IDENTITAS DIRI

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16)

Bunda Teresa yang mengabdikan dirinya untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan di India mengatakan demikian, “Berikan tanganmu untuk melayani dan berikan hatimu untuk mengasihi.” Panggilan dari setiap orang yang telah merasakan cinta kasih Tuhan Yesus yang telah menyapa dan mengubah hidupnya adalah membagikan kasih itu. Panggilan ini yang membuat setiap pengikut Kristus memiliki sikap dan tindakan yang berbeda. Perbedaan yang berasal dari pribadi yang telah dipanggil dan kemudian diutus untuk menjadi “garam dan terang dunia”. Mengapa hal ini penting dan harus dilakukan oleh setiap murid Kristus?

Pertama, menunjukkan bahwa kita hidup sebagai pengikut Yesus, ”Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” Yohanes 8:12. Hidup dalam terang bukan lagi pilihan, ini adalah gaya hidup. Gaya hidup dari pengikut Kristus, Sang Terang Dunia. Artinya siapa yang mengikut Yesus sudah semestinya tidak lagi hidup dalam kegelapan dan kuasa dosa. Maka setiap kehidupan murid Kristus adalah kehidupan yang memancarkan terang. Hidup yang berbeda dari kehidupan di sekitarnya. Hidup yang memberikan inspirasi. Hidup yang membuat orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik. Hidup yang menjadi berkat bagi orang-orang di sekelilingnya.

Kedua, mereka melihat perbuatanmu yang baik. Perbuatan baik yang mana? Perbuatan baik yang ditunjukkan oleh para pengikut Yesus yang menghidupi dan menghayati 10 ucapan bahagia (Matius 5:3-12). Sepuluh ucapan bahagia memanggil setiap pengikut Yesus untuk menyikapi dan menghadapi berbagai hal yang ada dalam hidup dengan sikap yang berbeda. Sikap yang berbeda inilah yang akan dilihat oleh orang banyak. Sikap yang memancarkan terang di tengah kegelapan yang menguasai hidup manusia. Panggilan bagi pengikut Yesus adalah untuk menyikapi hal-hal yang dihadapi dengan sikap yang berbeda, sikap yang menunjukkan kualitas diri karena menghidupi perintah Allah dalam hidupnya. Ini adalah jalan perjuangan yang terjal. Apakah setiap orang sudah melihat perbuatan baik yang terpancar dari hidup Saudara?

Ketiga, memuliakan BapaMu yang di surga. Apa yang Yesus lakukan dalam hidup-Nya adalah membawa setiap orang berjumpa kembali dengan Bapa, Allah yang sungguh mengasihi manusia. Tuhan Yesus hadir dan berkarya untuk mengenal Bapa melalui diri-Nya. Ini juga yang seharusnya menjadi kesadaran kita. Bukan pertama-tama kita dikenal sebagai orang baik dan mendapatkan pujian atau penghargaan, tetapi agar setiap orang memuliakan Allah. Hidup para pengikut Kristus yang memancarkan terang dan melakukan perbuatan baik akan membawa mereka melihat kemuliaan Allah. Mereka akan percaya Allah hadir dan manyapa mereka melalui hal-hal yang dilakukan para murid Yesus. Mereka melihat kembali ciptaan yang dipulihkan dan terang ilahi yang menerangi mereka lagi melalui hidup orang-orang yang sudah hidup dalam terang Kristus. Orang-orang yang telah meresapi kebaikan Allah dalam hidupnya. Dan hidupnya saat ini membuat orang memuliakan Allah. Sudah seharusnya setiap kita melantunkan syair ini dalam setiap langkah kita, “Pakailah aku jalan berkatMu, memancarkan cahaya-Mu, buatlah aku saluran berkat, bagi siapa yang risau penat”.

Selamat bersaksi dan melayani dalam terang dan kasih Kristus. Bersaksi dan melayani melalui hidup yang senantiasa memancarkan kebaikan Allah. Kiranya setiap kita menjadi pribadi yang membuat sesama melihat dan memuliakan Allah.

