November 2017

ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 5 November 2017

LE’OLAM HASDO

Salam sejahtera bagi Anda sekalian. Selamat Hari Minggu. Selamat mengikuti kebaktian. Kebaktian Minggu hari ini, 5 November 2017 adalah Kebaktian Pengucapan Syukur. Tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1968 Jemaat kita didewasakan sebagai Jemaat GKI (SW) Jabar yang pertama yang ada di kota Bogor ini. Jadi pada tanggal 31 Oktober yang lalu Jemaat kita merayakan hari jadi yang ke-49 tahun. Sebab itu, pada hari ini dalam seluruh kebaktian yang diselenggarakan mulai dari kebaktian Anak (SM), Kebaktian Remaja, Kebaktian Pemuda, Kebaktian di Pos Kracak, dan seluruh Kebaktian Umum; kita merayakan syukur atas perjalanan selama 49 tahun ini.

Dalam rangka kita merayakan syukur, kita perlu belajar dari umat Israel seperti yang ditulis dalam kitab Mazmur 136. Umat Israel ketika sudah berada dalam kemapanan masih tetap mampu untuk melakukan refleksi atas penyertaan dan pertolongan TUHAN Allah di masa yang lampau. Sehingga mereka dapat mengatakan “le’olam hasdo” (kasih setia TUHAN untuk selamanya) – atau bahasa kitab Mazmur: Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Ungkapan “le’olam hasdo” terus diulang-ulang untuk berbagai tahap penyertaan dan pertolongan TUHAN Allah kepada umat Israel.

Ungkapan “le’olam hasdo” pun saat ini, ketika kita merayakan syukur atas perjalanan selama 49 tahun perlu untuk kita kumandangkan. Le’olam hasdo, le’olam hasdo, le’olam hasdo. Mengapa kita perlu mengumandangkan “le’olam hasdo”? Karena keberadaan kita sampai sekarang ini sebagai jemaat Tuhan semata-mata karena kasih setia Tuhan yang selalu tercurah. Sebab siapa yang akan menyangka bahwa jemaat kita sekarang ini mempunyai anggota jemaat yang jumlahnya hampir 3.000 orang dan sangat beragam.

Dalam catatan sejarah dari jemaat kita ini dikatakan demikian. Jemaat kita bermula dari Pos Pekabaran Injil (Pos PI) yang diresmikan pada tanggal 11 Juni 1967, yang mengambil lokasi di sekolah Kristen yang terletak di jalan Surya Kencana No. 116, Bogor. Kebaktian peresmian Pos PI ini dilayani oleh Pdt. Eliezer Rasmindarja (alm) alias Pdt. Lie Beng Tjoan. Kalau kita mau mengenang Pdt. Eliezer Rasmindarja (alm), ia adalah orang yang cukup “berjasa” berkenaan dengan kehadiran beberapa jemaat GKI (SW) Jabar sekarang ini, terutama di Bogor, Cicurug, Cibadak, Sukabumi, Cianjur, Serang, Bandar Lampung, dan Metro. Pdt. Eliezer Rasmindarja (alm) nampaknya “spesialis” yang dipercaya oleh Sinode GKI Jabar pada waktu itu untuk mendirikan Pos PI dan mengasuhnya sampai menjadi jemaat GKI Jabar. Le’olam hasdo, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Pos PI yang diresmikan pada tanggal 11 Juni 1967 itu setiap minggu secara rutin mengadakan kebaktian. Pada tanggal 8 Oktober 1967 untuk pertama kalinya diselenggarakan Sakramen Perjamuan Kudus yang tentu saja dilayani oleh Pdt. Eliezer Rasmindarja (alm). Sakramen Perjamuan Kudus pada bulan Oktober ini tentu saja merupakan perayaan dari Perjamuan Kudus se Dunia (PKSD) dan Hari Pekabaran Injil di Indonesia (HPII). Sebagai kelengkapan adanya Pos PI, maka diangkatlah pengurusnya yang pertama. Ketua : JG. Abednego. Sekretaris : Arif Samekto. Bendahara : Harry Gunawan. (Ketiga orang pengurus Pos PI ini telah meninggalkan kita semua karena telah berpulang kepada Bapa yang di Sorga).

