Juli 2016


ikon-program-pokok-gki-pengadilan-bogor

Minggu, 3 Juli 2016

PELAYANAN

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan merupakan satu kata yang sering kita dengar, sering kita bicarakan, sering kita baca dan sering kita tulis dan yang sering di salah mengerti oleh banyak orang. Penghayatan sebagai orang beriman bahwa pekerjaan pelayanan, baik dalam keluarga, masyarakat dan gereja yang seharusnya dilakukan demi kemuliaan nama Tuhan dalam kehidupan orang-orang yang dilayani tetapi sering semua itu dilakukan untuk kemuliaan diri sendiri. Dalam suatu keluarga, harus kita renungkan kembali, apakah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan keluarga, membangun kebersamaan dan ikatan kasih yang semakin kokoh ataukah sebenarnya tidak lain untuk kepuasan diri sendiri dan berujung dengan terasa semakin hambar dan terasing satu dengan yang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sering kita mendengar aparat pemerintahan digembar-gemborkan sebagai pelayan masyarakat, tetapi terlihat enggan melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya kalau dianggap tidak menguntungkan. Sehingga orang kemudian berseloroh bahwa mereka sering hanya berjuang untuk diri kepentingan dirinya sendiri dan berusaha dekat dengan penguasa, baik pemerintah maupun pengusaha. Kehidupan di dalam gerejapun, yang selalu mengatasnamakan pelayanan, ternyata tidak lepas dari konflik dan persoalan. Karena ada saja pihak yang sering mengaku sebagai pelayan Tuhan,tanpa kewaspadaan rohani yang terus dijaga, berubah ingin menjadi tuan yang ingin dilayani. Mereka melayani kepentingan dan kepuasan diri sendiri.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan yang sebenarnya berasal dari istilah rohani saat ini menjadi istilah sekuler. Demikianlah dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus di dalam Markus 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Mengapa dikatakan Anak Manusia? Karena Yesus Kristus pada waktu itu menjadi Manusia. Jadi, Manusia sejati itu adalah menjadi Manusia yang melayani seperti Yesus Kristus. Inilah dasar pelayanan kita, semata-mata karena Yesus Kristus telah melayani kita lebih dahulu. Pelayanan yang penuh pengurbanan hingga Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Dengan dasar itu kalau pelayanan kita ditolak oleh orang lain, kalau pendapat kita tidak diterima oleh orang lain, kalau prinsip kita tidak berkenan di hati orang lain, kalau pandangan kita tidak sepaham dengan orang lain, bahkan mungkin kita sampai diejek, direndahkan, disakiti dan menderita karena pelayanan kita, kita tidak menjadi kecil hati, lalu ngambek dan menjadi tawar hati. Kita tidak berputus asa dan tidak menjadi kecewa, karena kita melakukanya pelayanan yang dari Tuhan, asalnya. Kita malayani sesama kita manusia, karena Yesus Kristus telah melayani kita terlebih dulu.



Minggu, 10 Juli 2016

DICIPTA ULANG

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Dalam kebudayaan Yunani ada ungkapan yang berbunyi “Palin Genesia”, yang artinya dicipta ulang, sebagaimana yang terdapat di dalam Yohanes 1:13 yang demikian bunyinya: “Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Makna “diperanakkan… dari Allah” adalah bahwa kita telah ditebus dari peri kehidupan kita yang tanpa Allah melalui pengurbanan Kristus. Inilah pelayanan dari Allah yang telah kita alami yang membuat kita dicipta ulang. Dengan demikian, yang dicipta ulang adalah manusia rohaniah kita dan bukan jasmaniah kita, yaitu sebagai manusia yang kembali seperti rancangan Allah semula yaitu serupa dan segambar dengan Allah. Dicipta ulang dalam kehendak dan rencana Allah membuat jalan kehidupan kita diubahkan dan dibarui oleh Allah secara terus menerus.

Dalam 2 Korintus 4:16, Rasul Paulus menulis demikian, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”. Jadi, kita dicipta ulang bukanlah peristiwa sekali jadi tetapi proses yang berlangsung  seumur kehidupan kita. Nabi Yeremia pernah mengalami dimana TUHAN bertindak seperti tukang periuk, yang mencipta ulang tanah liat yang dibuat periuk, ketika periuk tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Dalam Yeremia 18:1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: 18:2 “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” 18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. 18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Seperti penggambaran tukang periuk dan bejana tanah liat, demikian juga kita, akan terus menerus dibentuk TUHAN, supaya kita dapat berfungsi sebagaimana rancangan yang Tuhan tetapkan. Untuk itulah, setiap kita harus mematikan segala sesuatu perbuatan kedagingan kita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saudara-saudara kita, umat Islam baru saja merayakan Hari Raya Idul Fitri, di mana mereka menghayatinya dan mengimaninya sebagai hari kemenangan setelah mereka melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Mereka mengimaninya bahwa mereka kembali kepada Fitrahnya. Kita, umat Kristiani mengimani bahwa bukan dari amal kebaikan dan perbuatan kita dicipta ulang oleh TUHAN, Allah Bapa, melainkan dalam Pengurbanan Yesus Kristus dianugerahkan kepada setiap orang percaya secara terus menerus, sampai kita menjadi sempurna.



