Desember 2019

ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor


Minggu, 1 Desember
 2019

O COME, O COME, EMMANUEL

Umat Tuhan yang terkasih, tidak terasa kita telah memasuki Bulan Desember. Tentunya suasana menyambut Natal telah sedikit banyak kita rasakan. Begitu pula di gereja kita. Bahkan sebelum memasuki minggu adven, persiapan Natal sudah mulai dilakukan. Ada yang spesial untuk Natal tahun 2019, yang dipersiapkan oleh Panitia Natal GKI Pengadilan Bogor bersama dengan aktivis. Ibadah Malam Natal, pada tanggal 24 Desember 2019, akan dikemas dalam bentuk kantata (dengan orkestra dan paduan suara). Kita akan menghayati sukacita Malam Natal dalam puji-pujian bagi kemuliaan Sang Juruselamat. Oleh karena itu, Sapaan Gembala sepanjang Bulan Desember 2019, akan menampilkan ulasan latar belakang singkat dari beberapa lagu yang akan dinyanyikan pada kantata Malam Natal tersebut. Kami berharap bahwa ulasan singkat ini menambah semangat Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk menghadiri Ibadah Malam Natal tanggal 24 Desember 2019 nanti. Seluruh ulasan ini, disarikan dari buku “Songs of Christmas” karya Bishop Emeritus Robert M. Solomon, yang diterbitkan oleh Discovery House from Our Daily Bread Ministries.

Lagu yang akan dibahas minggu ini berjudul asli “Veni, Veni, Emmanuel”, sebuah hymne Latin yang teks lagunya pertama kali muncul di Jerman pada tahun 1710. Terjemahan bahasa Inggrisnya “O Come, O Come, Emmanuel” diperkenalkan pada tahun 1861 dan dikerjakan oleh John Mason Neale. Dalam bahasa Indonesia, lagu ini diterjemahkan dengan judul “O, Datanglah Imanuel”. Dari teks dalam bahasa Inggris terdapat 7 stanza/bait, namun dalam terjemahan Indonesia yang dimuat dalam Kidung Jemaat, kita hanya memiliki 5 stanza/ bait. Lagu ini bernuansa pengharapan akan kedatangan Sang Penebus. Pada tahun ini, sepanjang Adven, kita akan menyanyikannya dan berpuncak pada Malam Natal di mana lagu ini akan diiringi dengan orkestra.

Setiap bait memiliki latar belakang alkitabiah. Pada saat ini, kita hanya akan membahas bait lagu dalam bahasa Indonesia. Bait 1 berbicara tentang “Imanuel”. Hal ini didasarkan pada nubuatan yang disampaikan pada zaman nabi Yesaya yang dapat kita baca dalam Yesaya 7:14 “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” Nubuatan ini mendatangkan pengharapan sekaligus kerinduan yang sangat akan kedatangan Sang Imanuel untuk membebaskan Israel dari segala penderitaan. Pemenuhan nubuatan ini terjadi ketika malaikat datang kepada Maria dan menyampaikan pesan seperti yang dituliskan dalam Matius 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.”

Bait 2 menggambarkan Sang Juruselamat dengan istilah “tunas Isai”. Hal ini mungkin jarang kita dengar tapi merupakan bagian firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yesaya dalam Yesaya 11:1-2 (TB) “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;”. Hal ini menegaskan bahwa Yesus lahir dari garis keturunan Daud (Isai adalah ayah dari Raja Daud).

Bait 3 perkataan “Surya Pagi” memberikan identitas kepada Yesus yang datang untuk menyinari bumi yang kelam karena dosa. Mengenai kehadiranNya sebagai terang bagi bangsa-bangsa ada beberapa ayat yang mencantumkannya seperti dalam Yesaya 9:2, Yesaya 60:1-2, Maleakhi 4:2. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita bisa mendapatinya dalam Nyanyian Pujian Zakharia di Injil Lukas 1:78.

Bait 4 menyebutkan mengenai “kunci Daud”, sebuah ungkapan yang juga terkait dengan nubuat dalam Yesaya 22:22. dan ini kemudian dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 16:19 di mana Yesus akan memberikan kunci Kerajaan Sorga. Dialah yang memiliki segala kuasa untuk membuka maupun menutup.

Bait 5 menyatakan mengenai “Tuhan Allah”. Mengingatkan akan peristiwa Sinai, di mana Tuhan Allah memberikan hukumNya untuk menuntun kehidupan baru bangsa Israel yang tadinya dalam belenggu perbudakan Mesir menjadi bangsa merdeka. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menyatakan hukum Allah melalui pernyataan yang kita kenal dengan Hukum Kasih. Sang Imanuel, Yesus Kristus, hadir dalam hidup manusia untuk menjadi penuntun dan penolong yang mengangkat segala kebingungan kita.

