Juni 2017
Minggu, 11 Juni 2017
AKU DAN KOMUNITAS (2)
UBUNTU: MANUSIA SEBAGAI BAGIAN KOMUNITAS
(ROMA 12:9-17)
Salam dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus untuk seluruh jemaat dan simpatisan GKI Pengadilan Bogor. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan pembelajaran bersama kita mengenai Aku dan Komunitas, yang merupakan ajakan Roh Allah pada Gereja-Nya.
Umuntu ngumuntu ngabantu adalah pepatah Zulu, Afrika yang secara harfiah berarti seseorang adalah seseorang karena orang lainnya. Pepatah ini menggambarkan filosofi kemanusiaan yang dipegang oleh masyarakat Zulu dan dikenal dengan istilah ubuntu. Konsep kemanusiaan ini menempatkan seorang manusia sebagai bagian dari keseluruhan. Artinya, manusia menjadi ada (eksis) justru ketika berelasi dan menjadi bagian dari orang-orang lain. Dengan kata lain, seseorang menegaskan kemanusiaannya saat orang itu menghargai orang lain. Uskup Desmond Tutu, peraih nobel perdamaian dari Afrika Selatan menjelaskan ubuntu sebagai berikut:
“Seseorang yang menerapkan ubuntu akan bersikap terbuka dan bersedia membantu orang lain, bersedia mendukung yang lain, dan tidak merasa terancam karena mengetahui bahwa mereka adalah bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Mereka akan merasa terluka ketika orang lain dihina, sedih ketika orang lain tertindas, dan merasa gelisah ketika orang lain diperlakukan semena-mena.”
Gagasan tentang keberadaan seseorang sebagai bagian erat dari komunitas yang mengedepankan persatuan, kesetaraan, dan perdamaian juga tertuang di dalam berbagai teks-teks Alkitab kita. Roma 12:9-17 merupakan salah satu bagian Alkitab yang menekankan relasi antar manusia di dalam komunitas. Paulus secara lugas memberikan nasihat-nasihat bagi jemaat di Roma untuk hidup di dalam kasih. Nasihat-nasihat ini meliputi ketulusan, memandang orang lain sebagai saudara, kerajinan, pengharapan, kemurahan hati, empati, rendah hati dan perdamaian. Semua nasihat-nasihat Paulus tersebut merupakan nasihat praktis bagi kehidupan berjemaat. Paulus Menekankan rasa saling ; saling mengasihi dan saling memberi hormat (Rom 12:10). Rasa saling ini bicara soal relasi, dan mau mengatakan tanpa sebuah relasi dengan orang lain tidak ada Kasih tidak ada Hormat. Karena menghormati dan mengasihi adalah sebuah relasi dalam komunitas. Dan komunitas yang baik didasari saling menghormati dan mengasihi. Itulah mengapa Ubuntu berhasil menjadi jawaban bagi Afrika Selatan dalam menghadapi politik aphartheid dan pasca pollitik aphartheid, karena mengingatkan kembali pentingnya menjadi bagian komunitas. Begitu pula Indonesia punya Bhineka Tungal Ika yang berarti beraneka ragam tetapi tetap satu. Sudahkah kita menyadari bahwa kita ada karena orang-orang di sekitar kita? Sebagai bagian dari komunitas, apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain?
Komunitas itu muncul karena keanekaragaman, dan kesatuan muncul karena saling mengasihi dan saling menghormati.
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (Roma 12:10).
Minggu, 18 Juni 2017
AKU DAN KOMUNITAS (3)
UT OMNES UNUM SINT: SUPAYA SEMUA MENJADI SATU
(1 KORINTUS 12 : 12-31)
Salam dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus untuk seluruh jemaat dan simpatisan GKI Pengadilan Bogor. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan pembelajaran bersama kita mengenai Aku dan Komunitas, bila minggu kemarin kita merenungkan pentingnya hadir dalam komunitas, dan menjadi komunitas yang saling mengasihi dan menghormati. Minggu ini kita akan belajar kembali mengenai berkerja sama di tengah keberagaman.