Perjalanan Pos PI selanjutnya adalah dibentuknya bidang-bidang kategorial : Seksi Anak Sekolah Minggu, Seksi Pemuda, Seksi Wanita, dan beberapa panitia. Dengan melihat perkembangan pengunjung kebaktian yang cukup pesat setiap minggunya, maka pengurus Pos PI bersama dengan Panitia Persiapan Peresmian Jemaat mengusahakan agar Pos PI di Bogor ini dapat segera diresmikan menjadi Jemaat GKI Jabar. Setelah segala persyaratan telah terpenuhi untuk diresmikan sebagai sebuah Jemaat GKI Jabar, maka dicarilah tanggal yang tepat untuk peresmiannya. Akhirnya disepakati bahwa tanggal peresmian Pos PI Bogor ini menjadi Jemaat GKI Jabar dilakukan tepat pada hari Reformasi yaitu tanggal 31 Oktober 1968. Le’olam hasdo, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Inilah susunan Majelis Jemaat GKI Bogor yang pertama: Ketua (Pdt. Konsulen): Pdt. Eliezer Rasmindarja; Wakil Ketua : D.J. Tjahja; Sekretaris 1 : Arif Samekto; Sekretrais 2 : U. Nathanael; Bendahara : Harry Gunawan; dan Anggota : Nj. Jahja Halim.

Tempat kebaktian di jalan Surya Kencana No. 116 sudah tidak memadai lagi karena setiap minggunya pengunjung kebaktian terus bertambah. Lalu dibelilah sebidang tanah dengan bangunan tua di atas tanah seluas 1150 M2 dengan harga Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) pada bulan Juli 1970. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Jalan Pengadilan No. 13, Bogor. Bangunan tua tersebut secara perlahan direnovasi, sampai pada akhirnya bisa digunakan untuk perayaan Natal, 25 Desember 1970. Lalu bangunan tersebut digunakan untuk kebaktian minggu mulai tanggal 3 Januari 1971. Sore hari pada tanggal tersebut bangunan ini diresmikan sebagai gedung Gereja oleh pengurus Sinode GKI Jabar.


Jadi kalau kita menengok ke tahap awal keberadaan jemaat kita, dan dibandingkan dengan keberadaan jemaat kita sekarang ini, maka tepatlah kalau kita juga mengumandangkan: le’olam hasdo, le’olam hasdo, le’olam hasdo, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Selamat Hari jadi. Selamat Bersyukur.

Teriring Salam dan Doa kami,
Forum Pendeta


Minggu, 12 November 2017

“KOMUNITAS BASIS”

Salam sejahtera bagi Anda sekalian. Selamat hari Minggu. Selamat mengikuti kebaktian-kebaktian di Jemaat kami. Kami berharap kebaktian yang dilakukan dapat berkenan di hadapan Tuhan. Kebaktian Minggu adalah sebuah “perayaan kemenangan”. Tuhan Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari pertama Minggu itu, yaitu Ahad (Minggu). Dalam kebaktian Minggu, kita selain bersekutu dengan Tuhan, juga bersekutu dengan sesama kita. Karena itu, marilah kita selalu mempersiapkan kebaktian Minggu ini dengan baik. Jangan sampai kita terlambat. Kebaktian Minggu itu harus utuh dan menyeluruh. Dari Votum sampai dengan Berkat.

Kami juga berharap kepada Anda sekalian selain mengikuti kebaktian Minggu dapat juga mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Jemaat kita baik yang dilakukan di gedung gereja kita maupun di wilayah-wilayah yang ada dalam lingkup kehidupan Jemaat kita. Karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu bukan untuk “menambah” kesibukan kita tetapi untuk “melengkapi” kita dalam pertumbuhan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sementara ini, kegiatan-kegiatan kita di wilayah masih terbatas pada 2 kegiatan yaitu Persekutuan Wilayah (sebulan sekali) dan Pemahaman Alkitab (ada wilayah yang melakukannya setiap minggu tapi juga ada yang melakukannya sebulan sekali).

