ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 3 Juli 2022

LIBUR TELAH TIBA

Bulan Juli biasanya menjadi penanda bahwa hari libur anak sekolah telah datang, momen ini selalu dinantikan oleh sebagian besar pelajar. Banyak rencana yang telah dibuat untuk mengisi liburan yang telah mereka miliki. Mulai dari pergi ke luar kota, luar negeri, mengunjungi tempat-tempat wisata, sampai hanya sekedar ngobrol di rumah saja. Semua kegiatan tersebut dilakukan adalah untuk menyenangkan hati yang telah lama kelelahan akibat aktivitas pembelajaran yang dilakukan selama ini. Akan tetapi, apakah ada yang memakai waktu liburnya ini untuk membangun keintiman bersama dengan Tuhan? Mungkinkah kita dapat menggunakan momen yang ada untuk mengingat apa yang sudah Tuhan nyatakan dalam kehidupan kita selama ini? Mari, kita maknai waktu liburan yang ada untuk mengingat perjalanan yang sudah ditempuh selama ini.

Liburan merupakan waktu yang bisa dipakai untuk menikmati hari-hari yang Tuhan berikan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan kita. Akan tetapi, kegiatan tersebut hanya menyenangkan diri sendiri dan tidak akan bertahan lama. Setelah selesai liburan kita akan kembali menghadapi realita kehidupan serta mnejalaninya. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kekuatan yang datangnya dari Tuhan dapat mengisi waktu liburan yang ada. Mazmur 121:1-2, menerangkan bagaimana pemazmur mendapatkan kekuatan dalam kehidupannya sehari-hari. Ia menyadari bahwa pertolongan yang diperoleh adalah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Kesadaran ini ia dapati ketika merenung dan mengingat perjalanan yang telah ia lalui bersama dengan Tuhan.

Pengalaman Pemazmur yang mengingat dan mendapatkan kekuatan ketika mengarahkan hati pada Tuhan dapat menjadi sebuah opsi untuk mengisi liburan kali ini. Liburan yang dijalani untuk mengembalikan kekuatan untuk menghadapi semester baru dapat diisi dengan merenungkan dan mengingat pekerjaan Tuhan dalam hidup. Hal ini kita lakukan agar mendapat kekuatan sejati dari Tuhan yang selalu bersama dengan kita. Saya mengajak kita semua untuk mengisi liburan ini dengan terus mencari Tuhan agar kekuatan yang sejati kita miliki untuk menghadapi hari-hari mendatang.

Galvin TB


Minggu, 10 Juli 2022

MENGISI WAKTU

Hidup manusia dibatasi oleh waktu, tidak ada yang bisa tinggal lama di dunia yang Tuhan percayakan ini. Manusia terus mengupayakan untuk dapat hidup “kekal” dengan menggunakan akal yang dimiliki. Teknologi serta rekayasa genetik menjadi cara manusia untuk dapat bertahan lebih lama di dunia. Dalam dunia film fiksi pun digambarkan manusia terus mencari hidup yang abadi dan enggan meninggalkan dunia ini. Realita ini menggambarkan bagaimana manusia sebenarnya menyadari keterbatasannya namun sulit menerima hal itu. Manusia berusaha untuk menyaingi Tuhan dengan menggunakan akal yang terbatas sehingga sulit untuk menerima kenyataan yang sudah menjadi hakikatnya. Rasa ingin hidup abadi ini membawa kita pada sebuah perenungan tentang, “apa yang dapat kita kerjakan di waktu yang singkat ini?”. Pertanyaan tersebut dapat menggugah hati dan pikiran kita untuk menyelami tujuan keberadaan manusia sebagai ciptaanNya.

