ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 5 September 2021

MENJADI SETITIK HARAPAN

Bulan September merupakan Bulan Kesaksian dan Pelayanan GKI Pengadilan. Hal ini bertujuan untuk menjadi pengingat dan pendorong bagi kita melakukan tugas panggilan sebagai gereja. Ya, gereja adalah kita semua, setiap pribadi yang mengaku percaya kepada Kristus dan menyerahkan kehidupan kita menjadi milik kepunyaanNya serta alat yang berguna bagi maksud dan kehendakNya. Kesaksian dan Pelayanan adalah sebagian dari tugas panggilan kita yang harus kita kerjakan sehingga di dalamnya nampak anugerah dan kemurahan Tuhan bagi seluruh umat manusia.

Cara kita mengerjakannya tidak lain adalah melalui kehidupan kita sehari-hari. Hal-hal yang menurut kita biasa saja dan bahkan dianggap sebagai sebuah rutinitas saja. Anggapan ini, tanpa disadari, mempengaruhi sikap iman kita. Percaya sih percaya, cuman percaya aja. Tetapi bagaimana ketika Tuhan mengizinkan hal-hal yang tidak terpikirkan, di luar rencana kita, bahkan tidak menyenangkan menurut pandangan manusia, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Kalau sudah begitu, apa yang dilakukan? Terpuruk, hancur, atau malah mengeraskan hati dan menyangkali karya Tuhan?

Perlu kita sadari bahwa semua orang mengalami situasi yang sulit. Tidak satupun yang terluput dari pergumulan. Oleh karena itulah, kita diminta kembali dalam penghayatan iman kita. Memaknai hidup sebagai orang percaya berarti bahwa dalam keadaan apapun, kita meyakini masih ada pengharapan. Tuhan akan selalu menyediakan jalan dan karyaNya. Ia tidak akan pernah menghadapkan kita pada jalan buntu. Mari kita mengingat ayat dari Roma 8:28 “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Perhatikan kata ‘segala sesuatu’! Maka di dalamnya termasuk juga hal-hal yang menurut pandangan kita buruk. Justru ketika kita menyikapi hal-hal buruk dengan nada keputusasaan bahkan protes kepada Tuhan, sama saja kita sedang mengatakan bahwa kita tidak sepenuh hati berserah dan percaya akan pimpinan dan rencana Tuhan. Atau bahkan inilah cara yang dipakai Tuhan untuk menguji dan memurnikan iman serta pengharapan kita. Bahwa selama ini, mungkin saja iman kita masih iman “kata orang” alias manggut-manggut ketika ada kesaksian atau perenungan firman Tuhan yang menurut kita bagus atau malah “bersyukur” karena tidak mengalami kesusahan seperti mereka yang sedang dalam pergumulan.

Sekarang, Allah sedang turut bekerja dalam kehidupan kita melalui setiap peristiwa, baik senang maupun susah, suka maupun duka. Ia memakai setiap hal untuk berbicara kepada kita, menegur, mengingatkan dan menguatkan kita. Ini adalah proses pengalaman iman untuk membuat kita lebih peka memaknai kehadiran dan penyertaanNya yang memampukan kita menjalani hidup. Dan bahkan melalui kehidupan kita, orang lain mengenal Tuhan dan merasakan berkatNya. Mari kita memulai langkah kehidupan kita sebagai orang percaya yang ‘menjadi setitik harapan’ bagi sesama kita. Bukan karena kita sudah berkecukupan atau berlebihan tetapi karena kita membuka diri terhadap karya Allah di keseluruhan kehidupan kita, bahkan dalam segala keterbatasan dan kesusahan kita. Tuhan pasti memampukan kita untuk bersaksi dan melayani.

Forum Pendeta


Minggu, 12 September 2021

BOLEHKAH DIA MASUK?

Dalam kehidupan masyarakat modern, semakin terlihat pemisahan yang nyata antara kehidupan personal dan kehidupan sosial. Seseorang bisa saja memiliki interaksi sosial yang tinggi tetapi menyembunyikan kehidupan personalnya dengan rapi. Orang lain tidak perlu tahu apa yang terjadi dalam pikiran, perasaan maupun segala Hasrat di dalam dirinya. Istilah yang mungkin akrab bagi kita adalah “topeng-topeng kehidupan”. Seseorang dapat memilih menggunakan topeng kehidupannya yang berbeda-beda hanya untuk menyembunyikan diri yang sebenarnya, diri yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Kenapa ada orang-orang yang memutuskan untuk melakukan hal tersebut? Karena, bagi mereka yang terpenting tetap bertahan di dunia dengan mengikuti standar nilai dan pemikiran yang dapat diterima oleh dunia. Kejujuran untuk membuka diri apa adanya akan sangat menyakitkan karena dunia akan melihat mereka dengan tidak sempurna. Itulah kenapa penulis Injil Yohanes mengungkapkan bahwa Sang Firman, Sang Terang yang datang ke dunia tidak dikenal dan tidak diterima (Yohanes 1:10-11 “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya. Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya). Kehadiran Sang Firman akan membuka setiap topeng kehidupan.