Mungkin ada di antara kita memiliki lokasi tempat tinggal “jauh” dari lokasi gedung gereja ini. Sehingga untuk mencapai lokasi gedung gereja ini harus berpindah-pindah angkutan umum lebih dari satu kali (kalau tidak menggunakan kendaraan pribadi). Karena itu, alangkah baiknya kalau kegiatan-kegiatan gereja (selain hari minggu) dilakukan di wilayah-wilayah yang ada dalam lingkup Jemaat kita ini. Kegiatan-kegiatan di wilayah akan lebih mudah “terjangkau” lokasinya karena dekat dengan lokasi tempat tinggal kita. Juga, kegiatan-kegiatan di wilayah dapat semakin mengakrabkan kita satu dengan yang lainnya, selain juga semakin “memperlengkapi” kita dalam pertumbuhan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Istilah “komunitas basis” adalah nama kegiatan lingkungan (kalau kita wilayah) dari saudara-saudara kita umat Katolik. Di “komunitas basis” ini, mereka sungguh dapat merasakan suasana kehangatan dalam hidup persekutuan. Setiap orang dalam “komunitas basis” selain dapat saling mengenal satu dengan yang lainnya, juga semakin mempererat “hubungan” sebagai satu persekutuan. Berbagai kegiatan dilakukan dalam “komunitas basis”ini. Selain kegiatan ibadah, pemahaman Alkitab, diskusi tentang topik tertentu, paduan suara, juga ada “paroki” yang menyelenggarakan “credit union” (semacam koperasi simpan pinjam di antara sesama anggota “komunitas basis” dalam satu “paroki”). Tetapi yang dapat kita pelajari dari “komunitas basis” ini adalah keakraban dan kekompakkannya. Contoh sederhana saja jika ada anggota “komunitas basis” ini yang sedang mengalami “kesusahan” dalam kehidupannya, maka itu mejadi perhatian dari semua anggota “komunitas basis” untuk peduli terhadap “kesusahan” yang sedang melanda salah satu anggota “komunitas basis” itu. Sehingga anggota “komunitas basis” yang sedang “kesusahan” itu tidak hanya berjuang seorang diri saja tetapi juga merasakan dukungan dari saudara-saudara se persekutuannya. “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”. Mungkin itulah peribahasanya.

Memang kegiatan-kegiatan kita selama ini tidak dinamakan “komunitas basis”. Tetapi apapun namanya tidak menjadi masalah yang penting adalah “makna”nya. Kegiatan-kegiatan kita di wilayah seharusnya dapat menimbulkan keakraban dan kekompakkan juga. Setiap tahun pelayanan, wilayah-wilayah juga secara bergilir diberi kepercayaan untuk menjadi panitia-panitia yang menangani satu kegiatan tertentu dalam kehidupan kita berjemaat. Jadi di wilayah-wilayah kita juga belajar berorganisasi untuk memupuk keakraban dan kekompakkan itu. Namun satu hal yang harusnya masih dapat ditambahkan yaitu sikap “ringan sama dijinjing,berat sama dipikul” sebagai wujud nyata dari kehidupan kita sebagai satu persekutuan.

Sebab itu, kami berharap jika Anda berada dalam wilayah pelayanan dari Jemaat kita, marilah segera “bergabung” dengan wilayahnya. Anda dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di wilayah. Dengan demikian Anda dikenal oleh anggota-anggota dalam wilayah tersebut. Anda pun dapat “berkontribusi” dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di wilayah tersebut. Dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak sia-sia. Selamat mengembangkan pelayanan kita di wilayah-wilayah yang ada dalam lingkup Jemaat kita. Sehingga akan tercipta suasana keakraban dan kekompakkan dalam kehidupan kita sebagai wujud nyata dari persekutuan Kristen.

Demikianlah sapaan gembala untuk kali ini. Minggu depan kami juga akan tetap menyapa Anda sekalian. Terima kasih.

Teriring salam dan doa kami,
Forum Pendeta


Minggu, 19 November 2017

MENYONGSONG TAHUN KE-50 JEMAAT KITA

Salam sejahtera bagi Anda sekalian. Selamat hari Minggu. Selamat beribadah. Dalam kebaktian minggu hari ini, pada Kebaktian Umum I (KU 1 – pukul 07.00) dilantik Panitia HUT ke-50 Jemaat kita. HUT ke-50 Jemaat kita itu sendiri akan “jatuh” pada tanggal 31 Oktober 2018. Sebab Jemaat kita ini diresmikan sebagai Jemaat GKI Jabar pertama di kota Bogor pada tanggal 31 Oktober 1968. Jadi Panitia HUT ke-50 ini mempunyai waktu yang “leluasa” untuk mempersiapkan HUT ke-50 Jemaat kita. Marilah kita doakan Panitia HUT ke-50 ini agar dapat bekerja dengan baik dan seksama. Marilah juga kita dukung Panitia HUT ke-50 ini agar dapat mempersiapkan berbagai kegiatan yang dapat semakin meningkatkan kebersamaan dan spiritualitas kita sebagai Jemaat Tuhan.