Refleksi:
Mari kita menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan seraya berefleksi:
• Ketika kehadiran Sang Juruselamat, Yesus Kristus digambarkan dengan begitu luar biasa, bagaimanakah kita memaknai kehadiranNya dalam kehidupan pribadi kita?
• Seperti apakah pengharapan kita akan kedatangan Tuhan Yesus kembali? Bagaimana kita akan menyambut Dia yang datang itu?

Tuhan Yesus menolong kita memasuki masa adven dengan penghayatan yang lebih dalam.

Forum Pendeta


Minggu, 8 Desember 2019

IT CAME UPON THE MIDNIGHT CLEAR

Salah satu lagu pujian yang akan dibawakan dalam Kantata di Malam Natal berjudul “It Came Upon The Midnight Clear”. Terjemahan bahasa Indonesia lagu ini dimuat di buku nyanyian Kidung Jemaat dengan judul ” Di Malam Sunyi Bergema” (KJ 96), dan terdiri dari 5 bait. Melalui Sapaan Gembala kali ini, kita akan lebih mengenal lagu tersebut. Tulisan berikut disarikan dari tulisan Bishop Emeritus Robert M. Solomon dalam buku berjudul “Songs of Christmas” yang diterbitkan oleh Discovery House.

Lagu “It Came Upon The Midnight Clear” ditulis pada tahun 1849 oleh seorang pastor (pengkhotbah) Amerika benama Edmund Hamilton Sears pada situasi yang berat dan membuat depresi karena perang dan konflik. Beliau menuliskan hymne ini untuk memproklamasikan berita Natal di mana dunia yang sedang berkonflik ini butuh mendengarkannya. Hal yang menarik dari lagu ini sebagai lagu Natal adalah tidak mencantumkan atau bercerita mengenai Maria, Yusuf, Bethlehem, gembala, orang Majus atau bahkan bayi Yesus sebagai tokoh sentral dari Natal. Walaupun tidak berbicara mengenai bayi Yesus, tetapi pesan mengenai kehadiran Penebus, yang membawa damai sejahtera dunia begitu kuat didengungkan. Sang Penebus, Dialah Sang Imanuel, Allah yang beserta kita. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Ibrani 2:17 (TB) “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.” Bagaimanapun rusaknya kehidupan manusia oleh dosa, bahkan mengakibatkan kerusuhan sekalipun dalam hidup bersama, Sang Penebus dengan damaiNya mampu mengubahkan situasi menjadi sejahtera dan penuh harapan.

Pesan Natal yang dibawakan oleh Malaikat inilah yang seharusnya dihayati secara mendalam. Hal ini disampaikan untuk menggugah seluruh insan bahwa Natal bukan sekedar peristiwa masa lampau. Pesan kebenaran Natal yang seharusnya terus bergema hingga saat ini di tengah kehidupan yang porak poranda.

Refleksi:
Ketika kita mendengarkan lagu ini, marilah kita membuka hati dan pikiran:
– Apakah selama ini, ketika kita berpikir tentang Natal, pikiran dan sikap kita seolah 
memandangnya sebagai sebuah peringatan masa lampau saja dan tidak terkait dengan keadaan kita sekarang? Jika ya, maka marilah kita berubah karena Natal bermakna bagi hidup kita pada saat ini.

– Apakah pada Natal ini, situasi kita juga sedang dalam konflik dan ketidaknyamanan hubungan dengan orang di sekitar kita? Maka bukalah hati kita untuk mendengar nyanyian malaikat yang membawa pesan kehadiran Sang Penebus yang akan menganugerahkan damai sejahtera,

– Maukah kita, agar dalam Natal ini terjadi pemulihan relasi dalam kehidupan kita dengan Tuhan dan sesama? Sambutlah Sang Penebus dalam segala aspek kehidupan Saudara.

Tuhan Yesus, Sang Penebus, memampukan Saudara mengalami damaiNya pada Natal tahun ini dan hari-hari mendatang.


