Mei 2018

ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 6 Mei 2018

KAMU ADALAH SAHABAT-KU

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada hari Minggu ini, 6 Mei 2018 kita memasuki Minggu Paskah yang ke enam. Dalam sapaan gembala kali ini kita merenungkan bagian dari Alkitab yang berbunyi: Kamu Adalah Sahabat-Ku (Yoh. 15:14a). Firman Tuhan Yesus Kristus itu disampaikan kepada para murid-Nya dan juga kepada kita. Asalkan kita berbuat seperti apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita sebagai umat-Nya.

Sahabat dalam bahasa Yunani adalah filoi, yang artinya bahwa untuk sahabat-Nya, manusia, ada sesuatu yang telah Ia lakukan. Apa yang Yesus lakukan? Ia mengorbankan diriNya, Ia mati terhina dan terkutuk di Kalvari. Demikian pun jika kita disebut sebagai sahabat-Nya, maka kita harus mewujudkannya dalam tindakan kita seperti yang telah Tuhan Yesus teladankan dan perintahkan.

Kasih dalam bahasa Yunani adalah agape. Kasih merupakan identitas kekristenan kita. Kasih Allah Bapa yang menggapai dan merengkuh kita. Kasih yang membuat kita mengalami anugerah-Nya, sehingga kita sanggup untuk mengasihi seperti yang dikehendaki-Nya. Meskipun kita sering mendengar ajaran tentang kasih Kristus dan memahaminya, pada kenyataannya, mempraktikkan ajaran kasih itu tidak semudah yang kita katakan. Terlebih lagi saat kita berhadapan dengan orang yang menyakiti kita. Kita lebih mudah membenci daripada mengasihi. Atau saat kita dikhianati dan dikecewakan, maka lebih mudah untuk mendendam daripada mengampuni.

Dunia ini sedang krisis, sikap individualistis, yang artinya semakin banyak orang menjadi egois dan hanya peduli pada kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Hal ini membuat dunia ini semakin mengalami krisis kasih. Kasih tidak lagi tulus tetapi penuh perhitungan, kasih menjadi terbatas dan terkotak-kotak. Dendam dibalas dengan dendam sehingga semakin banyak luka yang ditimbulkan. Hal itu juga membuat dunia semakin tidak ramah, orang begitu tertutup dan penuh prasangka terhadap orang yang berbeda.

Tuhan Yesus Kristus yang bangkit menyerukan panggilan kepada kita untuk menjadi sahabat (filos)-Nya. Kristus telah menjadi sahabat kita dengan menyatakan kasih secara total sampai menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Demikian pun kita dipanggil untuk menjadi sahabat-sahabat bagi orang-orang di sekitar kita. Saat Kristus telah memilih kita sebagai sahabat-Nya, maka salah satu bentuknya adalah ketika kita bersedia menjadi sahabat bagi setiap sesama di sekitar kita. Selamat menjadi sahabat bagi setiap orang yang Tuhan ijinkan hadir dalam kehidupan kita.

Teriring salam kasih,
Forum Pendeta


Minggu, 13 Mei 2018

KUASA ILAHI DAN TANGGAPAN MANUSIA

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada Minggu, 13 Mei 2018, kita memasuki Minggu Paskah yang terakhir menurut kalender gerejawi. Dalam sapaan gembala ini, marilah kita merenungkan satu tema, “Kuasa Ilahi dan Tanggapan Manusia”. Penyelamatan Allah ke atas manusia adalah kehendak Allah. Allah sendirilah yang mengerjakan keselamatan itu bagi manusia dan tidak berdasarkan kebajikan manusia sedikitpun. Di dalam pengertian yang demikianlah, penyelamatan dan keselamatan manusia merupakan anugerah Allah semata-mata, lih. Efesus 2:8-10.

Kuasa Ilahi-Nya, yaitu Roh Kudus, berkarya di dalam diri setiap umat, orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Penolong, sebagaimana difirmankan oleh Tuhan sendiri di dalam injil Yohanes 14:16. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”. Namun demikian, pertolongan Kuasa Ilahi-Nya, dalam arti penyelamatan Allah ke atas manusia, tidaklah berjalan dengan prinsip otomatis. Allah menghendaki manusia memperoleh keselamatan dan Dia sendirilah yang mengerjakannya, tetapi tidak dengan sendirinya menyebabkan semua umat manusia memperoleh keselamatan.