Namun sebelum kami melanjutkan Sapaan Gembala tentang Menyongsong Tahun ke-50 Jemaat kita, perkenankanlah kami untuk menambahkan terlebih dahulu kegiatan gerejawi kita dalam sepanjang hari ini. Dalam KU 2 (pukul 10.00) diterima beberapa anggota Jemaat kita yang baru yang berasal dari beberapa gereja yang memiliki ajaran yang berbeda dengan Gereja kita. Mereka ingin menjadi anggota Jemaat ini bukan karena “diiming-imingi” sesuatu tetapi karena keinginan dan kerinduan dari diri mereka sendiri. Karena mereka berasal dari beberapa gereja yang memiliki ajaran yang berbeda dengan gereja kita, maka sebelumnya mereka selama 6-8 kali pertemuan telah mengikuti katekisasi (katekese) penyesuaian di Jemaat kita, yang diakhiri dengan percakapan oleh Majelis Jemaat. Apa yang diajarkan dalam katekisasi (katekese) penyesuaian itu? Tentu saja tentang pemahaman kita sebagai GKI :sejarah singkat GKI, sistem bergereja sebagai GKI, dan ajaran-ajaran yang berlaku di GKI. Karena itu,marilah kita sambut dengan sukacita kehadiran saudara-saudara kita yang baru ini. Bagi saudara-saudara yang baru diterima sebagai anggota Jemaat di sini, kami mengajak Anda sekalian untuk segera “mempersekutukan” diri dengan anggota-anggota Jemaat yang lainnya. Selamat datang dan selamat bersekutu, kami ucapkan untuk Anda sekalian yang baru diterima sebagai anggota Jemaat pada hari ini.

Pada hari Minggu ini juga Majelis Jemaat menyelenggarakan agenda rutin bulanannya, yaitu Persidangan Majelis Jemaat (PMJ). Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam lingkup GKI yang disebut Majelis Jemaat itu adalah para penatua dan para pendeta. PMJ adalah sarana tertinggi untuk mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupan kita sebagai Jemaat Tuhan. Karena itu, jika Anda mempunyai usulan atau masukan tentang bagaimana kita harus semakin meningkatkan kebersamaan dan spiritualitas kita sebagai Jemaat Tuhan, silakan sampaikan kepada Majelis Jemaat paling tidak 1 minggu sebelum PMJ berlangsung.

Kini kita kembali pada pokok Sapaan Gembala pada hari ini yaitu Menyongsong Tahun ke-50 Jemaat kita. Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, sang Raja Gereja, karena ternyata Ia tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya. Ia tetap menyertai dan menolong Gereja-Nya. Sehingga walaupun kadang kala dalam kehidupan kita berjemaat dilanda “angin keras”, “gelombang tinggi”, dan bahkan “gempa bumi”, Jemaat kita masih tetap berada sampai sekarang ini, dan bahkan terus mengalami pertambahan anggota Jemaat (walaupun pertambahan anggota jemaat yang terbanyak berasal dari perpindahan anggota jemaat dari gereja-gereja lain baik yang seajaran maupun yang tidak seajaran dengan Gereja kita; memang seharusnya pertambahan anggota jemaat yang “sehat” itu berupa orang-orang Kristen baru). Sekarang ini jumlah anggota jemaat kita (seperti yang pernah kami sampaikan pada Sapaan Gembala, tanggal 5 November 2017 yang lalu) sekitar 3000 anggota jemaat yang meliputi anak-anak dan orang dewasa.

Tahun ke-50 Jemaat kita memang masih kurang lebih 1 tahun lagi. Karena itu, jika Anda mempunyai usulan/masukan untuk hal tersebut, silakan sampaikan kepada Panitia HUT ke-50 ini. Jangan biarkan Panitia HUT ke-50 ini “bekerja” sendiri. Maksudnya : dari merencanakan kegiatan-kegiatan sampai penyelenggaraannya dilakukan sendiri saja oleh Panitia. Panitia HUT ke-50 ini membutuhkan dukungan dari kita sekalian selaku anggota-anggota Jemaat. Sebab itu, kami ingin mengajak marilah kita “berkontribusi” positif untuk penyelenggaraan HUT ke-50 tahun ini.