Minggu, 17 Juli 2016

MAHA RENDAH HATI

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Kita dihargai oleh Yang Maha Tinggi dengan cara yang Tertinggi. Coba bayangkan: TUHAN, Allah Bapa kita yang  adalah Roh adanya dari kekal sampai kekal, berkenan menghadirkan diri-Nya di dalam rupa manusia, Yesus Kristus. Dalam usia-Nya yang relatif muda, 33 tahun lamanya. Sesungguhnya Yesus Kristus, Yang Maha Kaya, di mana segala sesuatu yang ada, Ialah yang telah menciptakannya. Dalam 2 Kor 8:9 “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”. Ia berkenan menjadi yang miskin, supaya kita menjadi kaya. Jadi, kemiskinan-Nya bukan karena Ia tidak mempunyai apa-apa (immateriil) barang sedikit pun sebagaimana Dia katakan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Mat 8:20). Tetapi karena Ia meninggalkan kemahaan-Nya yang surgawi itu dan lalu menjadi manusia. Dengan berbuat seperti Yesus Kristus itulah yang disebut dengan istilah ber-kenosis, mengosongkan diri. Seperti seorang Budish mengimani bahwa sang pendiri dan penyebar agama Budha, Sidartha Gautama, telah melakukan apa yang disebut sunjata (dalam bahasa Jepang), yang bagi kita berarti ber-kenosis.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Sidartha Gautama, sebagai seorang pangeran telah meninggalkan segala sesuatunya sebagai anak raja, yang akan mewarisi takta kerajaannya. Betapapun besar pengurbanannya, tetapi tetaplah dia dalam tataran bahwa ia meninggalkan semua kemuliaan duniawinya, sehingga dapat kita sebutkan bahwa dia seorang yang rendah hati. Berbeda dengan Yesus Kristus, Ia telah menerobos langit dan bumi yang Ia ciptakan. Ia telah merelatifkan diri-Nya, dari Firman Allah yang kekal itu menjadi manusia. Ia telah mengosongkan diri-Nya, Ia ber-kenosis. Oleh karena itulah, kita yang percaya kepada-Nya, dapat menyebutkan bahwa bahwa Dia adalah yang maha rendah hati. Hanya Dialah yang telah mengosongkan diri-Nya, dalam rupa Manusia, Ia telah taat sebagai hamba Allah bahkan sampai mati terhina dan terkutuk pada palang kayu salib. Oleh karena itulah Yesus Kristus menyapa orang-orang pada zamannya, yang dibebani oleh hukum yang dibuat oleh para ahli Taurat menjadi 613 hukum, yang demikianlah bunyinya dalam injil Matius  11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.



Minggu, 24 Juli 2016

LEMAH LEMBUT

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Tuhan kita Yesus Kristus adalah Pribadi yang lemah lembut. Kelemahlembutan bukan berarti tidak dapat bertindak tegas, ataupun menunjukkan kemarahanNya. Kemarahan dalam kelemahlembutan justru dibalut dalam kasih dan upaya untuk membangun dan menjadikan yang lebih baik. Marilah kita melihat dalam Injil Yohanes 2:13-16, ketika Yesus marah kepada para penjual di Bait Allah. Ia mendapati pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Yesus tetap dapat menguasai diri. Hal tersebut menunjukan karakter-Nya yang lemah lembut.

Dalam kelemahlembutan, ada ketegasan. Kita dapat mengingat dalam Injil Yohanes 8:3-11 ketika seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah dibawa kepada Yesus. Ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus bertanya kepada Yesus Kristus, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Jelaslah Yesus Kristus berkarakter lemah lembut. Dia menghendaki keselamatan perempuan itu dan bukan membinasakannya. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang, alias bertobatlah! Demikian pula ketika Yesus menanggapi tegoran Simon Petrus kepadaNya, dalam Injil Matius 16:21-23. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Yesus menunjukkan kesalahan pikir dari Petrus dan kemudian memberikan pikiran yang seharusnya. Semuanya ini dilakukanNya tetap dalam kelemahlembutan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Firman-Nya dalam Matius 11:29 mengatakan demikian “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. Pelayanan Yesus Kristus kepada kita berdasarkan kasih-Nya yang lemah lembut. Ia pun mengajak kita untuk mengikuti jejak-Nya. Karakter kita diubahkan dan dibarui-Nya terus menerus sehingga kita menjadi lemah lembut.

