APA YANG KITA PERCAYAI?

Sebagai gereja arus utama, dalam peribadahan kita selalu mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Jika ditanya, tentu saja kita dapat menyebutkan isinya dengan lantang, namun apakah maknanya bagi kita? Pernahkah kita mencermati dan berusaha meresapi setiap artikel dari Pengakuan Iman Rasuli dalam kehidupan keseharian kita? Pengakuan Iman Rasuli adalah bentuk pengajaran gereja yang sederhana untuk mengingatkan setiap orang percaya akan dasar iman bagi orang Kristen yaitu bahwa kita percaya kepada Allah Trinitas. Pengajaran Allah Trinitas ini seringkali menjadi hal yang dilematis bagi gereja, karena merupakan pengajaran pokok yang harusnya mendarah daging dalam kehiudpan umat namun selalu saja umat mengalami kesulitan untuk dapat memahaminya. Selanjutnya yang terjadi adalah, pengajaran ini diterima namun tidak terasa dalam keseharian umat. Padahal, apa yang kita percayai menentukan bagaimana perilaku kehidupan keseharian yang kita jalani. Untuk itu, sangat penting kita memeriksa apa yang sesungguhnya kita percayai sebagai orang kristen. Alasannya adalah ketika kita tidak sungguh-sungguh percaya maka kita belum mengalami transformasi kehidupan.

Mungkin kita berpikir, sebagai orang Kristen saya percaya kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Apakah itu kurang? Tentu saja tidak. Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat adalah keyakinan yang harus kita pegang teguh, namun pemahaman kita harus diperdalam sesuai berita Alkitab. Kehadiran dan karya Yesus tidak pernah berlangsung sendirian. Dalam Yohanes 10:30 dicatat perkataan Tuhan Yesus demikian ”Aku dan Bapa adalah satu.” Artinya dalam setiap karya Yesus, di sanapun terdapat karya Sang Bapa. Dan kita tidak boleh melupakan bahwa Roh Kudus berkarya sejak dalam kandungan Maria. Apa yang ditunjukkan dalam Perjanjian Baru adalah gambaran yang kompleks untuk menerangkan bahwa Allah yang Esa itu adalah Tiga Pribadi yang tidak muncul dalam waktu yang berbeda tetapi justru hadir secara kekal dalam kesatuannya dan berkarya bersama dalam kesatuan yang sempurna. Bagi kita, ketika kita percaya Yesus maka di sanapun ada tantangan bagi kita untuk melihat kesatuan Allah Trinitas dalam praktek kehidupan yang dijalankan oleh Yesus. Apapun doktrinnya, dalam hal ini termasuk doktrin Allah Trinitas, selalu memiliki implikasi pastoral bagi gereja dan orang kristen, hal ini akan secara signifikan berefek pada bagaimana kita menjalankan kehidupan.

Oleh karena itu, mari kita membuka hidup untuk belajar lagi mengenai penghayatan dasar iman kita yaitu Allah Trinitas, bukan hanya untuk memuaskan kognitif/rasio kita melainkan untuk meneguhkan hati kita dalam menjalani kehidupan. Ini merupakan proses belajar yang tidak akan habisnya, tetapi dalam setiap langkah, kita akan merasakan nyata kehadiranNya. Untuk itu, gereja mengajak kita semua belajar bersama melalui tema ibadah minggu ini, 4 Juni 2023 dan Kebaktian Pengajaran pada Minggu, 11 Juni 2023. Silakan Saudara mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan, baik keraguan maupun kebingungan terkait dengan doktrin Allah Trinitas dan dapat disampaikan pada kebaktian pengajaran minggu yang akan datang. Anugerah Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah Bapa dan Hikmat Roh Kudus menaungi kita selalu.

Forum Pendeta


PUSAT KEHIDUPAN

Menyandang status sebagai orang Kristen, seharusnya menjadikan kita sebagai pribadi yang penuh syukur kepada Allah. Pendasaran syukur tersebut seharusnya lebih mendalam dari sekedar kita mendapatkan anugerah penebusan dosa dan keselamatan. Hal yang patut kita sadari dan alami sehingga mendatangkan syukur terus menerus adalah bahwa di dalam penebusan yang Kristus kerjakan bagi kita, di situlah Allah menyingkapkan segala karakter, sifat, rencana dan kehendakNya bagi kita. Hidup kita, yang menurut kita serba terbatas ini, ternyata diperkenan Allah dan dipandang berharga oleh Allah sehingga Ia mau hadir di dalamnya. Ini adalah hal yang luar biasa, namun apakah kita selalu menyadari keistimewaan ini?

