MENUNGGU: APAKAH MEMBOSANKAN?

Pernahkah kita masuk dalam situasi yang mengharuskan untuk menunggu sampai mendapatkannya? Peristiwa ini mungkin kita alami ketika sedang menunggu pesawat yang terlambat, menunggu pesanan makanan, dan menunggu orang yang kita kasihi datang. Dalam situasi ini apa yang akan kita lakukan? Jika hanya berdiam diri, maka kebosanan akan merasuk dalam diri sehingga penantian yang dilakukan akan sangat melelahkan. Kelelahan dalam menantikan ini akan membuat kita bisa menggerutu atau bad mood. Perasaan bahagia dalam penantian akan menjadi sirna dan berganti dengan kekesalan saja. Situasi seperti ini rasanya juga bisa terjadi dalam kehidupan beriman kita sebagai orang Kristen. Dalam menantikan kedatangan Tuhan kembali setiap orang Kristen diperhadapkan dengan situasi menunggu yang cukup lama. Bahkan dapat menyebabkan kebosanan sehingga menyerukan “Kapan waktunya tiba?”. Hal ini karena situasi dalam menunggu tidak selamanya membuat orang Kristen nyaman. Apa yang perlu diperbuat dalam penantian yang dilakukan pada masa sekarang ini?

Tuhan Yesus Kristus dalam pengajarannya menerangkan untuk dapat berjaga-jaga dalam penantian kedatanganNya. Matius 24:37-44 menuliskan bahwa kedatangan Tuhan seperti pencuri yang tiba-tiba. Pencuri yang dimaksudkan adalah situasi yang tidak dapat direncanakan bahkan tidak diketahui. Kiasan yang digunakan Tuhan Yesus Kristus ini menggambarkan bahwa kedatanganNya kembali tidak akan dapat diprediksi oleh siapa pun. Namun, setiap orang percaya dapat menantikanNya dengan terus menjaga sikap dalam diri, menjaga diri untuk terus melakukan setiap FirmanNya yang telah diteladankan, tidak hanya berdiam diri dalam menantikanNya tetapi aktif menjadi orang yang mengerjakan FirmanNya. Mengapa hal ini harus dilakukan?

Menunggu kedatangan Tuhan Yesus Kristus kembali tidaklah membosankan. Pernyataan tersebut merupakan sebuah keyakinan iman ketika kita mampu memahami apa yang Ia terangkan dalam Injil Matius 24:37-44. Tidak membosankan karena kehidupan kita dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan positif yang membuat orang percaya menunggu dengan sukacita. Dalam hal ini kita ditantang untuk memilih “menunggu dengan berdiam diri saja atau menunggu dengan aktif”. Pilihan ada di tangan kita pribadi sehingga kelak dapat menjawab pertanyaan “Menunggu: Apakah Membosankan?”.

Forum Pendeta


MENUNGGU: MILIKILAH SIKAP YANG BENAR!

Fenomena alam yang terjadi beberapa hari belakangan serta kondisi ekonomi, memang tidak menentu. Banyak orang meyakini bahwa kehidupan di bumi ini akan segera berakhir mengingat peristiwa yang terjadi belakangan ini. Apakah hal tersebut benar? Jika benar, apa yang perlu dikerjakan oleh orang percaya di tengah situasi yang sulit saat ini? Atau jika keliru, apakah orang percaya akan terus hidup dengan benar dalam anugerah Tuhan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin saja menggugah nurani setiap orang percaya hari ini. Bagaimana tidak, setiap orang akan menerka-nerka setiap peristiwa yang terjadi dan mencocokkan dengan apa yang ada di dalam Alkitab. Namun dalam menghayati Minggu Adven kedua ini, gereja tetap mengajak setiap umatNya untuk menanti kedatangan serta meperingati kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Hal ini bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi. Mengapa gereja tetap dalam siklus liturgis yang ada, sedangkan kehidupan saat ini sedang tidak baik-baik saja? Marilah menghayati apa yang dikerjakan Yohanes Pembaptis di tengah situasi yang tidak menentu pada masanya.