Forum Pendeta



Minggu, 31 Juli 2016

METAMORFOSIS

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada masa reformasi ini terjadi beberapa perubahan. Perubahan tersebut pada dasarnya merupakan suatu proses pembaruan. Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini pada dasarnya selalu membutuhkan pembaruan. Pembaruan menjadi suatu keharusan jika kita ingin maju. Bila dalam kehidupan ini tidak terjadi pembaruan akan timbul beberapa akibat negatif: pertama, terjadi kemandegan, kehidupan tidak bertumbuh, berkembang dan berbuah. Buahnya harus semakin lebat dan semakin enak rasanya. Kita terjebak dalam rutinitas dan akhirnya kehilangan kreatifitas. Kedua, terjadi pembusukan. Kehidupan menjadi sebuah intrik belaka yang tidak memuat kualitas kehidupan yang baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila kita ingin mengalami pembaruan terus menerus. Pertama, pembaruan adalah suatu proses menjadi, yang berlangsung terus seumur hidup kita. Proses itu baru berhenti kalau kita meninggal atau dipanggil Tuhan. Jadi, pembaruan bukanlah suatu peristiwa yang terjadi seketika itu juga, tetapi selama kita masih mendiami langit dan bumi ini, proses itu terus berlangsung. Dalam proses itu, umat percaya ikut berperan serta. Kerjasama antara Roh Kudus dengan umat. Sebaliknya jika manusia tidak mau mengambil bagian dalam proses itu, pastilah pembaruan hidup tidak dapat terwujud dengan sendirinya. Kedua, pembaruan itu sendiri harus mempunyai tujuan yang jelas. Jadi, segala proses pembaruan itu menuju kepada satu keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Bila dalam proses pembaruan hasilnya bukan menjadi semakin baik dan semakin benar, maka sebenarnya yang terjadi adalah deformasi (= pembusukan), bukan reformasi (= pembaruan).

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Kata serupa diterjemahkan dari kata suschermatizo yang dapat berarti menyesuaikan diri atau mencocokan diri dengan. Bila dikatakan jangan menjadi serupa dengan dunia ini, hal ini mengandung arti larangan untuk menyesuaikan diri kita dengan etika duniawi atau bentuk kehidupan duniawi. Beruah oleh pembaruan budimu. Berubah, kata ini diterjemahkan dari metamorphoo, yang dalam istilah biolgi disebut metamorfosis, yang artinya terjadi perubahan bentuk. Dari telur berubah bentuknya menjadi ulat kecil. Dari ulat kecil berubah menjadi ulat besar. Dari ulat besar berubah menjadi kepompong. Dari kepompong bertubah menjadi kupu-kupu, yang terbang bebas ke luar angkasa. Banyak orang Kristen yang mengaku sebagai orang percaya, tetapi hidupnya belumlah berubah. Mengaku sebagai anak-anak Allah, tetapi dalam kenyataannya sebagai anak-anak Iblis atau Setan. Pembaruan, kata ini diterjemahkan dari kata anakainosis, yang berarti pembaruan kembali, pembaruan yang berlangsung terus menerus. Kata budimu diterjemahkan dari kata nous, yang artinya hari, pikiran, perasaan dan kemauan. Dari bahasa Yunaninya kita dapat mengerti bahwa rasul Paulus menghendaki agar dalam kehidupan umat percaya selalu terjadi transformasi. Transformasi itu bisa terjadi ketika hati, pikiran, perasaan dan kehendak kita diubahkan dan diperbarui secara terus menerus. Perubahan dalam hidup manusia terjadi ketika hati nurani manusia diperbarui. Sentral perubahan manusia terletak pada pembaruan nurani. Pembaruan nurani akan membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan lebih benar, sampai akhirnya menjadi sempurna. Dengan kehidupan yang tidak menyesuaikan diri dengan dunia dan dengan kehidupan yang senantiasa berubah oleh pembaruan budi, maka kita dapat mengerti kehendak Allah. Kehendak Allah itu adalah segala sesuatu yang baik, yang menyenangkan hati Allah dan yang sempurna. Kehendak Allah hanya dapat dimengerti oleh orang yang telah mengalami pembaruan batin yang berlangsung terus menerus. Jadi, tujuan pembaruan kehidupan kita adalah mengerti kehendak Allah. Amin.

Forum Pendeta