Di satu sisi, orang mengharapkan semua yang berada bersama dengannya mengerjakan kejujuran dan kebenaran tetapi di sisi yang lain, ketika dihadapkan pada dirinya sendiri, kejujuran dan kebenaran itu terasa menyakitkan. Bukankah hal ini adalah sebuah kontradiksi? Karena itulah, Sang Firman Kebenaran hadir di tengah-tengah manusia. Ia menolong dan memampukan kita mengatasi setiap kontradiksi, Tarik menarik antara keinginan kita kepada orang lain dan menempatkan diri kita. Ia hadir untuk memberi kita kekuatan mengatasi segala pergulatan perasaan, berbagai pertimbangan dan ketidaknyamanan sehingga kita tidak perlu lagi mengenakan topeng-topeng kehidupan. Tentu hal ini harus dimaknai sebagai sebuah proses jangka panjang. Bukan sekali jadi, mengingat sepanjang perjalanan kehidupan kita, mungkin sudah terlalu banyak topeng yang kita kenakan dan masih kita simpan. Dalam proses inilah, kita juga akan menemukan secercah kelegaan ketika kita berhasil menanggalkan dan meninggalkan topeng kehidupan satu per satu. Kesejatian diri kita akan terasa, meskipun di dalam kita menjumpai banyak keterbatasan tetapi kita juga akan menjumpai berkat Tuhan yang tidak terbatas yang disediakan untuk memampukan kita menjalani hidup dengan maksimal.

Bolehkah Dia masuk, Sang Firman Kebenaran, Sang Terang Kehidupan dalam setiap sisi kehidupan kita? Ia sangat merindukan hidup kita yang terbuka di hadapanNya untuk mengenal Dia dan menerima Dia. Di tanganNya telah tersedia rancangan damai sejahtera, masa depan yang penuh harapan bagi kita. Jangan tutup rapat hatimu, jangan lagi kenakan topeng kehidupan. Biarkan dunia melihatmu, sebagai ciptaan yang diciptakan sungguh amat baik dengan rancangan yang sempurna, bukan karena tanpa kelemahan tetapi justru di dalam kelemahan ada karya Tuhan yang terus bekerja aktif. Kita hidup dengan standar nilai ilahi bukan duniawi. Jangan takut, Tuhan yang berjalan bersama kita akan terus memampukan kita.

Forum Pendeta


Minggu, 19 September 2021

SAMBUTAN YANG BENAR

Sudah sewajarnya jika ada orang yang datang bertamu, kita menyambut mereka. Persoalannya adalah bagaimana cara kita menyambut mereka? Seringkali kita menyambutnya, menurut cara pandang kita terhadap keberadaan mereka. Jika tamu tersebut adalah orang yang kita anggap penting, maka kita berusaha untuk menyambut dengan semaksimal mungkin, yang terbaik yang bisa kita sediakan, bahkan tidak jarang, kita meluangkan waktu untuk membersihkan rumah dan mengadakan beberapa barang sehingga tamu penting tersebut merasa nyaman berada di tempat kita. Jika orang tersebut merupakan teman kita, mereka yang sudah sering berjumpa dengan kita, maka mungkin kita menyambutnya dengan biasa saja. Namun, jika yang datang adalah orang yang tidak kita harapkan, dan kita pandang mengganggu maka sambutan yang kita berikan bisa saja sambutan yang dingin atau bahkan kita menolak menyambut mereka. Kalau kita perhatikan, cara kita menyambut seseorang bergantung dari cara kita memandang mereka dan bagaimana kita ingin dipandang oleh mereka. Pernahkah kita berpikir sebaliknya? Menyambut dengan cara seperti yang diinginkan tamu kita tersebut.

Peristiwa dalam rumah Maria dan Marta yang diberitakan dalam Injil Lukas 10:38-42 mengajar kita bagaimana menyambut kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Ketika kita dapat menyambutNya dengan benar, kita juga akan dimampukan untuk dapat menyambut sesama kita dengan tepat dan terutama sesuai dengan kehendak Tuhan. Marta sebagai tuan rumah begitu memperhatikan jenis keramahtamahan yang ingin ia tunjukkan. Semua yang terbaik dalam persiapan maupun penyajiannya. Dalam benak Marta, pengalaman Tuhan dirumahnya harus menjadi pengalaman dan kenangan yang baik bagi semua. Marta telah melakukan banyak tindakan tetapi tidak cukup memiliki motivasi yang benar. Marta mengarahkan pada apa yang baik menurut dirinya. Bukan pada apa yang Tuhan mau, yang menjadi maksudNya ketika Ia datang ke rumah Marta pada saat itu. Marta melupakan Sang Tamu, justru penyambutan yang benar ditunjukkan oleh Maria. Ia memprioritaskan diri pada sikap, tindakan Tuhan yang menyatakan kehendakNya. Maria menyambut Tuhan dengan memberikan diri mendengarkan perkataan Tuhan. Inilah pilihan terbaik yang seharusnya dikerjakan. Tuhan tidak mengatakan bahwa yang dilakukan Marta tidak penting, tetapi Maria memahami yang sebenarnya.