Forum Pendeta


HIDUP YANG DIPULIHKAN

Tidak ada orang yang suka sakit. Setiap orang yang sakit biasanya akan berupaya untuk sembuh. Apakah itu pergi ke dokter, menjalani proses pengobatan, mengatur pola makan, melakukan olah raga, menjalani terapi dan lain-lain. Ini dilakukan karena orang ingin pulih dan sehat kembali. Bahkan bila hal itu harus dilakukan dengan membayar dengan harga yang mahalpun, akan dilakukan. Proses pemulihan dari kelemahan tubuh atau sakit penyakit bisa berlangsung singkat atau berlangsung seumur hidup. Tuhan Yesus memanggil kita untuk berperan dalam proses “pemulihan” hidup Saudara kita.

Salah satu cara kita memulihkan adalah dengan cara menegurnya saat melakukan kesalahan. Seperti tertulis dalam Injil Matius 18: 15, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatkannya kembali.” “Sebab upah dosa adalah maut…..” demikian dikatakan dalam Roma 6:23. Artinya orang yang melakukan dosa adalah orang yang sedang sakit dan akan berujung pada kematian atau maut. Maka diperlukan upaya untuk memulihkannya. Pemulihannya adalah melalui tindakan saudara seiman yang bersedia menegur dan mengingatkannya. Tujuan dari menegur ini yaitu, pertama untuk menyatakan kerinduan Allah agar umat-Nya yang jatuh dalam dosa dipulihkan kembali. Kedua, umat Allah tergerak untuk menjadi umat yang dipakai Allah memulihkan mereka yang telah jatuh dalam dosa. Kedua hal ini akan mengingatkan kita, baik yang ditegur maupun yang menegur untuk melakukan dan menerima kasih Allah. Hal ini harus diterima dalam kesadaran sebagai bagian dari tubuh Kristus yang saling membangun.

Perintah Tuhan Yesus untuk saling menegur dalam kehidupan berjemaat menunjukkan kepada kita bahwa hal-hal yang tidak ideal bisa terjadi dalam kehidupan berjemaat. Bila hal itu terjadi, mendiamkan atau membicarakan di belakang bukanlah pilihan yang sehat dan bijak. Panggilan untuk menegur harus disertai dengan kesadaran bahwa tujuannya adalah menyatakan kasih Allah sehingga dilakukan dengan cara yang benar. Misalnya tidak dengan sikap kasat, merendahkan, menghakimi serta tidak menjadikan dosa sesama kita sebagai bahan gosip. Bagaimana kalau kita yang ditegur? Pertama bersikaplah tenang, jangan terpancing emosi. Coba dengarkan apa yang disampaikan dan cerna dengan baik, baru kita menanggapi dengan tenang. Kedua, berpikirlah positif dan berterimakasih. Pandanglah teguran sebagai cara Allah mengingatkan kita. Walaupun seringkali cara dan waktunya tidak tepat, tetapi saudara dapat mencernanya dan menjawab dengan sikap yang baik. Ucapkan terima kasih karena melalui teguran itu seringkali kita disadarkan akan hal-hal yang seringkali tidak kita sadari atau ketahui. Ketiga, bersyukur atas setiap teguran dari sesama. Artinya ada orang yang peduli dan memperhatikan hidup saudara. Jangan lekas berpikiran negatif. Saudara dapat membangun kualitas diri berdasarkan masukan atau teguran yang orang lain sampaikan.

Mari kita wujudkan komunitas orang beriman yang saling menegur dan memulihkan. Dan keindahan firman Tuhan ini dapat terwujud dalam kehidupan kita bersama, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:20).