Untuk memperoleh keselamatan di dalam penyelamatan Allah, manusia harus menentukan sikapnya dan kemudian menanggapinya. Sehingga keselamatan dari Allah menempatkan manusia pada posisi aktif dan bertanggungjawab. Sikap itulah yang disebut percaya atau beriman, lih. Roma 1:16,17. Oleh karena penyelamatan Allah dilaksanakan di dalam hidup dan pekerjaan Yesus Kristus, maka sikap itu disebut percaya atau beriman kepada Yesus Kristus. Maka kita bisa menyimpulkan keselamatan adalah karya Allah yang ditanggapi oleh manusia.

Lalu bagaimana kah cara kita untuk menanggapi karya Keselamatan ? Injil Yohanes 17:6-19 bisa menjadi bahan perenungan untuk menjawabnya. Bagian ini merupakan doa imam besar, sebelum Yesus Kristus berpisah dengan murid-murid-Nya. Dalam doa-Nya kepada Bapa-Nya di surga, Yesus Kristus meminta dalam ayat 11 “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita”. Jelas Ia memohon kepada Bapa-Nya agar menjaga, memelihara dan menguduskan murid-murid-Nya. Ia juga meminta supaya para murid-Nya hidup dalam kesehatian, sepikir dan seperasaan, alias tetap bersatu.

Kontra dengan doa Yesus Kristus, apa yang terjadi kemudian? Para murid terguncang hebat. Ada murid yang tidak menjaga kekudusan, yang memilih untuk berkompromi dengan dunia yang membenci mereka. Dialah si penghianat, Yudas Iskariot. Padahal sejatinya mereka harus setia. Apakah doa Yesus Kristus itu tidak manjur atau tidak didengar Bapa-Nya? TUHAN, Allah Bapa, menciptakan manusia bukan sebagai robot yang berlaku seperti yang telah diprogramkan bagiNya. Ada kehendak bebas pada manusia, itulah yang harus dipertanggung-jawabkan pada hari penghakimannya. Bagaimanapun para murid adalah manusia biasa yang bisa mengkhianati dan menyangkali. Simon Petrus pernah tiga kali menyangkali Tuhannya, tetapi setelah perjumpaan pribadinya dengan Tuhan Yesus Kristus yang bangkit, dapat menyelesaikan permasalahan itu dengan Tuhan.

Kegagalannya kini diubah menjadi kebangkitannya untuk memimpin para murid yang lain melanjutkan eksistensinya di dunia di mana mereka diutus oleh sang Maha Guru mereka. Para murid disertai, ditopang serta ditolong Kuasa Ilahi terus menerus dan peran serta mereka (manusia) dalam menghadapi pergumulan.

Teriring salam kasih,
Forum Pendeta


Minggu, 20 Mei 2018

PENTAKOSTA, ROH KUDUS MENYAPA BANGSA-BANGSA

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada hari ini Minggu, 20 Mei 2018, kita memasuki Minggu Pentakosta. Dalam sapaan gembala kali ini marilah kita merenungkan satu tema, “Pentakosta, Roh Kudus Menyapa Bangsa-bangsa”. Dalam Perjanjian Baru, Pentakosta disebut 3 kali: 1. Kis.2:1; 2. Kis.20:16; 3. 1 Kor. 16:8.

Di dalam Kis.2:1 disebutkan, “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat”. Pada hari itu, sesudah kebangkitan dan kenaikkan Tuhan Yesus Kristus, sekitar tahun 30 Masehi, para murid berkumpul di suatu rumah di Yerusalem dan mereka menerima tanda-tanda dari surga. Roh Kudus turun kepada mereka, mengaruniakan hidup baru, kekuasaan baru dan berkat yang diterangkan rasul Petrus sebagai penggenapan nubuat nabi Yoel.

Dikatakan dalam Kis. 2 ayatnya yang 3 dan 4 demikian, “tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”. Pada saat itu, para murid dipenuhi dengan Roh Kudus dan mereka dimampukan-Nya berbahasa dengan bahasa manusia yang bermacam-macam, sehingga waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.

