ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 1 November 2020

52 TAHUN GKI PENGADILAN BOGOR

MENGHADAP TUHAN DENGAN SUKACITA

Ulang tahun menjadi momen yang indah bagi banyak orang maupun lembaga. Tidak terkecuali gereja. Ulang tahun menjadi pengingat, dilambangkan dengan angka, akan apa yang sudah terjadi, sedang dihadapi dan yang akan terjadi. Saat angka dituliskan, yang menunjukkan jangka waktu (anak,muda, atau tua) akan menjadi dasar evaluasi diri. Ya, angka seringkali menjadi tolok ukur saat ulang tahun dirayakan.

GKI Pengadilan Bogor, pada tanggal 31 Oktober, bertepatan dengan hari Reformasi merayakan ulang tahun yang ke- 52. Hari lahir yang diselimuti pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Tidak ada perayaan dan selebrasi. Tidak ada berbagai acara yang mewarnai hari yang indah ini. Bisa jadi karena angka 52 bukan angka yang spesial, seperti angka 25, 50 atau 100. Atau karena situasi dan kondisi yang sedang menyelimutinya, sehingga seakan-akan tidak terasa?

Tema ibadah Minggu, 1 Oktober 2020: “MENGHADAP TUHAN DENGAN SUKACITA” dengan bacaan dari Mazmur 43:1-5 (3-5). Latar belakang dari kehidupan umat Allah yang mengalami tekanan dan kerinduan akan perjumpaan dengan TUHAN, saat ini kita rasakan karena pandemi Covid-19. Kapan kita dapat pergi ke rumah Tuhan, menjadi pertanyaan dan pergumulan yang nyata.

Syukurlah itu semua tidak membuat umat kehilangan seluruh pengharapannya. Apa yang terjadi tidak membuat mereka kehilangan keyakinan kepada Allah yang menjadi sumber pengharapan. Terang dan kesetiaan TUHAN Allah menghampiri dan menuntun umat-Nya. Terang-Nya menembus kabut kelam dan suramnya kehidupan. Kesetiaan-Nya menyapa dan menghiburkan jiwa yang tertekan. Inilah yang membuat umat dapat terus melangkah, menghadap Allah: sumber sukacita dan kegembiraan. Kita boleh lemah dan terbatas, tetapi kita hidup dengan Allah yang menjadi penolong kita. Situasi dan kondisi boleh menekan, membatasi dan menghadirkan ketidakpastian, tetapi kita hidup bersama Allah yang kesetiaan-Nya sungguh nyata dan pasti.

Mari kita merayakan hidup yang Tuhan Yesus anugerahkan dengan syukur. Bukan karena segala sesuatu baik dan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita bersyukur dan bersukacita karena kita menjalani hidup yang tidak mudah ini bersama Allah yang senantiasa menuntun dan menopang kita. kita merayakan hidup bersama dengan Allah yang senantiasa bersedia menjumpai kita dalam keterbatasan kita.

SELAMAT ULANG TAHUN GKI PENGADILAN, BOGOR. SELAMAT MERAYAKAN HIDUP DALAM TUNTUNAN KASIHNYA. TERANG DAN KESETIAAN KRISTUS MENUNTUN DALAM SETIAP KARYA:
HARI INI DAN ESOK

Forum Pendeta


Minggu, 8 November 2020

JADILAH BIJAK

“Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas” (Amsal 30:25)