Banyak dari kita malah melihatnya secara biasa-biasa saja. Hal ini dibuktikan dengan sikap hidup yang masih menggunakan cara-cara lama yang berpusat pada diri sendiri. Kekristenan menjadi hanya pengesahan status dan identitas tanpa menghadirkan perubahan yang berarti. Tidak mengherankan jika kemudian kita merasa jenuh dan lelah dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, mari kita mengubah cara pandang dan sikap untuk mencerminkan kehidupan orang yang menerima keistimewaan dari Allah. Selama ini, dengan tantangan, kesibukan dan pergumulan kita, Allah telah tersingkir dari posisi yang terutama. Kita sering memperlakukanNya sebagai pihak yang harus menyediakan solusi, memperlengkapi dan membuat berhasil tanpa mau mengerti maksud dan kehendakNya. Hal yang perlu dan harus kita lakukan adalah menempatkan Allah dalam posisi pusat kehidupan kita.

Demikian juga, ketika kita merasakan hambar dalam peribadahan yang kita lakukan, entahkah peribadahan pribadi, keluarga, ataupun bersama umat Tuhan dalam gereja. Kita perlu memeriksa dengan jujur, di manakah posisi Tuhan dalam peribadahan kita? Apakah Ia menjadi pusat peribadahan kita ataukah kita lebih mementingkan bentuk, tampilan, penerimaan orang lain daripada mencari perkenanNya? Dalam peribadahan kita, seharusnya Allah menjadi pusat dan fokusnya sehingga kita dapat mengalami relasi yang semakin intim dengan Allah. Hal ini akan menolong kita untuk menjadikan hidup sebagai persembahan yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 12:1 “.. itu adalah ibadahmu yang sejati”. Anugerah Tuhan memampukan kita selalu.

Forum Pendeta


TERGERAK UNTUK MENUAI

Rasanya amat jarang di GKI berbicara mengenai penuaian. Oleh karena itulah, pada Sapaan Gembala kali ini bersamaan juga dengan bacaan Injil di minggu ini, kita akan bersama belajar mengenai arti tuaian itu. Injil Matius mencatatkan perkataan Tuhan Yesus mengenai “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit”, hal ini disampaikan dalam rangka pengajaran dan penggugahan kepada para murid. Murid-murid telah mengiringi pelayanan Tuhan Yesus di semua tempat, dengan berbagai karakteristik orang yang mereka jumpai, ada yang menerima, ada yang penuh dengan argumen dan perdebatan, ada yang banyak pertimbangan, dan lain-lain. Namun, kesemuanya itu, memiliki kesamaan yaitu merasakan bahwa beriman menjadi beban karena banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi untuk mencari perkenan Allah. Orang-orang yang merindukan perkenan Allah inilah tuaian yang sudah tersedia di hadapan para murid. Penggunaan kata “tuaian” hendak menunjuk pada kondisi kesiapan untuk segera dipanen dan dibawa dalam lumbung sang tuan. Para pekerja berlomba dengan waktu agar tuaian tidak menjadi busuk dan rusak. Dalam kehidupan, para pekerja menghadapi gempuran tekanan dan tantangan yang dapat membuat “tuaian” putus asa, menyerah dan memilih berpaling dari Tuhan. Para pekerja harus bersegera menghadirkan 3 (tiga) tindakan Yesus bagi “tuaian”: pengajaran kebenaran firman, pemberitaan anugerah keselamatan di mana Allah bertahta dan berkuasa dalam kehidupan manusia, dan kehidupan holistik yang disediakan Allah (jasmani, rohani dan relasi) agar mereka mengalami hidup dalam “lumbung” hadirat Allah.