Tema “Supaya semua menjadi satu” (Ut Omnes Unum Sint) diambil dari Injil Yoh. 17:21. Kalimat ini merupakan komunikasi Yesus kepada Bapa-Nya agar Sang Bapa memberikan penyertaan kepada murid-murid-Nya supaya bersatu. Tema ini menarik ketika kita memperhatikan keadaan Indonesia sekarang ini dimana ada banyak denominasi/ aliran Gereja. Menurut data dari BIMAS (Pembimbing Masyarakat) Kristen, ada 300-an aliran gereja. Padahal semuanya mempunyai satu kepala yaitu Sang Kristus sendiri. Frase “Supaya semua menjadi satu” (Ut Omnes Unum Sint) lekat dengan gerakan Oikumene yang berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah) dan menein (tinggal). Dengan demikian oikumene berarti “rumah yang ditinggali” atau “dunia yang didiami”. Secara luas gerakan ini bisa dipahami sebagai gerak untuk bekerjasama-bersinergi ditengah keberagaman sehingga dunia menjadi rumah bersama yang bisa ditinggali. Dalam konsep lebih luas gerakan oikumene akan menembus agama suku ras dan budaya. Untuk terjalinnya sebuah kerjasama yang baik dan akhirnya membuat dunia menjadi rumah yang layak ditinggali bersama. Dalam konsep yang lebih sederhana oikumene ini dipahami gerak dari umat Kristen yang beragam demi membangun persekutuan kita yaitu Gereja (sebagai tubuh Kristus) sebuah gerak keesaan Gereja. Dengan gerakan ini, diharapkan seluruh umat Kristen di dunia dapat bekerja sama dan saling mendukung. Pada abad ke-20, gerakan ini kemudian dipahami sebagai upaya penyatuan atau kerjasama antara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam kekristenan (baik Katolik, Ortodoks, Protestan, Kharismatik, Pantekosta, dll) dengan berdirinya World Council Church (WCC) atau Dewan Gereja Dunia sebagai lembaga yang mewadahai gerak ini. Supaya setiap orang percaya berkerja sama membangun Kerajaan Allah di dunia.
Berbicara soal kerja sama 1 Korintus 12:12-31 memberikan panduan yang menarik, melalui konsep tubuh Paulus mencoba menyatakan ada banyak keragaman di tengah kita. Keragaman suku bangsa, keragaman agama, keragaman ideologi, keragaman tingkat ekonomi, keragaman dalam kemampuan/ talenta, dsb. Disitu Paulus mengajarkan kepada kita bahwa tubuh manusia terdiri dari banyak bagian: kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dll. Semua itu amat dibutuhkan oleh manusia, dan jelas bahwa setiap anggota tubuh tidak bisa bekerja sendiri. Sebagai contoh misalnya ketika kita haus dan ingin minum, maka pertama-pertama mata kita akan mencari di manakah sumber air. Setelah melihat sumber air, kaki akan berjalan membawa kita ke sana. Setelah sampai di sana, kita akan menggunakan tangan untuk mengambil air. Agar air bisa masuk ke tubuh dan kita dapat melepas dahaga, maka kita membutuhkan mulut, kerongkongan, usus, dll. Bayangkan bila salah satu anggota tidak berfungsi! Ketika mata kita tidak berfungsi, maka kita akan mengalami kesulitan untuk mencari sumber air. Atau ketika kaki yang tak berfungsi, maka kita akan sulit berjalan menuju sumber air. Demikian pula halnya dengan tangan dan mulut. Perikop 1 Korintus 12:12-31 mau menekankan bahwa yang penting bukan seberapa hebat diri kita dan talenta kita masing-masing, tetapi bagaimana kita bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan yang lain.
Kata “perbedaan” dan “perpecahan” jelas berbeda. Kata “perbedaan” menunjuk pada situasi dimana kita memiliki keberagaman seperti anggota tubuh yang saling berkerja sama. Sedangkan perpecahan adalah pemisahan diri, permusuhan, tidak ada kemungkinan bersatu. Kita diciptakan berbeda, bukan terpisah. Hal ini seperti yang dikatakan dalam 1 Kor. 12:13.
Roh Kuduslah yang akan memandu kita untuk menjadi satu. Semua dari kita adalah anggota gereja Tuhan, sebagai satu tubuh dengan banyak anggota. Anggota tubuh yang memiliki banyak perbedaan dan kemampuan yang akan bekerja sama untuk melaksanakan tugas panggilan-Nya.
Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh (1 Korintus 12:13).
Minggu, 25 Juni 2017
AKU DAN KOMUNITAS (4)
KELOMPOK KECIL: LIFE-FAITH-LIFE
(KIS 2:42-47)
Salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus untuk seluruh anggota jemaat dan simpatisan GKI Pengadilan Bogor. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan pembelajaran mengenai Aku dan Komunitas. Bila minggu lalu kita merenungkan bekerjasama dalam komunitas kita yang beragam, maka minggu ini kita akan belajar mengenai kelompok kecil.