Manusia dalam perjalanan kehidupannya memang menjadi kawan sekerja Allah di tengah kehidupan. Kitab Kejadian 1:26-27 mencatat bahwa manusia memiliki peran untuk mengelola dan merawat apa yang telah Tuhan ciptakan. Mandat yang diberikan Tuhan ini memberi keleluasaan bagi manusia untuk dapat berkarya serta berkolaborasi dengan ciptaan lain agar apa yang sudah Tuhan ciptakan bermanfaat. Akan tetapi, keinginan manusia yang ingin menyamai Tuhan membuatnya terjebak untuk memakan buah yang dilarang. Akibat peristiwa tersebut, relasi Tuhan dengan manusia menjadi terputus. Terputusnya relasi sebenarnya tidak menghilangkan mandat yang diberikan yaitu mengelola dan merawat ciptaan lain. Manusia dalam upaya pemulihan relasi tetap perlu mengelola dan merawat apa yang sudah Tuhan beri. Pernyataan tersebut menunjukkan tujuan keberadaan manusia di tengah kehidupan yaitu mengelola dan merawat.

Waktu yang dianugerahkan Tuhan bagi manusia adalah sebuah kesempatan untuk melakukan tindakan nyata merawat dan mengelola ciptaan lain. Manusia diberikan mandat untuk dapat berdampak bagi sekitarnya sehingga kehidupan akan menjadi baik ketika panggilan ini dapat dikerjakan dengan baik. Mengisi waktu yang singkat tidaklah membingungkan ketika kita melihat bahwa panggilan Tuhan yang mendorong untuk merawat dan mengelola dapat dilakukan. Mari, kita isi waktu yang Tuhan berikan ini untuk merawat kehidupan dengan sesama manusia dan ciptaan lain. Tuhan terus memampukan kita.

Galvin TB


Minggu, 17 Juli 2022

GEREJA DAN AKHIR ZAMAN

Kehidupan manusia saat ini sedang tidak baik-baik saja, banyak tantangan yang dihadapi mulai dari perubahan iklim, pandemi, dan masalah ekonomi. Realita yang sedang terjadi ini mampu menimbulkan pertanyaan dalam setiap benak manusia “apakah ini akhir dari Zaman?”. Bahkan salah satu orang terkaya di dunia Elon Musk pernah menyatakan untuk tinggal di Mars sebagai solusi dari fenomena yang sedang dialami manusia. Pernyataan ini bukan muncul secara tiba-tiba melainkan melalui riset yang ia lihat bahwa Bumi sedang mengalami krisis sehingga tidak dapat ditinggali lagi oleh manusia. Senada dengan yang dinyatakan Elon Musk, ada beberapa film yang menyatakan bahwa manusia dapat meninggalkan Bumi dan tinggal di planet lain. Pandangan ini mampu mempengaruhi setiap orang yang menerima dan mencoba mengaitkan dengan konsep akhir zaman di dalam Alkitab. Konsep akhir Zaman dalam Alkitab menjadi sarana setiap orang menerka-nerka tantangan yang sedang dialami saat ini ialah ujung dari keberadaan manusia di Bumi.

Gereja dalam kiprahnya sebagai perwujudan misi Tuhan di dunia perlu menyikapi pemikiran tentang fenomena saat ini merupakan akhir dari zaman. Sikap yang perlu diambil dalam menanggapi pemikiran yang berkembang ini ialah mengajak setiap orang Kristen untuk memikirkan kembali teks-teks yang dicatat dalam Alkitab tentang akhir zaman. Alkitab mencatat beberapa pernyataan tentang akhir Zaman dalam kitab Daniel, Wahyu, dan Injil. Teks yang menggambarkan tentang akhir zaman sering disebut dengan karya Sastra Apokaliptik. Kisah dalam Sastra Apokaliptik memang menarik untuk dibahas karena menggambarkan akhir dari zaman namun jika diamati setiap pembaca tidak akan menemukan kepastian dari tulisan ini. Alkitab tidak secara spesifik menjelaskan akhir dari kehidupan manusia di Bumi yang telah Tuhan anugerahkan ini. Di sisi lain, pembaca dapat menemukan sebuah penguatan untuk menjalani kehidupan saat ini untuk bertahan dan merawat segala sesuatu yang Tuhan sudah berikan.