Bagaimana kita menyambut Tuhan yang hadir dalam kehidupan kita? Apakah kita bersibuk ria seperti Marta tanpa dengan sungguh mendengarkan kehendak dan kemauan Tuhan? Kita menginginkan Tuhan mengikuti yang kita pandang baik? Ataukah kita telah bersikap seperti Maria? Memberikan prioritas untuk mendengarkan dan mencerna maksud Tuhan yang akan memampukan kita mengerjakan kehidupan seturut dengan rancanganNya. Marilah kita menyambutNya dengan benar. Hikmat Tuhan memampukan kita selalu.

Forum Pendeta


Minggu, 26 September 2021

MENYAMBUT YANG LAIN

Matius 25:40 berbunyi demikian “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Ayat ini sudah kita kenal tetapi sejauh mana ayat ini terwujud nyata dalam kehidupan kita? Oleh karena itulah, Sapaan Gembala sepanjang Bulan September, sebagai Bulan Kesaksian dan Pelayanan GKI Pengadilan hendak menggugah kita semua untuk dapat mengaplikasikan perkataan Tuhan ini dalam kehidupan keseharian kita.

Tentu ini bukan sekedar mengerjakan kebaikan. Apa motivasi kita dalam melakukannya? Banyak orang berpikir untuk mengerjakan kebaikan demi mendapatkan kebaikan kembali bagi kehidupannya sehingga berlomba-lomba dalam setiap kesempatan. Namun, sebagai murid Kristus bukan ini yang menjadi motivasi kita. Kita melakukan kebaikan karena kita telah terlebih dahulu mendapatkan segala kebaikan bahkan kebenaran di dalam Kristus. Untuk itu, penting bagi kita menempatkan Kristus sebagai pusat kehidupan, yang pertama dan terutama dalam keberadaan kita. Hati, pikiran dan hidup kita menjadi tahta kudusNya. Apapun yang kita pikirkan, rasakan dan kerjakan didasarkan pada pimpinan dan kehendak Kristus. Dengan demikian, kita menyambut Dia dengan benar dan hanya mengerjakan yang Kristus mau. Berdasarkan ayat kita di atas, kita dapat mengerti bahwa kerinduan Tuhan agar kita membuka hidup dan melakukan sesuatu untuk orang yang dianggap paling hina. Ketika kita melakukannya, kita sedang mengerjakannya bagi Tuhan. Tuhan ingin kita belajar melakukan kebaikan kepada sesama bukan untuk sebuah imbalan/balasan tetapi wujud kesungguhan penghayatan dan penerimaan kita atas kebaikan Tuhan yang berlimpah sehingga kita tidak memilih-milih kepada siapa akan berbuat baik. Kita mengerjakan kebaikan kepada siapa saja tanpa memandang status maupun keberadaan mereka. Karena segala yang Tuhan sediakan dalam hidup kita senantiasa mencukupkan kita.

Sikap praktis kita untuk dapat mengerjakannya pertama-tama adalah belajar membuka hidup bagi sesama. Kita belajar melihat makna mereka bukan dengan pertimbangan duniawi melainkan melihat mereka dalam cinta kasih Tuhan. Sama seperti Tuhan memandang kita dengan cintaNya, merangkul kita dalam kasihNya, demikian juga kita terhadap sesama. Semua manusia, termasuk kita, memiliki kekurangan dan keterbatasan, tetapi cinta kasih Tuhan memampukan kita menempatkan diri dan menyambut sesama dengan benar. Bukan dalam posisi yang lebih tinggi, bukan dalam posisi tidak bisa berbuat apa-apa tetapi dalam posisi sahabat yang berbagai asa dan rasa. Kita diminta berlatih mengatasi pergulatan perasaan dan berbagai pertimbangan egoisme untuk dapat hadir sebagai sahabat bagi mereka yang membutuhkan kita dalam segala situasi. “Kalau Tuhan sudah melakukan segala-galanya untukku, apakah aku bersedia melakukan segala-galanya bagi-Nya?”, kiranya ungkapan ini selalu menjadi perenungan dalam diri kita dan memantapkan kita untuk berkarya bagi sesama. Hilangkan keraguan dan ketakutan, penuhi hati dengan cinta Tuhan, pasti kita akan dapat melakukan yang terbaik. Tuhan memampukan kita semua.

Forum Pendeta