Kita harus mengakui bahwa sebagai Jemaat GKI, kita sudah lama tidak menerbitkan Buku Kehidupan Jemaat (harusnya terbit setiap akhir tahun pelayanan). Sehingga mungkin banyak hal yang “tercecer”. Itu berarti merupakan “tugas berat” dari Panitia HUT ke-50 ini agar yang “tercecer” itu dapat ditemukan dan dikumpulkan sehingga catatan perjalanan kita sebagai Jemaat Tuhan akan menjadi semakin nampak jelas “benang merah”nya. Begitu pun dengan sejarah awal Jemaat kita ini konon katanya apa yang selama ini tertulis itu masih belum lengkap, karena ada bagian-bagian tertentu yang hilang. Karena itu, jika ada di antara kita yang masih ingat dengan jelas tentang sejarah awal Jemaat ini, silakan berikan masukan kepada Panitia HUT ke-50 ini. Sehingga ke depannya kita tidak perlu lagi harus “meluruskan” sejarah kita sebagai Jemaat Tuhan ini. Begitu pun tentang “tampak” gedung Gereja kita mengapa harus seperti sekarang ini? Tentu ada sejarahnya tersendiri. Dan bagi kita yang tahu “latar belakang” sejarah tentang “tampak” gedung Gereja kita silakan sampaikan kepada Panitia HUT ke-50 ini.

Demikianlah ajakan kami dalam Sapaan Gembala tentang Menyongsong Tahun ke-50 Jemaat kita. Selamat “bekerja keras” kepada Panitia HUT ke-50 ini. Juga, bagi Anda sekalian, berikanlah “talenta”mu untuk kehidupan dan kemajuan Jemaat kita ini.

Teriring Salam dan Doa kami,
Forum Pendeta


Minggu, 26 November 2017

MINGGU TRINITAS TERAKHIR DALAM TAHUN GEREJAWI

Salam sejahtera bagi Saudara sekalian. Selamat hari Minggu. Selamat berbakti dan bersekutu. Tanpa terasa satu tahun telah kita jalani dalam tahun gereja ini. Hari ini adalah minggu terakhir dalam tahun gereja. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tahun gereja itu diawali dengan minggu Adven dan diakhiri dengan minggu Trinitas. Jadi tahun gereja ini berbeda dengan tahun masehi, walaupun perhitungan awalnya berdasarkan pada tahun masehi. Misalnya, bagaimana kita menentukan kapan dimulainya minggu Adven itu? Untuk menentukan kapan dimulainya minggu Adven, kita perlu mencari tahu dulu tanggal 25 Desember itu jatuh pada hari apa? Pada tahun 2017 ini, tanggal 25 Desember itu jatuh pada hari Senin, lalu ditarik ke depan 4 (empat) hari Minggu sebelum tanggal 25 Desember tersebut. Itu berarti hari Minggunya jatuh pada tanggal 24, 17, 10, dan 3 Desember 2017. Nah tanggal 3 Desember 2017 itu berarti kita sudah memasuki awal tahun gereja, yaitu minggu Adven I.

Kata “adven” berasal dari bahasa Latin yaitu kata “adventus” yang artinya kedatangan (bukan penantian). Jadi kalau kita memasuki minggu-minggu Adven itu berarti kita sudah memasuki minggu-minggu kedatangan untuk menyambut kelahiran Yesus. Minggu Adven ini berlangsung selama 4 hari Minggu. Karena itu, kalau kita benar-benar ingin dengan taat mengikuti tahun gereja, seharusnya kita sebagai gereja mempunyai “kesabaran” dalam rangka menyelenggarakan perayaan Natal. 4 hari minggu Adven itu dilalui dahulu baru setelah itu kita dapat merayakan Natal. Tapi dalam kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen yang tidak taat (atau tidak tahu) terhadap tahun gereja dan tidak mempunyai “kesabaran” dalam merayakan Natal. Karena itu, tidak sedikit orang Kristen atau gereja yang merayakan Natal dalam minggu-minggu Adven.

Setelah 4 hari minggu Adven kita lalui, barulah kita memasuki masa raya Natal. Kebaktian malam Natal, Kebaktian Natal, dan Perayaan Natal. Setelah masa raya Natal kita lalui barulah kita memasuki minggu Efipania (arti kata efipania itu sendiri adalah “face to face”, berhadapan muka). Minggu Efifania dalam tahun gereja dipahami sebagai minggu kedatangan orang-orang Majus yang menemui bayi Yesus. Setelah itu, dalam tahun gereja, kita memasuki minggu Septuagesima (70 hari sebelum minggu Paskah), minggu Sexagesima (60 hari sebelum minggu Paskah), dan seterusnya.