Suatu hari semut yang sedang bekerja mengumpulkan makanan berjumpa dengan seekor jangkrik yang sedang bersantai. Jangkrik itu bertanya, “Mengapa engkau repot-repot bekerja, melelahkan diri. Lihatlah aku, santai dan menikmati hidup.” Semut menjawab, “Kami bekerja keras mengumpulkan makanan selama musin panas, agar ketika musin dingin datang datang kami punya persediaan makanan dan dapat tetap hidup.” Lalu jangkrik mengejek semut sambal tertawa sini: “Buat apa repot- repot mengumpulkan bekal untuk hari esok. Lihat aku menikmati hidup dan tidak perlu memikirkan hari esok,” katanya. Musim panas sudah usai dan musim dingin menjelang. Semua binatang masuk ke sarang masing-masing yang hangat dan berlimpah makanan. Tidak demikian dengan jangkrik, ia tidak punya bekal makanan. Maka ia berkeliling ke sana ke mari. Meminta belas kasihan dari binatang yang lain. Saat ia tiba di sarang semut ia berkata: “Bagilah kepadaku sedikit makanan. Aku sudah berhari-hari tidak makan. Aku sangat kelaparan.” Semut berkata, “Maaf makanan yang kami kumpulkan harus cukup untuk kami sampai musim dingin ini berakhir. Coba kalau engkau mengumpulkan bekal seperti kami di musim panas, pasti kamu tidak akan kelaparan saat ini.” Penyesalan selalu datang terlambat.

Injil Matius 25:1-13 bercerita tentang 10 orang gadis yang bersiap menyambut mempelai. Semuanya bersiap dengan pakaian pesta. Semuanya membawa pelita. Dan semuanya tertidur karena mempelai lama datangnya. Mereka juga sama-sama bangun bersiap menyambut mempelai yang akhirnya tiba. Apa yang membedakannya? Akhir cerita menjadi kesedihan bagi lima gadis bodoh tetapi menjadi sukacita bagi lima gadis bijaksana. Lima gadis bijaksana mempunyai minyak yang berguna untuk menyalakan pelita yang hampir padam saat mempelai datang. Lima gadis bodoh tidak punya persediaan minyak. Saat mereka berusaha membeli minta, mempelai datang dan mereka tertinggal. Pintu tertutup dan mempelai mengatakan hal yang mengejutkan kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.“ (Mat.25:12)

Kerajaan Allah terbuka untuk semuanya, tetapi hanya orang-orang bijaksana yang akhirnya bisa masuk. Yaitu orang-orang yang tidak hanya mengaku mengenal Tuhan, tetapi yang melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Injil Matius 7:21 mengatakan: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Inilah kuncinya. Inilah minyaknya. Orang yang percaya dan melakukan kehendak Bapa. Oleh karena itu minyak dari gadis bijaksana tidak bisa dibagi kepada lima gadis bodoh. Bagaimana ketaatan dan kesetiaan hidup dalam kehendak Bapa bisa dibagi? Bukannya mereka bersikap egois tetapi memang hal itu tidak bisa dibagi.

Hidup sebagai orang bijaksana dan hidup sebagai orang bodoh tipis perbedaannya. Bahkan sepintas tidak kelihatan. Pada akhirnya Tuhan Yesus yang akan mengujinya. Pintu Kerajaan Allah akan tertutup atau terbuka, sepenuhnya ada di tangan Saudara. Saat ini jangan tunggu terlambat. Jadilah bijak.

Forum Pendeta


Minggu, 15 November 2020

TERBUKTI

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12)

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Ungkapan atau pepatah ini seringkali digunakan atau diucapkan dalam rangka mengajak seseorang untuk belajar dari apa yang telah terjadi. Pengalaman memberikan kepada manusia bukan hanya teori dan pengetahuan, tetapi pengalaman langsung yang memberi pelajaran berharga. Pada saat yang sama juga menjadi pembelajaran berharga bagi hidupnya: saat ini dan masa depan. Oleh karena itu tidak mengherankan bila orang yang mempunyai pengalaman akan lebih dicari dan dihargai di dunia kerja. Bukankah pengalaman seringkali dicantumkan sebagai salah satu persyaratan dalam sebuah iklan lowongan pekerjaan? Pengalaman menjadi bukti yang meyakinkan dan memberi nilai lebih dalam hidup seseorang. Tidak terkecuali dalam kehidupan orang beriman.