Forum Pendeta


MERAYAKAN PEMULIHAN

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ayub 42:10)

Gunung Gede ditutup untuk kegiatan pendakian selama 6 bulan. Demikian keterangan yang diberikan oleh pengelola Taman Nasional Gunung Gede (TNGGP). Tujuan dari penutupan itu adalah untuk memulihkan vegetasi di Gunung Gede. Juga untuk membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan para pendaki di sepanjang jalur pendakian. Alam membutuhkan waktu dan campur tangan manusia untuk memulihkan keadaannya. Lalu bagaimana dengan kita?

Pemulihan adalah kondisi yang menjadi kebutuhan manusia dalam hidupnya. Pulih dari sakit. Pulih dari pandemi. Pulih dari usaha yang terpuruk. Pulih dari hubungan yang rusak. Pulih dari rasa putus asa. Pulih dari perpecahan. Pulih dari trauma masa lalu. Pulih dari rasa kecewa dan marah. Pulih dari kekecewaan. Pemulihan akan membawa setiap pribadi, keluarga, kelompok, masyarakat atau negara dan juga semesta merayakan kehidupan yang baru. Pulihnya relasi akan membuat kita saling mempercayai dan melangkah bersama lagi. Pulihnya sakit dan kelemahan tubuh membuat kita semangat dan beraktifitas dengan gembira. Pulihnya lingkungan akan membuat kita menikmati hidup dalam kesegaran dan kesehatan.

Lalu bagaimana agar pemulihan itu menyapa dan kita rayakan dalam hidup kita? belajar dari pengalaman Ayub, paling tidak ada tiga hal yang perlu kita perhatikan. Pertama: “ Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayub 42:1). Di tengah keterpurukan hidup atau situasi dan kondisi yang paling sulit sekalipun, jangan pernah kehilangan keyakinan akan kuasa Allah. Allah berkuasa di atas semua hal yang terjadi: apakah itu penderitaan, sakit penyakit, kegagalan, kekecewaan, kelamahan dan lain sebagianya. Jangan pernah kehilangan keyakinan bahwa Allah memiliki rencana yang akan terjadi dalam hidup kita. Keyakinan inilah yang akan membuat kita bertahan, berusaha, berjuang dan tidak mengenal kata menyerah. Inilah yang membuat kita terus melangkah mencari jawaban, jalan keluar dan mencoba. Bukan masalah berapa kali kita jatuh, gagal dan hampir putus asa serta dicela dan ditinggalkan teman dan orang-orang terkasih. Satu hal, jangan pernah kehilangan keyakinan kepada Tuhan Allah.

Kedua: “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya….” (ay.10). Pemulihan pertama-tama berbicara tentang kemauan dan kesadaran diri untuk berpulih. Pemulihan menuntun kita untuk menyelami hati dan diri, melepaskan hal-hal yang membuat kita terpuruk, marah, kecewa dan tidak bisa bangkit. Ayub melepaskan pengampunan untuk sahabat-sahabatnya yang menyalahkan, menghakimi dan menempatkan Ayub seolah-olah sebagai pribadi yang layak menerima semua penderitaan itu. Ini menyakitkan dan mengecewakan, semakin menenggelamkan Ayub dalam pergumulannya. Ia tidak mau selamanya tenggelam dalam keadaan seperti itu. Ia mendoakan sahabat-sahabatnya, melepaskan pengampunan dan kemarahannya dan ini menjadi langkah awal dari pemulihannya. Apa yang harus saudara lepaskan atau ubah sebagai langkah awal dari pemulihan hidup saudara?

Ketiga, “Lalu TUHAN Allah memulihkan Ayub…” Allah Sang Pemulih yang mengijinkan iblis mencobai Ayub, memulihkan Ayub. Tuhan Allah membuktikan bahwa Ayub taat bukan hanya karena ia baik, sehat, berhasil dan sukses. Ia taat karena ia mencinta Allah. Cintanya kepada Allah ditunjukkannya saat ia terpuruk, ia tidak kehilangan keyakinannya atau meninggalkan Allah. Inilah iman. Pemulihan akan datang dari Tuhan Yesus bagi setiap mereka yang tidak kehilangan keyakinan, bahkan di saat paling buruk dalam kehidupan. Apakah saat ini Saudara sedang dalam proses perjalanan untuk merayakan pemulihan? Jangan menyerah. Jangan berhenti. Terus berjuang dalam melangkah dalam keyakinan. Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Saudara seorang diri.