6 (enam) hari minggu sebelum minggu Paskah, kita merayakan minggu-minggu Pra Paskah. Sebelum kita merayakan minggu Pra Paskah I, (sekarang ini) ada perayaan Rabu Abu (tanda penyesalan dan tobat). Setelah kita merayakan minggu Pra Paskah VI (minggu Palmarum = daun-daun Palem) kita merayakan hari Kamis Putih (ada gereja yang menggunakan sebutan malam Getsemani). Barulah keesokan harinya yaitu hari Jumat, kita merayakan hari raya Jumat Agung (tradisi di Jemaat kita bertepatan dengan perayaan Jumat Agung dilangsungkan sakramen Perjamuan Kudus – dalam tradisi GKI (SW) Jabar, sakramen Perjamuan Kudus pada waktu perayaan Jumat Agung ini merupakan sakramen Perjamuan Kudus yang ke-2 kalau mengikuti tahun Masehi; tapi sekarang ini ada jemaat-jemaat GKI (SW) Jabar tertentu yang tidak melangsungkan sakramen Perjamuan Kudus pada saat perayaan Jumat Agung melainkan memindahkannya ke hari minggu Paskah). Setelah hari Jumat Agung, kita memasuki hari Sabtu sunyi/ kelabu. Baru setelah itu, kita merayakan minggu Paskah (kata “paskah” berasal dari bahasa Ibrani “pesakh” yang artinya melewati/ melalui, yang mengingatkan kepada malam terakhir umat Israel berada di Mesir, dimana rumah-rumah yang ada tanda darah sang anak domba, anak sulungnya tidak meninggal dunia karena TUHAN melewati/ melaluinya tapi rumah-rumah yang tidak ada tanda darah anak domba, anak sulungnya meninggal dunia; dan pada saat Mesir mengalami duka itulah umat Israel meninggalkan Mesir; tapi kalau kita menggunakan sebutan minggu Paska (ini berasal dari bahasa Yunani yaitu pasca=melewati/melalui: misalnya sekarang ini kita mengenal program studi pasca-sarjana (orang yang sudah melewati/ melalui program studi sarjana).

Namun satu hal yang harus kita ingat bahwa dalam iman Kristen, Paska/ Paskah (kemenangan Yesus dari kematian) merupakan intisari iman Kristen. Dengan Paskah,murid-murid Yesus ketika itu kembali mempunyai semangat dan pengharapan. Dengan Paskah, Yesus yang telah menang atas kematian diberitakan, yang lahirnya lahirlah gereja. Setelah itu, 40 hari kemudian, kita sebagai gereja merayakan hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga. 10 hari kemudian barulah kita merayakan hari raya minggu Pentakosta (menjelang perayaan minggu Pentakosta ini, tidak sedikit jemaat-jemaat GKI (SW) Jabar yang menyelenggarakan Kebaktian doa menjelang Pentakosta). Dalam tradisi kita sebagai jemaat GKI (SW) Jabar, pada setiap kita merayakan hari raya Pentakosta, kita diberi kesempatan untuk menyampaikan persembahan syukur tahunan kita (hal ini mengingatkan kita kepada tradisi umat Israel yang membawa hasil panen pertama pada hari raya Pentakosta Yahudi; dan juga mengingatkan kita kepada hari lahirnya Gereja karena pencurahan Roh Kudus).

Setelah gereja merayakan hari raya Pentakosta, gereja memasuki minggu-minggu Trinitas, minggu-minggu biasa. Minggu-minggu Trinitas ini berlangsung cukup lama sampai gereja kembali memasuki minggu Adven. Jadi hari Minggu, 26 November 2017 ini adalah minggu Trinitas terakhir dalam tahun gereja. Hari ini, dalam tahun gereja, adalah hari terakhir kita melihat kain mimbar dan stola pendeta yang berwarna hijau. Sebab pada hari Minggu, 3 Desember 2017, kain dan stola pendeta akan berganti menjadi warna ungu.

Demikianlah sapaan gembala pada hari ini, semoga kita lebih memahami dan memaknai tahun gereja dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen.

Teriring Salam dan Doa kami,
Forum Pendeta