Tuaian itu banyak, waktunya singkat dan para pekerja sedikit serta sangat terbatas kemampuannya. JIka kita dengan yakin menyandang status sebagai “murid-murid Tuhan”, maka kita tidak dapat berpangku tangan melihat keadaan ini. Hati seorang murid sudah seharusnya seperti hati Sang Guru, dipenuhi belas kasihan sehingga tergerak mulai terlibat dalam penuaian pribadi-pribadi untuk dapat mengalami hadirat Allah. Tuhan Yesus menolong dan memampukan kita selalu.

Forum Pendeta


KOMUNIKASI

Menyandang status sebagai makhluk sosial mengharuskan manusia melakukan komunikasi dalam menjalankan kehidupannya. Sayangnya, banyak orang menyamakan arti berkomunikasi dengan berbicara, padahal komunikasi memiliki makna yang lebih dalam daripada hanya sekadar berbicara satu terhadap yang lain. Dalam komunikasi, orang perlu berlatih, dan mengevaluasi diri agar dapat melakukannya dengan baik. Unsur-unsur yang harus diperhatikan bukan saja si pengirim pesan, melainkan penerima pesan dan tujuan atau isi pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Oleh karena itu, komunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata (lisan maupun tulisan). Orang dapat berkomunikasi melalui media visual maupun bahasa gerak tubuh. Contoh yang sangat jelas bisa kita telaah dari Alkitab, yaitu Allah yang berkomunikasi dengan manusia. Allah sebagai pengirim/inisiator pesan, secara gigih dan pantang berputus asa, menggunakan berbagai media yaitu perkataan firman melalui para nabi, tindakan pengajaran ataupun ketegasan kepada umat, tanda-tanda alam dan masih banyak lagi untuk menyampaikan pesan kepada manusia bahwa Allah akan menyelamatkan mereka. Puncak dari media komunikasi Allah adalah kehadiran Sang Firman yang menjadi manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Di dalam kehidupan Tuhan Yesus, manusia dapat mendengarkan firman kebenaran, dapat melihat perwujudan nyata dari kebenaran firman, dapat merasakan karya kasih Allah, dan dapat mengalami kuasaNya yang nyata di dalam berbagai mujizat yang dikerjakan hingga pada kebangkitanNya sebagai sarana agar manusia dapat mengenali dan menerima anugerah keselamatan dari Allah.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam komunikasi ada peran dari penerima pesan. Peran ini diwujudkan dalam respon terhadap media komunikasi yang dipakai pengirim pesan dalam menyatakan maksudnya. Ketika Allah sebagai pengirim pesan, mengupayakan berbagai cara untuk menyatakan anugerahNya maka manusia sebagai penerima akan memberikan respon. Respon tersebut adalah menyambut yang diwujudkan dengan hidup yang dipersembahkan kepadaNya, atau menolak atau bersikap tidak peduli. Dalam hal ini ada perbedaan antara menolak dengan bersikap tidak peduli. Ketika manusia menolak anugerah, dia akan menjalani hidupnya berbeda atau tidak sejalan dengan pesan Allah, namun manusia yang bersikap tidak peduli adalah mereka yang menerima pesan Allah namun tidak mewujudkannya secara nyata melalui perubahan hidup. Namun, luar biasanya Allah, adalah apapun respon manusia terhadap pesan anugerahNya, Ia tidak pernah menghentikan komunikasiNya. Ia terus menerus memakai berbagai cara mengkomunikasikan anugerahNya agar manusia dapat merasakan hidup di dalam Dia.

Tindakan Allah ini menjadi teladan bagi kita dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Jangan pernah mengandalkan satu cara seolah-olah hanya dengan cara kitalah, pesan dapat tersampaikan. Jika kita meyakini bahwa pesan yang akan kita komunikasikan adalah pesan yang benar maka terbukalah terhadap berbagai media komunikasi. Penerima pesan kita mungkin memiliki karakter, sikap dan pandangan yang berbeda dengan kita sehingga kita perlu terus mencoba berbagai cara agar mereka dapat menangkap maksud kita yang baik dan menghasilkan sinergi di dalam kebersamaan yang kita wujudkan dengan mereka. Kesediaan untuk berkomunikasi inilah, akan juga memampukan kita menjadi saksi Tuhan yang efektif dalam hidup yang Tuhan percayakan.

Forum Pendeta