Injil Lukas 3:1-6, mencatat kisah Yohanes Pembaptis yang berseru-seru mengingatkan banyak orang untuk mempersiapkan diri menyambut kehadiran Tuhan. Ia menekankan agar setiap orang mampu meluruskan jalan hidup agar siap menyambut kehadiran Tuhan di dalam hidupnya. Peringatan yang Yohanes Pembaptis kerjakan merupakan seruan agar setiap orang memperhatikan sikap hidupnya dalam penantian akan Tuhan. Pada masa itu orang banyak sudah keliru dalam menjalani kehidupan. Mereka hidup semaunya sehingga perbuatan yang salah pun terlihat benar. Yohanes Pembaptis menyadari bahwa sikap yang ada hanya akan membuat mereka tidak dapat menyambut Tuhan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, peringatan yang diberikan Yohanes Pembaptis merupakan sebuah teguran yang mengharuskan setiap orang dapat berbuat benar agar mampu menanti serta menyambut Tuhan dengan baik.

Menunggu kehadiran Tuhan Yesus Kristus di tengah situasi yang tidak mudah saat ini memang sulit. Banyak sekali godaan yang membuat setiap orang dapat berperilaku serong dari kebenaran Tuhan. Setiap orang juga dapat mengedepankan kebenarannya untuk menjalani kehidupan hari ini. Perilaku tersebut hanya akan membuat proses penantian akan semakin mencekam. Oleh sebab itu, marilah setiap orang percaya mengisi kehidupannya dengan memiliki sikap yang benar. Misal, memperjuangkan keadilan, berbicara secara persuasif, lemah lembut dalam menghadapi masalah, dan menjauhkan diri dari sikap pembenaran pribadi. Jika kita mampu melakukan hal tersebut, maka menunggu kehadiran Tuhan akan menjadi proses yang menyenangkan dalam diri.

Forum Pendeta


PENANTIAN YANG BERBUAH SUKACITA

Minggu Adven ke-3 sering dimaknai sebagai minggu sukacita dalam penantian. Biasanya pada minggu ini lilin Adven berwarna merah muda yang melambangkan sukacita dalam penantian. Pertanyaannya, bagaimana mungkin seseorang dapat bersukacita dalam sebuah penantian panjang dalam hidupnya? Atau sikap apa yang dimiliki sehingga mampu tetap bersukacita dalam penantian? Dalam memaknai minggu ini, setiap orang diajak untuk menghayati sukacita dalam penantian yang Yohanes Pembaptis ajarkan.

Injil Lukas 3:7-18 menggambarkan bagaimana Yohanes Pembaptis mengambil peran dalam mempersiapkan penantian bagi orang banyak. Setiap orang yang berdosa pasti mengalami kegelisahan ketika sedang menanti. Hal ini dikarenakan mereka masih berkutat dengan dosa yang membuat orang banyak diselimuti ketakutan. Ketakutan yang membelenggu hanya akan membuat hidup tidak tenang sehingga sukacita dalam diri semakin menjauh. Yohanes pembaptis memperingatkan agar semua orang dapat bertobat bukan hanya sebagai sebuah seremoni belaka melainkan menjadi kesungguhan hati. Ia berusaha menjelaskan makna pertobatan yang sebenarnya mampu membuat setiap orang merasakan damai dalam hidupnya. Damai yang ada akan membuat penantian akan membuahkan sukacita dalam kehidupan ini.

Peringatan yang diberikan oleh Yohanes Pembaptis merupakan sebuah pesan yang disampaikan kepada kita semua dalam penantian hari-hari ini. Ketika kehidupan semakin tidak menentu, setiap orang percaya yang menantikan Tuhan Yesus Kristus dalam pertobatan akan mendapat kedamaian setiap hari. Kedamaian tersebut akan menuntun setiap orang pada sukacita dalam hidup. Sukacita yang dimiliki akan membuahkan tutur kata yang membangun dan menopang orang yang ada di sekitar. Sikap inilah yang perlu terus dimiliki agar dapat menantikan Tuhan Yesus Kristus. Waktu yang panjang tidak akan terasa lama ketika sukacita memenuhi hati dan pikiran kita. oleh sebab itu, saya mengajak kita untuk mengerjakan pertobatan dalam diri agar damai selalu ada sehingga sukacita menyelimuti hari-hari kita semua.

Forum Pendeta


PENANTIAN YANG TERUS BERLANJUT

Minggu ini kita memasuki Adven IV sebagai tanda bahwa sebentar lagi hari Natal sudah semakin dekat. Mungkin beberapa orang sudah sibuk menyiapkan hari Natal di rumahnya, menyiapkan kue Natal, atau bahkan pulang kampung untuk merayakan bersama keluarga. Sukacita ini tidak dapat dibendung karena budaya hari Natal dan tahun baru merupakan suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, pernahkah kita merasa bahwa perayaan Natal bukan sebuah akhir dari penantian yang dijalani? Suasana Natal yang akan kita alami merupakan sebuah tanda bahwa penantian untuk sukacita yang kekal belum usai. Bagaimana kita menjaga sukacita Natal sebagai sarana menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan manusia? Mari kita selami karya kasih-Nya yang tidak terperi dalam kehidupan ini.