Injil Markus 13:1-13 menerangkan sebuah pengajaran tentang akhir zaman yang ingin diketahui oleh para murid. Tuhan Yesus Kristus mengajak para murid untuk tidak terjebak pada kehidupan yang masih menjadi misteri di depan. Ia memberikan sebuah realita yang mesti dihadapi oleh umat manusia yaitu pengajar palsu, peperangan, fenomena alam, dan masalah kemanusiaan. Problematika kehidupan ini yang perlu dihadapi oleh orang-orang percaya dari masa ke masa. Tuhan menginginkan setiap orang mampu terlibat sebagai duta kasih yang bertahan dengan setia untuk merawat kehidupan yang telah diberikan. Dalam pengajarannya Tuhan tidak sedang memberi batas waktu bagi manusia di Bumi tetapi mengajak manusia untuk terus terlibat dalam setiap fenomena yang terjadi di tengah kehidupan.

Pemikiran bahwa manusia perlu terlibat aktif di tengah dunia mampu meminimalisir anggapan bahwa Bumi perlu ditinggalkan. Manusia diajak untuk terus terlibat dalam merawat kehidupan dan bertahan di tengah tantangan yang terjadi. Setiap tantangan yang ada dapat menjadi sarana bagi manusia untuk benar-benar terjun dan menyatakan kasih Tuhan di tengah kehidupan. Seperti yang telah Tuhan ajarkan bahwa realita ini tidak dapat dihindari melainkan dihadapi dengan penuh keyakinan IA senantiasa terus menyertai langkah kita.

Gereja dapat menerapkan pemikiran bahwa manusia perlu terlibat aktif dalam setiap tantangan Zaman dengan mengajak anggota jemaat merawat kehidupan sekarang. Penerapan tersebut dapat diawali dengan menjaga prokes dengan baik, merawat Bumi dengan menggunakan barang-barang ramah lingkungan, dan meningkatkan kepedulian bagi orang-orang yang mengalami ketimpangan sosial. Dengan sikap ini, kita sebagai umat Tuhan dimampukan untuk tetap hidup sampai kedatangan Tuhan kembali ke dunia.

Galvin TB


Minggu, 24 Juli 2022

MENERIMA ALIRAN HIDUP DARI ROH

Pernahkah dari kita pergi ke daerah yang tandus? Apa yang dapat kita lihat? Apa yang kita pikirkan? Tentu yang terlintas dalam pikiran kita ialah air untuk hidup di daerah yang tandus. Mahluk hidup sangat memerlukan air untuk menjalani kehidupannya, andaikan saja kita tidak minum air maka tubuh akan kering dan dehidrasi. Realitas ini menunjukkan bahwa kehidupan setiap mahluk hidup sangat bergantung pada air. Ketergantungan ini menyebabkan setiap mahluk hidup akan berusaha mencari air untuk dapat bertahan hidup di tengah kehidupan yang tandus. Ketika berbicara air secara harafiah tentu semua mahluk membutuhkannya, tetapi jika berbicara tentang manusia air apa yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan. Mari kita masuk dalam Injil Tuhan Yesus Kristus yang dicatat oleh Yohanes 7:37-39.

Injil Yohanes 7:37-38 mencatat pernyataan Tuhan Yesus Kristus tentang “air sumber hidup” yang disampaikan kepada para murid dan banyak orang. Dalam kisah tersebut dicatat bahwa Tuhan Yesus Kristus sedang mengajar dan mengibaratkan Diri-Nya sebagai sumber kehidupan bagi orang-orang yang haus. Pada saat itu orang banyak mengalami ketandusan dalam hidup karena mereka mengalami ketertekanan oleh pemuka agama saat itu. Mereka terkurung dalam ritual keagamaan yang mengekang dalam menjalani kehidupan sehingga membuat kehidupan menjadi tandus. Tuhan Yesus Kristus hadir sebagai “air sumber hidup” yang memberi kehidupan di tengah tandusnya hidup yang sedang mereka alami. Ia menjadi air yang segar di saat orang-orang membutuhkan kekuatan untuk menjalani kehidupan yang berat. Tuhan Yesus Kristus menjadi sumber air hidup yang terus mengalirkan kasih setia-Nya melalui Roh yang Ia janjikan bagi setiap orang yang mau memberi diri datang kepada-Nya.