Forum Pendeta


ADAKAH IRI HATI MENGISI HATI SAUDARA?

Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Matius 20:15)

Iri hati adalah kata sifat yang memiliki beberapa arti, yaitu kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya), cemburu, sirik, dan dengki. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti iri hati adalah kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya). Arti lain dari iri hati adalah cemburu. Apa yang akan terjadi bila iri hati ini mengisi hati dan hidup Saudara? Hidup tidak akan bahagia apalagi damai. Bisa jadi kita merangkai hal-hal yang tidak benar, misalnya menyebarkan kabar bohong atau fitnah. Kitab kejadian 4: 5, “tetapi Kain dan korban persembahannya tidak dindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram.” Rasa tidak senang Kain terhadap Habil membuat hatinya sangat panas dan mukanya muram. Kain tidak senang dengan apa yang diterima oleh Habil.

Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang dikisahkan Tuhan Yesus ingin menegaskan dan mengingatkan kepada para murid bahwa sifat iri hati sangat mudah hadir dalam kehidupan manusia. Orang-orang yang bekerja di kebun anggur sejak pagi bersungut-sungut dan tidak bisa menerima saat upah yang mereka terima sama dengan mereka yang hanya bekerja lebih singkat. Mereka mengatakan pemilik kebun anggur tidak adil.

Mereka berpikir dan merasa berhak menerima lebih karena mereka bekerja lebih berat dan menanggung lebih banyak penderitaan (panas terik matahari) dibanding mereka yang bekerja lebih singkat. Padahal pemilik kebun anggur membayar mereka sesuai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya: satu dinar sehari. Mereka tidak menerima saat meilihat orang lain mendapatkan yang sama dengan apa yang mereka terima. Bagi mereka adil adalah ketika yang bekerja lebih lama, pendidikan lebih tinggi, pengalaman lebih lama atau mereka yang lebih ahli mendapatkan lebih banyak. Pola pikir dunia ini yang diterapkan dalam relasi dengan Allah. Orang Kristen yang sudah lama, melayani lebih giat, berkoban lebih banyak, bekerja lebih giat mendapatkan prioritas atau perlakukan yang lebih istimewa dibandingkan mereka yang baru.

Di sinilah Tuhan Yesus mengajarkan akan kemurahan hati Allah. Dalam kemurahan-Nya, Ia memberi kesempatan kepada semua orang untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Orang yang merasa telah melakukan hal yang baik (anak sulung) atau mereka yang telah meninggalkan semuanya (para murid) tidak memiliki hak yang lebih besar dibandingkan orang yang baru bertobat (anak bungsu) atau orang-orang yang baru percaya karena pemberitaan para murid. Inilah yang membuat orang kehilangan kebahagiaan ketika melihat orang lain senang. Mereka tidak bisa menerima bila kemurahan hati Allah itu mengalir dalam kehidupan sesamanya. Bila ini terjadi maka kita akan sedih bila melihat orang lain senang. Penulis Amsal mengatakan, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30). Iri hati hanya akan membuat kita kehilangan kebahagiaan dan damai sejahtera. Iri hati juga membuat kita tidak mampu mensyukuri hidup yang Tuhan Yesus anugerahkan dengan semua berkat-berkat-Nya. Iri hati juga hanya akan menghadirkan perselisihan, pertengkaran, pertentangan dan perpecahan. Iri hati juga menegaskan bahwa manusia duniawi masih dominan dalam hidup kita mengalahkan anugerah dan kemurahan Allah yang seharusnya mengubahkan kita.

” Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36).

Forum Pendeta