Surat Yakobus 5:7-11 menasihatkan tentang sebuah sikap yang perlu dimiliki oleh orang percaya dalam menantikan kedatangan Tuhan. Yakobus menggambarkan bahwa seorang percaya dapat menerapkan sikap sabar dalam menantikan Tuhan kembali. Kesabaran yang dipersonifikasikan ke dalam kehidupan seorang petani. Petani yang menunggu hasil panen meskipun mengalami proses yang panjang tetapi tetap dinantikan. Penulis Surat Yakobus menekankan bagaimana penantian yang terus berlanjut tidak dapat ditempuh dengan tergesa-gesa melainkan dengan kesabaran. Kesabaran menjadi modal bagi orang percaya untuk melanjutkan penantian yang mereka jalani.

Penjelasan yang penulis surat Yakobus nyatakan menjadi sebuah sarana bagi orang percaya di masa ini. Kita perlu menyadari bahwa sukacita Natal tidak menjadi pudar termakan waktu yang terus berjalan. Sebaliknya, sukacita Natal perlu terus dijaga agar dapat menjadi modal untuk sabar menantikan Tuhan. Penantian akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kembali memang tidak dapat dipastikan tetapi sebagai orang percaya kita perlu sabar menantikannya. Marilah kita jaga bersama sukacita Natal agar dapat dengan sabar menantikan Tuhan Yesus Kristus sehingga iman kita semakin teguh dan tidak memudar akibat situasi kehidupan.

Forum Pendeta


NATAL YANG BERLANJUT

Kemeriahan Natal semakin menyusut seiring berjalannya waktu. Dekorasi yang dimiliki akan disimpan kembali untuk perayaan tahun depan. Keceriaan serta sukacita Natal pun berangsur hilang termakan oleh kesibukan yang dijalani. Begitu cepat semua berlalu, tidak ada satu pun orang yang dapat menahan peristiwa ini. Pertanyaannya, “apakah kita juga akan melupakan Natal yang telah dijalani?”, lantas apa yang perlu kita kerjakan untuk menahan Natal agar terus bersemi dalam hati setiap orang percaya? Mari kita merenungkan, bahwa sukacita Natal sebaiknya terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam suka maupun duka, di setiap pergumulan yang boleh dialami atau sebagai bekal menjalani kehidupan yang penuh misteri.

Surat Roma 12:11-13 mengingatkan tentang untuk memperhatikan hidup yang telah Tuhan anugerahkan. Rasul Paulus menekankan untuk dapat terus bertekun serta bersukacita dalam pengharapan sebagai sarana menjaga diri. Menjaga diri dari tindakan yang sembrono dalam menjalani kehidupan yang telah Tuhan Yesus Kristus berikan. Hal ini ia nyatakan agar manusia dapat mengelola dan memelihara iman di tengah situasi yang menghantam dirinya. Paulus juga memberikan nasihat untuk dapat terus berbuah dalam kehidupan sebagai wujud nyata dari ketekunan dan sukacita yang dimiliki oleh orang percaya. Pernyataan ini mengingatkan kepada orang percaya untuk terus melanjutkan hidup dengan mengerjakan tugas dan panggilannya di tengah dunia.

Natal yang berlanjut bukan hanya sekadar dekorasi serta manik-manik yang dipertahankan dalam rumah. Melainkan, memelihara sukacita Natal dalam kehidupan yang terus berlanjut. Setiap orang percaya perlu menjaga imannya sebagai wujud dari keberlanjutan Natal dalam kehidupan. Ketidaktahuan dalam menjalani kehidupan mungkin saja membuat setiap orang merasa lelah sehingga dapat menjalani kehidupan ini dengan semaunya. Akan tetapi, Firman Tuhan mengingatkan untuk dapat mengelola iman yang dimiliki. Cara untuk dapat mengelolanya adalah dengan bertekun serta bersukacita dalam pengharapan. Selamat melanjutkan sukacita Natal dalam kehidupan sehari-hari, tetaplah berbuah, dan teruslah bersandar pada kasih setia Tuhan Yesus Kristus.

Forum Pendeta