagu dari PKJ 241: Tak ‘Ku Tahu Kan Hari Esok.

Gereja Kristen Indonesia melangkah bersama Yesus selama 34 tahun karyanya di Indonesia. Perjalanan selama 34 tahun penuh dengan liku dan tantangan. Juga godaan. Semua itu dapat dijalani dan dilalui bersama Yesus, Sang Kepala Gereja. Apakah Langkah ke depan semakin mudah? Kita tidak tahu. Satu hal yang harus kita lakukan adalah terus dan senantiasa melangkah bersama Tuhan Yesus.

Apakah ini semua berarti kita tidak akan menghadapi penderitaan, pergulatan, pergumulan dan kesulitan dalam langkah-langkah hidup yang kita jalani? Tidak! Tuhan Yesus tidak akan “menganak emaskan”, menyingkirkan semua kerikil yang menyakitkan kaki kita atau onak duri yang membuat kita terluka. Tuhan Yesus akan menyertai dan hadir dalam setiap pergumulan kita. Ia menemani kita tumbuh dewasa dalam iman, sehingga kita menjadi anak-anak yang tumbuh dan tangguh. Percayalah malam pun menjadi tempat yang menyenangkan karena Ia terus membimbing kita, anak-anak-Nya. Amin.

Forum Pendeta