Kisah tentang talenta mengajarkan kepada kita bahwa yang kita perbuat terhadap apa yang dipercayakan kepada kita sangat menentukan hidup kita selanjutNya. Apakah kita akan dipercayai lagi atau kita akan kehilangan kepercayaan? Bukankah ini bergantung bagaimana kita mengelola apa yang dipercayakan kepada kita? Bagi hamba yang setia dan membuktikan itu dengan hasil, maka itu menjadi dasar baginya untuk mendapatkan kepercayaan lagi. Bagi mereka yang tidak mau bertanggung jawab, maka kepercayaan akan menghilang dari hidupnya. Ia tidak akan dipercaya lagi. Relasi dengan Tuhan menjadi dasar bagi setiap manusia untuk membentuk karakter dalam dirinya dan menjadi bukti bagaimana manusia menghidupi hal yang paling penting dalam hidupnya. Setiap manusia diajak dan diajar untuk belajar, sehingga setiap hari yang Tuhan Yesus anugerahkan menjadi bermakna dan tidak sia-sia.

Bagi pemazmur, mendapatkan hati yang bijaksana ia peroleh dari peziarahan hidup setiap hari. Berbagai peristiwa yang terjadi ia amati dan perhatikan. Pelajaran berharga ia dapatkan dari berbagai peristiwa yang rutin terjadi. Misalnya tentang umur, penderitaan, kefanaan, dosa dan kesalahan. Itu semua memberikan pengalaman yang berharga bagi hidupnya. Itu semua menuntunnya pada permohonan, jadikan pengalaman hidup setiap hari sebagai alat yang membuat hatinya bijaksana. Bukankah hanya gadis yang bijaksana yang dapat menyambut mempelai dengan layak dan masuk dalam kebahagiaan tuannya. Kiranya ini juga menjadi pengalaman yang indah untuk hidup Saudara dan saya. Dalam anugerah-Nya setiap kita didapatinya setia dan dapat dipercaya. Jadikan hidup sebagai pengalaman yang membuat kita bijaksana.

Forum Pendeta


Minggu, 22 November 2020

PENGHARAPAN DALAM HIDUP ATAU HIDUP DALAM PENGHARAPAN?

Apa artinya hidup bila sudah tidak lagi memiliki pengharapan? Buat apa berjuang dan berusaha kalau tidak ada lagi peluang? Untuk apa berharap pada sesuatu yang tidak pasti? Apakah kami masih punya dasar untuk berharap? Masih banyak pertanyaan yang kita lontarkan saat berhadapan dengan kenyataan hidup dan perjuangan yang kita jalani. Pengharapan menjadi menjadi kata-kata penghiburan dan kekuatan serta ajakan untuk terus berjuang. Bagaimana dengan Saudara apakah “pengharapan” itu masih memancarkan terangnya?

Dunia saat ini sedang berjuang untuk melawan pandemi Covid-19. Dunia sedang menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Dunia sedang berjuang untuk menemukan vaksin yang dapat membuat tubuh lebih kuat melawan Covid-19. Dunia sedang berjuang sedemikian rupa agar kehidupan terus berlangsung. Mereka masih memiliki harapan. Hal ini terwujud dalam berbagai sikap yang positif. Walaupun ada juga yang mungkin sudah kehilangan pengharapan, sehingga bersikap seenaknya atau masa bodoh.

Pengharapan adalah bagian penting dari hidup manusia, bahkan melampaui kehidupan manusia itu sendiri: lembah kematian. Inilah yang diungkapan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (1 Korintus 15:19). Pengharapan dalam diri kita sebagai manusia bisa jadi seringkali terbatas. Tidak mengherankan bila dalam hidupnya banyak manusia yang menyerah, berputus asa, mengambil jalan pintas dan hidup seenaknya. Bagi orang beriman, sumber pengharapan dalam kehidupannya adalah Kristus. Kristus yang adalah anugerah Allah kepada dunia, agar dunia tidak binasa (Yohanes 3:16). Hidup dalam Kristus adalah hidup dalam pengharapan. Pengharapan dalam kasih Allah yang diulurkan kepada manusia. Didalamnya manusia bisa mendapatkan kekuatan, inspirasi, semangat dan daya juang. Bukankah ada begitu banyak kisah hidup yang luar biasa maupun yang biasa yang menghadirkan kisah betapa ajaib, menyentuh dan inspiratif karena kasih Kristus. Sebagaimana kesaksian Paulus yang berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Banyak orang kehilangan pengharapan karena mereka tidak lagi percaya kepada Allah dan hidup di luar kasihNya. Minggu-Minggu Adven mengingatkan setiap kita akan kasih Allah yang terus mengalir dan menyapa dunia. Minggu Adven menandai awal tahun gerejawi. Bukan sebuah kebetulan, di tengah suramnya dunia karena himpitan corona, pengharapan dari Allah kembali terpancar. Inilah pengharapan dalam hidup: bukan dari diri kita atau dunia yang terbatas, tetapi dari kasih Allah yang tiada batasnya. Selamat memasuki Minggu Adven. Jadikan Kristus sebagai sumber pengharapan dalam hidup, maka Saudara akan senantiasa hidup dalam pengharapan. Soli Deo Gloria.