Pentakosta, Roh Kudus menyapa bangsa-bangsa. Kita diingatkan pada peristiwa dimana manusia hendak mencari nama bagi dirinya sendiri, sehingga TUHAN mengacau balaukan bahasa manusia, dalam Kejadian 11:4, Kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Dengan Pentakosta Perjanjian Baru, kita memahami bahwa bahasa yang dianugerahkan adalah bahasa kasih sebagai buah Roh Kudus. Dengan bahasa kasih itu, kita dapat merasakan dan mengalaminya dalam seluruh kehidupan kita. Karunia Roh Kudus itu bermacam-macam, tetapi buahnya hanyalah kasih yang bertahan sampai selama-lamanya.

Maka marilah kita menyapa semua orang dalam bahasa kasih yang Tuhan Yesus Kristus telah anugerahkan kepada kita.

Teriring salam kasih,

Forum Pendeta


Minggu, 27 Mei 2018

MENGIMANI TRINITAS MEMBANGUN KOMUNITAS

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada hari Minggu ini 27 Mei 2018, kita memasuki Minggu Trinitas. Dalam sapaan gembala ini kita merenungkan tema, “Mengimani Trinitas Membangun Komunitas”.
Pada prinsipnya, Allah adalah satu-satunya juru selamat umat manusia, sebagaimana yang disaksikan Maria, ibu Yesus Kristus, dalam Lukas 1:46-48 “Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.” Berdasarkan berita dari Alkitab, kita mengetahui ada tiga masa dan tiga cara penyelamatan Allah, yaitu:

  1. Pada masa pertama, Allah satu-satunya juru selamat melaksanakan penyelamatan-Nya dengan cara masuk melibatkan diri di dalam kehidupan bangsa Israel, yang dibebaskan-Nya dari perhambaan di Mesir dan diangkat-Nya sebagai umat-Nya. Di dalam masa penyelamatan yang pertama ini, Allah disebut dan disembah dengan nama Israeli: YAHWEH (=TUHAN/LAI). Penyelamatan Allah ini terukir di dalam sejarah dan kehidupan bangsa Israel. 
  2. Di dalam satu garis lurus sejarah penyelamatan yang sama, di dalam masa penyelamatan yang kedua, Allah satu-satunya juru selamat itu, melaksanakan penyelamatan-Nya dengan cara masuk melibatkan diri di dalam kehidupan manusia, di dalam lingkungan kebudayaan Yunani-Romawi dengan cara yang begitu manusiawi, lahir dan hidup sebagai manusia. Di dalam masa penyelamatan yang kedua ini, Allah disebut dan disembah dengan nama Israeli yang di Yunani-Romawikan, yaitu : Yesus (Kristus). Penyelamatan Allah terwujud di dalam hidup dan pekerjaan Yesus. Yesus menyapa Yahweh dengan sebutan Bapa, demikian pun Bapa menyapa Yesus dengan sebutan Anak. 
  3. Di dalam satu garis lurus sejarah penyelamatan yang sama, di dalam masa penyelamatan yang ketiga, Allah satu-satunya juru selamat itu, melaksanakan penyelamatan-Nya dengan cara masuk melibatkan diri di dalam kehidupan manusia, sebagai Kuasa yang bekerja di dalam diri manusia, untuk menolong manusia mengenal Yesus sebagai penyelamatan Allah, sehingga manusia menerima penyelamatan Allah yang dikerjakan-Nya di dalam Yesus itu berlaku ke atas dirinya. Jadi, penyelamatan Allah di dalam masa ketiga ialah berdasarkan apa yang dikerjakan-Nya di dalam Yesus. Di dalam masa penyelamatan yang terakhir ini, Allah disebut dan disembah dengan nama Roh Kudus. Penyelamatan Allah berlangsung terus di dalam karya Roh Kudus.

Jadi, YAHWEH, Yesus dan Roh Kudus adalah Allah yang satu dan yang sama; satu-satunya juru selamat manusia, yang di dalam sejarah umat manusia melaksanakan penyelamatan-Nya di dalam tiga masa dan dengan tiga cara. Itulah yang di dalam sejarah gereja dipahami dengan rumusan Allah trinitaris: Bapa, Anak (Putera) dan Roh Kudus (Mat 28:19).

Kita hidup di dalam masa penyelamatan yang ketiga, di mana penyelamatan Allah berdasarkan karya Yesus Kristus dan berlangsung di dalam bekerjanya Roh Kudus.

Forum Pendeta