Setiap orang memiliki kerinduan untuk dikasihi/merasakan kasih, karena itu adalah kebutuhan utama. Setiap orang juga memiliki panggilan yang utama yaitu untuk mengasihi/ mewartakan kasih. Tetapi mengasihi dan dikasihi tidak mungkin tanpa orang lain/komunitas. Karena kehadiran yang lain itulah yang membuat kita bisa merasakan kasih. Oleh karena itu menjadi kebutuhan kita untuk terhisab dan masuk dalam persekutuan. Berbicara persekutuan di sebuah gereja/jemaat bisa jadi akan terasa kurang hangat karena padatnya anggota, sehingga tidak semua orang bisa turut merasakan dan turut ambil bagian. Maka dicetuskanlah pendekatan baru dalam bentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kelompok dimana tiap orang bisa saling mengenal dan dikenal, saling menguatkan dan dikuatkan, kelompok dimana tiap anggota bisa terlibat dan terikat untuk pewartaan Kasih. Margana dalam buku Komunitas Basis memberikan ciri kelompok kecil:
“Ciri kelompok kecil yang baik adalah, di mana tiap anggota bisa berbagi kisah hidup dan mendengarkan kisah hidup anggotanya sehingga semakin dikuatkan. Persekutuan yang relatif kecil, saling mengenal, tinggal berdekatan (dengan begitu setiap anggota akan tersapa secara intensif), atau memiliki kepentingan bersama yang secara berkala mengadakan pertemuan. Dalam kelompok kecil biasanya berdoa, membaca dan mengadakan sharing Alkitab dan berusaha mencari solusi bagi permasalahan yang ada, serta melakukan tindakan sosial yang nyata bagi sesama anggota, masyarakat, dan lingkungan alam sekitarnya.”
Ternyata kelompok kecil dimulai dari berbagi kisah hidup, atau dimulai dari kebutuhan anggota kelompok. Dari kisah hidup itu barulah kita tahu bagaimana Alkitab dapat memandu kita mengatasi kondisi/kisah yang sedang kita alami. Tetapi tidak berhenti di situ saja, kita yang sudah diperbarui oleh Alkitab harus berupaya mencari solusi atas pergumulan kita bersama. Inilah yang disebut dengan Life to faith and life in faith. Membawa kehidupan pada Iman dan hidup di dalam terang Iman.
Kis 2:42-47 memberikan panduan kepada kita, dalam kehidupan Jemaat perdana komunitas yang muncul adalah kelompok kelompok kecil yang berkumpul bersama. Tiap anggota jemaat mempunyai kisah hidup masing-masing dan mereka semua berkumpul untuk belajar firman dari Para Rasul. Setelah mereka merasakan pengajaran dan mujizat, mereka memiliki kisah hidup baru. Mereka menjual segala harta milik mereka dan membagikannya sesuai keperluan masing-masing. Itu tindakan nyata mereka dalam kehidupan, mereka memiliki konsep baru tentang persahabatan dan kepedulian sehingga semua anggota berkecukupan. Setelah itu kembali lagi mereka bertekun dalam pembelajaran dan doa, dan kemudian terus bertumbuh dan bertumbuh.
Komunitas Kecil selalu menghasilkan pembaruan hidup dalam tiap pertemuannya, dan bukti nyata dari itu adalah pewartaan kasih (baik komitmen atau tindakan nyata untuk masyarakat). Proses ini terus berulang sehingga kita terus diperbarui. Proses LIFE-FAITH-LIFE ini membuat kelompok kecil bisa dirasakan dampaknya dan mengundang yang lain untuk masuk dan hadir.
Contoh: kita dalam kelompok kecil membahas tema Tanggung Jawab pada Alam (Life). Terang Alkitab menugaskan kita untuk memelihara Alam (Faith). Maka kita dalam kelompok kecil merumuskan tindakan nyata bersama sebagai satu kelompok kecil (Life). Proses LIFE –FAITH-LIFE tidak berhenti di situ saja. Kita harus mengevaluasi tindakan kita. Tetapi ternyata kita menemukan banyak yang belum peduli karena terjebak pada nafsu pementingan diri untuk menguasai dan menaklukan alam. Sehingga kita menemukan lagi bahan kelompok kecil selanjutnya yaitu Hawa Nafsu. Untuk itu kita kembali lagi berproses dengan Alkitab untuk kemudian merumuskan tindakan bersama. Begitu seterusnya sehingga kita terus menerus dibaharui oleh Alkitab dan semakin tajam dalam mewartakan kasih/ tindakan bersama. Kelompok kecil akan terus bergerak dalam proses ini: LIFE-FAITH-LIFE-FAITH-LIFE. Proses ini menegaskan bahwa sebagai orang percaya, kita hidup dan bertumbuh di dunia dan terpanggil berdampak bagi dunia. Maka kelompok kecil adalah sarana kita melakukan tugas perutusan itu. Kelompok kecil bukanlah sekedar kumpul komunitas, kelompok kecil bukan sekedar media curhat. Tapi Kelompok Kecil cara kita berdampak bagi sesama dam menyelamatkan dunia.
Sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kis 2:47).