Minggu, 15 Desember 2019

ANGELS FROM THE REALMS OF GLORY

Bapak, Ibu dan Saudara terkasih, salah satu lagu pujian yang akan dibawakan dalam Kantata di Malam Natal, 24 Desember 2019, berjudul “Angels from the Realms of Glory”. Pada saat Panitia Natal bersama Pendeta menyusun tata ibadah Malam Natal, kami langsung terpikirkan dan menyenandungkan lagu “Muliakan Allah Bapa” dari KJ 242. Walaupun pas dengan nada yang ada, tapi terbersit rasa antara syair dalam Bahasa Inggris dan terjemahan Bahasa Indonesia tidak sesuai. Setelah mempelajari lebih teliti, buku nyanyian Kidung Jemaat pada bagian kelahiran Yesus dan masa Natal, kami menemukan bahwa syair dari “Angels from the Realms of Glory” ini dimuat dalam KJ 97 berjudul “Hai Malaikat dari Sorga”. Memang memakai notasi yang sama dengan KJ 242. Kami berharap bahwa dengan notasi lagu yang tidak asing ini, umat dapat terlibat untuk menyanyikannya pada saat kantata nanti. Melalui Sapaan Gembala ini, kita akan lebih mengenali syair lagu tersebut sehingga dapat meresapi maknanya dengan dalam. Tulisan di bawah ini disarikan dari tulisan Bishop Emeritus Robert M. Solomon dalam buku berjudul “Songs of Christmas” yang diterbitkan oleh Discovery House.

James Montgomery, penulis syair lagu ini lahir di Skotlandia pada 4 November 1771. Beliau sangat peduli terhadap keadaan sosial dan memberikan dukungan kepada program-program misi dan kepedulian kepada orang-orang yang berkekurangan. Tema utama dari lagu ini adalah panggilan untuk memuji Kristus. Bagian-bagian yang membentuk kisah Natal, dirangkumkan dengan indah oleh J. Montgomery dalam syairnya. Ada perbedaan antara bait/stanza asli dengan terjemahannya. Pada tulisan aslinya terdapat 7 stanza, dan dalam bahasa Indonesia menjadi 5 stanza/bait. Malaikat, gembala, para majusi, dunia yang resah hingga langit dan bumi turut ambil bagian membentuk keutuhan syair lagu ini. Tentu bukan hanya sekedar menuliskan ulang dan mengingat kembali kisah Natal dalam syair yang sederhana namun indah, J. Montgomery mengajak semua yang menyanyikan lagu ini untuk merenungkan kembali kehadiran Kristus dalam kehidupan masing-masing pribadi dan juga dunia, yang membawa setiap pihak menyembah Dia dalam kesungguhan. Dengan begitu piawainya, J. Montgomery menutup syairnya dengan pengagungan kepada Allah Trinitas. Peristiwa kelahiran Kristus, Sang Juruselamat umat manusia, adalah buah karya Allah Trinitas dalam kemahakuasaanNya. Dalam keterbatasan kita memahami Allah Trinitas, biarlah iman kita tetap diteguhkan dan dikuatkan untuk menyembahNya atas karya kasihNya yang begitu luar biasa.

Refleksi:
• Bagaimanakah penyembahan dan pujian kita selama ini kepada Allah Trinitas? Apakah telah dilakukan dalam kesungguhan dan penghayatan? ataukah seringkali hanya menjadi sekedar kebiasaan?
• Dalam syair ini, semua bagian Natal diceritakan, apakah kita merasakan bahwa kita pun turut menjadi bagian di dalamnya?

Apakah yang harus kita perbuat agar kita bisa mengalami bahwa kitapun turut serta di dalamnya? Kiranya Allah Trinitas memampukan kita semua untuk menyatakan pujian dan penyembahan kepadaNya dengan lebih sungguh lagi.

Forum Pendeta


Minggu, 22 Desember 2019

JOY TO THE WORLD

Tidak terasa kita telah sampai di minggu advent ke-4. Kami percaya bahwa kita semua merasakan sukacita dan tidak sabar menunggu tibanya hari Natal. Baik kita sebagai umat, maupun setiap orang yang terlibat dalam pelayanan Ibadah Malam Natal dan Natal. Paduan Suara maupun pemusik yang akan melayani di Kantata Malam Natal telah berjuang berlatih untuk memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan. Sebagai umat, kita pun juga akan memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan yaitu melalui kehadiran kita dengan hati yang terbuka, kesungguhan untuk mengalami sukacita Natal.

Lagu “Joy To The World” adalah lagu yang sudah akrab bagi kita. Dengan nada yang riang gembira, betul-betul membawa kita pada suasana sukacita karena Kristus, Tuhan, Sang Juruselamat hadir di dalam dunia. Lagu ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Hai Dunia, Gembiralah” dan dimuat dalam buku nyanyian Kidung Jemaat 119. Melalui Sapaan Gembala ini, kita akan lebih mengenali lagu tersebut sehingga dapat meresapi maknanya dengan dalam. Tulisan di bawah ini disarikan dari tulisan Bishop Emeritus Robert M. Solomon dalam buku berjudul “Songs of Christmas” yang diterbitkan oleh Discovery House.