Kisah tentang Tuhan Yesus Kristus sebagai “air sumber hidup” mengajak kita untuk melihat realitas kehidupan masa kini. Di tengah kehidupan yang tandus dan seperti tidak ada kehidupan, kita diajak untuk datang kepada sumber kehidupan. Ia yang sudah terangkat ke sorga tidak meninggalkan kita di tengah tandusnya kehidupan tetapi tetap setia menjadi sumber aliran hidup bagi kehidupan manusia yang tandus. Kita diingatkan juga untuk tidak hanya terpaku oleh kenaikanNya tetapi diminta untuk terus mencari Dia di tengah kehidupan. Ketika kita memberi diri untuk terus mencari dan membangun relasi, maka kita akan menerima aliran hidup dari Roh Kudus yang Tuhan Yesus Kristus janjikan.

Di dunia yang semakin cepat dan berkembang ini, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang haus dan berfokus untuk mencari sumber hidup yang kekal. Ketandusan dalam hidup tidak dapat dihindari oleh setiap kita namun sumber hidup yang menyegarkan hari-hari akan selalu mengalirkan Roh Kudus untuk memampukan dalam menjalaninya. Teruslah menjalani kehidupan ini dan tetaplah mencari sumber kehidupan dengan menjalin relasi dengan Sang Sumber Kehidupan.

“Menjalin relasi dengan Sang Sumber Kehidupan akan membawa kita pada aliran hidup yang memberikan Roh Kudus untuk menjalani kehidupan yang tandus.”

Galvin TB


Minggu, 31 Juli 2022

MEMBANGUN RELASI

Pernahkah kita melakukan perjalanan seorang diri dan tidak mengenal siapa pun? Apa yang biasa kita lakukan? Tentu akan mencoba mencari seorang teman untuk dapat diajak bicara. Tetapi, pertemuan yang terjadi tidak lantas membuat kita langsung percaya kepada teman perjalanan kita. Dalam diri ini pasti saja ada kecurigaan yang kita pikirkan tentang teman perjalanan. Itulah yang membuat kadang kita memilih untuk berjalan sendiri karena rasa tidak percaya kepada orang lain. Perjalanan yang sering kita alami ternyata pernah juga dialami oleh para murid yang baru memulai perjalanan iman bersama Tuhan Yesus Kristus.

Injil Tuhan Yesus Kristus dalam Matius 14:22-33, menceritakan sebuah pengalaman perjalanan iman para murid. Para murid yang sedang diombang-ambingkan badai melihat Tuhan Yesus Kristus dengan berjalan di atas air. Peristiwa ini membuat mereka takut sampai ada kecurigaan bahwa Ia adalah hantu. Namun, Tuhan Yesus Kristus menunjukkan diri dan kuasa-Nya untuk dapat berjalan di atas air. Peristiwa tersebut mendorong Petrus untuk meminta bukti dengan keinginannya berjalan di atas air juga. Ketika ia berjalan, Petrus terjatuh dan meminta pertolongan Tuhan dan Ia langsung memegang tangan Petrus. Petrus memang murid yang berani tetapi ia ternyata belum benar-benar memahami keberadaan Tuhan Yesus Kristus di dunia. Rasa percaya yang dimiliki Petrus dan para murid ternyata tidak dalam sehingga menyebabkan mereka tidak percaya dengan Tuhan yang berjalan di atas air dan mampu meredakan badai.

Keberadaan kita di tengah dunia ini pun hampir sama dengan yang para murid alami pada saat itu. Kita cenderung menjadi orang yang mudah takut karena badai hidup yang menerpa, meminta bukti akan kuasa Tuhan, dan kurang mau menyibukkan diri dengan menjalin relasi denganNya. Rasa percaya akan Tuhan yang selalu menemani dan memberkati akan menjadi kurang terasa karena ketiga hal tersebut. Kadang kala kita juga terjebak dalam perasaan bahwa sebagai orang percaya yang rajin ibadah dan pelayanan sudah cukup. Padahal untuk menumbuhkan rasa percaya yang mendalam kita perlu membangun hubungan intim dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu melatih diri untuk dapat menjaga relasi sehingga rasa percaya yang mendalam bahwa Ia akan selalu bersama dalam setiap perjalanan hidup.

Percaya kepada Tuhan bukan hanya soal seberapa lama kenal tetapi seberapa dalam kita membangun hubungan intim dengan Dia.
Amin.

Galvin TB