Forum Pendeta


Minggu, 29 November 2020

LILIN PENGHARAPAN

Dan selanjutnya kata Yesaya: “Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk
memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan.”
(Yesaya 11:10)

Dalam tahun liturgi Gereja, minggu pertama Adven dikenal sebagai awal tahun liturgi. Tahun liturgi berfokus pada perayaan gereja dalam mengenang karya keselamatan Allah dalam Kristus Yesus. Masa Adven sebagai awal tahun liturgi, harus diperhatikan dan diberi perhatian serta penekanan secara khusus. Adven berasal dari kata Adventus dari Bahasa Latin yang berarti “kedatangan.” Masa Adven dirayakan sebagai suatu masa untuk menantikan kedatangan Kristus ke dunia. Masa Adven selalu memiliki dimensi penantian akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, melalui kelahiran-Nya (kedatangan-Nya di masa lalu) dan penantian akan kedatangan-Nya kembali (kedatangan-Nya di masa depan). Jadi, masa Adven adalah waktu dimana masa lalu (peringatan) dan masa depan (penantian) menyatu. Pada Minggu Adven pertama dan kedua berfokus pada dimensi eskatologis, yakni penantian akan kedatangan Tuhan Yesus pada akhir jaman. Sementara itu, Minggu Adven ketiga dan keempat diberi tekanan pada peringatan dan penantian akan kelahiran Yesus Kristus yang dirayakan pada hari Natal.

Secara tradisional, Minggu Adven pertama disebut Minggu pengharapan. Lilin yang dinyalakan sering disebut sebagai “Lilin Nabi.” Penekanan pada Minggu Adven pertama adalah pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus pada akhir jaman. Pengharapan yang didasarkan pada nubuatan para nabi yang telah diungkapkan pada masa lampau. Jadi dasar pengharapan bagi Gereja adalah apa yang Allah janjikan melalui nubuatan para nabi. Bukan kepada janji manusia atau penguasa. Bukan juga ramalan dari orang-orang yang merasa bisa melihat masa depan. Saat “Lilin Pengharapan” dinyalakan, maka Minggu Pengharapan (Adven 1) memancarkan sinarnya. Sinar pengharapan yang menerangi kembali hidup manusia yang seringkali diliputi kegelapan. Pada saat ini pandemi Covid-19 meluluhlantakkan semua sendi kehidupan manusia. Pandemi Covid-19 bukan hanya menebar teror yang menakutkan, tetapi juga merenggut kehidupan.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kita harus menyikapi ini semua? Bila yang terjadi adalah tanda-tanda yang menyertai akhir jaman, maka kita harus menyikapinya dengan bijaksana. Bukankah setiap kita menantikan kedatangan Kristus kembali, maka ini saatnya kita berjaga dan waspada. Berjaga agar kita tidak hidup dengan sembrono. Berjaga agar kita kembali kepada Tuhan dan hidup dalam pertobatan. Berjaga agar kita dimampukan melihat setiap tanda-tanda yang ada dan menyikapinya dengan benar. Berjaga agar pengharapan kita pada Kristus tidak padam karena gelapnya kehidupan. Berjaga dan berpegang pada firman-Nya, agar menjadi pelita yang menerangi setiap langkah hidup menyambut kedatangan-Nya.

Forum Pendeta