Syair lagu ini ditulis oleh Isaac Watts, seorang Calvinis berkebangsaan Inggris. Ia adalah seorang yang puitis, dan ahli dalam membuat himne. Pengaruh Calvin sangat kuat dalam himne-himne yang diciptakannya. Calvin hanya memakai Mazmur sebagai nyanyian di dalam gereja untuk membuat gereja menyanyi sesuai dengan Alkitab. Watts membuat inovasi agar Mazmur dapat dinyanyikan dengan memakai bahasa kekristenan seperti yang terdapat dalam Perjanjian Baru dalam banyak himne. Syair “Joy to The World” merupakan salah satu karyanya yang memakai Mazmur 98 (dan juga Mazmur 96:11-12) sebagai dasarnya untuk memberikan pesan ajaran dari Perjanjian Baru.

Panggilan agar dunia bersukacita ini terjadi karena kedatangan Kristus, Sang Juruselamat. Sukacita tersebut diwujudkan dengan sikap hidup yang aktif. Menariknya, lagu ini mengulas dari kedatangan Kristus yang pertama maupun juga pengharapan akan kedatangan Kristus kembali. Baik kedatangan yang pertama maupun kedatanganNya kembali adalah hal yang berhubungan erat dan memberikan makna yang mendalam satu terhadap yang lainnya.

Refleksi:
• Lagu ini dengan penuh semangat mengajak kita untuk bersukacita. Sudahkah sukacita karena kedatangan Kristus memenuhi hati dan hidup kita?
• Bagaimana agar kita terus dapat hidup dalam sukacita?
• Syair lagu ini mengatakan “di hatimu terimalah”. Apa yang harus kita persiapkan untuk menerima Kristus tinggal dalamnya senantiasa?


Minggu, 29 Desember 2019

WE THREE KINGS OF ORIENT ARE

Bapak, Ibu dan Saudara sekalian : Selamat Natal! Kiranya damai sejahtera dan sukacita kelahiran Juruselamat senantiasa hadir dalam setiap langkah kehidupan kita. Masih dalam rangkaian Masa Natal, dalam Sapaan Gembala akhir tahun ini, kita akan bersama melihat pada satu lagu yang dibawakan pada Kantata Malam Natal tanggal 24 Desember 2019 yang lalu. Masih dari sari tulisan Bishop Emeritus Robert M. Solomon dalam buku berjudul “Songs of Christmas” yang diterbitkan oleh Discovery House, kita akan merefleksikan lagu yang terakhir untuk Sapaan Gembala bulan ini, yaitu “We Three Kings of Orient Are”. Dalam bahasa Indonesia yang dimuat dalam Kidung Jemaat 129 diberi judul “Dari Timur Jauh Benar”.

Rev. John Henry Hopkins, Jr menuliskannya pada tahun 1857. Lagu ini diangkat dari pemberitaan Injil Matius 2:1-11. Mengenai siapakah Orang Majus itu, bagaimana mereka dan dari manakah mereka sebenarnya banyak dibicarakan oleh legenda / cerita seputar kisah Kelahiran Yesus. Tetapi tentu saja, pegangan kita bukan pada legenda tetapi pada pemberitaan Alkitab. Pasti ada maksud ketika Alkitab (dhi. Injil Matius) tidak mencantumkan keterangan lebih lanjut mengenai para majus ini. Meskipun para majus tidak hidup dalam penghayatan pengharapan kedatangan Mesias dari Keturunan Raja Daud, Allah memakai pengetahuan dalam kebudayaan mereka untuk menjelaskan mengenai hadirnya Sang Raja. Ketika bintang pandu itu muncul, maka dengan sigap mereka bergerak mengikuti arah yang ditunjukkan meskipun tanpa kejelasan tujuan. Dengan sangat apik, sang penulis lagu merangkaikannya menjadi satu pernyataan iman yang utuh mengenai Sang Raja yang hadir di tengah dunia, bahwa pemerintahanNya mewujud dalam kesengsaraan, penderitaan, kematian hingga kebangkitanNya yang begitu agung.

Refleksi:
Mari kita membayangkan diri kita adalah seperti para majus yang menempuh perjalanan karena tergerak oleh tanda yang diberikan Allah untuk berjumpa, mengenal dan mengalami hadirnya Sang Raja :
• Perjalanan ini tidak mudah, tidak diketahui di mana ujung tujuannya, apakah yang membuat kita tetap setia dan terus mau berjalan?
• Apa yang akan kita bawa sebagai persembahan terbaik bagi Sang Raja?
• Apa yang menjadi respon kita ketika kehadiran Sang Raja justru tidak seperti bayangan dan harapan kita?
• Bagaimanakah kita mengalami Sang Raja dalam perjalanan kehidupan kita setiap hari?

Kiranya perenungan kita di akhir tahun 2019 ini, menjadi bekal dalam kita menjalani kehidupan di tahun 2020
yang Tuhan percayakan, dan mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan namaNya.

Forum Pendeta