BERANI MENGAMBIL PERAN

Dewasa ini, suara kebenaran seakan semakin redup dan hampir tidak terdengar. Banyak orang memilih untuk mengambil sikap diam atau apatis terhadap kehidupan saat ini. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Mungkin karena sifat individualistik yang berkembang saat ini atau relativitas dalam menjalani kebenaran yang membuat banyak orang bungkam. Sikap seperti ini sungguh sangat ironi karena kebobrokan moral hanya menjadi tontonan saja. Tidak ada orang yang berani mengambil peran untuk bersuara lantang menyatakan kebenaran Tuhan. Pertanyaan bagi setiap orang percaya saat ini, “apakah kita takut menyatakan kebenaran?” atau “apakah kita menjadi penikmat dari kebobrokan yang ada saat ini?”. Mari kita renungkan be rsama pertanyaan reflektif yang telah diajukan.

Dalam kehidupan seorang Nabi pada masa Perjanjian Lama, menyuarakan kebenaran merupakan sebuah sikap yang harus dilakukan. Salah satu contoh adalah Nabi Yeremia, ia mengambil peran sebagai Nabi Tuhan yang menentang nabi-nabi palsu. Kitab Yeremia 23 mencatat bagaimana ia menghardik nabi-nabi palsu yang mementingkan diri sendiri. Nabi Yeremia merasa geram akibat perilaku orang orang yang selalu mengedepankan ego demi mencari untung sendiri. Hal ini dikarenakan, menjadi Nabi Tuhan adalah sebuah panggilan untuk menyuarakan kebenaran Tuhan meskipun itu menyakitkan. Menyuarakan kebenaran meski dibenci menjadi sebuah konsekuensi logis dari apa yang dikerjakan Nabi Yeremia. Sikap seperti ini dari dahulu memang tidak popular tetapi abadi dalam kehidupan ini.

Sebagai orang percaya hari ini dalam situasi yang sedang dialami, kita dituntut untuk menempuh jalan yang tidak popular. Setiap orang percaya diajak untuk menyuarakan kebenaran di tengah situasi apa pun. Hal ini memang tidak mudah karena akan berakibat pada diri sendiri yang mungkin akan kehilangan banyak hal. Namun, sebagai orang percaya kita memiliki tanggungjawab iman yaitu menyuarakan kebenaran. Maukah anda mengambil peran untuk menyuarakan kebenaran? Jawablah pertanyaan tersebut dalam setiap tingkah laku hidupmu.

Forum Pendeta


KETAATAN YANG BERBUAH

Melanggar menjadi sebuah sikap yang saat ini sering dilakukan oleh banyak orang. Sebagai contoh, dalam sebuah perjalanan ada beberapa orang yang dengan sadar melanggar lalu lintas. Tidak hanya melanggar lalu lintas, pelanggaran yang sifatnya remeh seperti buang sampah sembarangan atau menyerobot antrian juga menjadi pemandangan yang biasa. Dalam hal ini manusia menjadi biasa ketika melihat pelanggaran atau bahkan menjadi pelaku. Namun, hal ini cukup ironi karena orang percaya pun terjebak dalam sikap seperti itu. Orang percaya seolah tidak mengindahkan pengajaran yang telah Tuhan ajarkan melalui kotbah setiap minggu. Realita tersebut memunculkan pertanyaan dalam diri, “Mengapa orang percaya cenderung mengikuti arus untuk menjadi seorang pelanggar?”, “Bagaimana cara orang percaya menyadari bahwa ketaatan menjadi sebuah tanggungjawab iman?”. Dua pertanyaan tersebut menuntun setiap orang untuk belajar Firman Tuhan pada saat ini.

Daniel menjadi seorang tokoh Alkitab yang dapat diteladani dalam menghidupi ketaatannya. Kitab Daniel pasal 6 menceritakan tentang Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa. Peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh sikap iri dengki dari pejabat-pejabat raja Darius. Mereka mengatur siasat jahat untuk menjebak Daniel karena mereka tahu bahwa ia adalah orang yang taat kepada Tuhan. Peristiwa yang membuat Daniel masuk ke dalam gua singa merupakan sebuah konsekuensi dari sebuah ketaatan. Namun, ketaatan yang ia pertahankan membuahkan sebuah penghargaan dan kemuliaan bagi Tuhan dalam kehidupan pada masa itu. Kisah tersebut menunjukkan bahwa ketaatan kepada Tuhan memang penuh kesukaran namun ketika mampu bertahan di dalamnya maka dapat dilewati serta berbuah dengan baik.

Orang percaya memiliki sebuah tanggungjawab iman dalam menjalani kehidupan ini, salah satunya adalah ketaatan. Namun, realitas hari ini menuntut setiap orang untuk menjauh dari tanggungjawab tersebut dengan dalih “fleksibel”. Alasan yang digunakan tersebut membuat orang percaya memberlakukan ketaatan situasional sesuai dengan keuntungan bagi dirinya. Pernyataan tersebut hanya akan membuat kehidupan akan semakin buruk karena ketaatan bergantung pada keinginan manusia. Sebagai umat Tuhan, setiap orang percaya diajak untuk mempertahankan ketaatannya di tengah situasi apa pun. Perlu diakui, menjadi taat dalam kehidupan sekarang ini hanya akan membuat setiap orang masuk dalam masalah. Akan tetapi, ketaatan pada Firman Tuhan akan berbuah damai sejahtera dalam hidup. Kedamaian inilah yang membuat hidup setiap orang percaya menjadi tenang dan dapat menjalani hari dengan bahagia. Oleh sebab itu, marilah sebagai orang percaya kita melatih ketaatan dalam hidup agar buah damai sejahtera dapat dirasakan.

Forum Pendeta