BERANI MENGAMBIL PERAN

Di Indonesia, tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Tujuan dari peringatan ini untuk menghargai peran penting para lanjut usia (lansia) dalam mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan, dan memajukan bangsa. Mengutip laman resmi Kementerian Sosial RI, peringatan HLUN pertama kali diinisiasi atas peran Dr KRT Radjiman Widyodiningrat. Ia memimpin sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945, sebagai anggota paling sepuh (tertua).

Dari kearifannya tercetuslah gagasan perlunya dasar filosofis negara Indonesia. HLUN sendiri dicanangkan pertama kali secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang. Kementerian Sosial RI mengusung sebuah tema pada perayaan HLUN tahun 2024 ini, yaitu “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat” (detik.com).

Tema ini mengingatkan dan menegaskan bahwa terpeliharanya warga lanjut usia oleh negara menggambarkan martabat kita sebagai bangsa. Hal ini juga menjadi cerminan gereja dan keluarga. Bagaimana dengan warga usia lanjut di lingkungan kita, apakah mereka terawat?

Ketakutan utama dari warga lanjut usia adalah ditinggalkan dan tidak diperhatikan. Ini yang digambarkan dalam Mazmur 71:9;”Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” PKJ 248: “Ya Tuhan, Engkaulah Perlindunganku” juga menghadirkan kerinduan warga lanjut usia akan pemeliharaan Tuhan di masa tua, sekaligus ketakutan akan situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan.

Ya Tuhan, Engkau perlindunganku
sejak masa mudaku,
Engkaulah harapanku
sejak dari kandungan,
padaMu ‘ku bertopang.

Reff:
Jangan ‘ku terbuang pada masa tuaku,
Tuhan jangan Kau tinggalkan ‘pabila habis dayaku,
agar aku tak dicemooh, agar aku tak dibenci,
kar’na hanya Tuhanlah perlindunganku.

Lalu bagaimana janji Tuhan untuk umat-Nya yang berusia lanjut? Yesaya 46:4; “Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu, Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya sampai mereka berusia lanjut (putih rambutmu). Bahkan Tuhan akan menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan. Tuhan telah dan akan terus melakukannya.

Apa perintah Tuhan untuk umat-Nya? ”Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” (Kel. 20:12). Juga dalam Imamat 19:3: “Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.” ”Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.” (Amsal 23:22). Perintah Tuhan jelas dan menegaskan tanggung jawab anak-anak (generasi selanjutnya) untuk merawat orang tua. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada orang tua yang telah berusia lanjut yang tidak terpelihara. Terpeliharanya orang tua menggambarkan martabat anak-anaknya.

SELAMAT HARI LANJUT USIA


KEISTIMEWAAN IDENTIK DENGAN TANGGUNG JAWAB

Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi kesayangan-Ku dari antara segala bangsa, sebab seluruh bumi adalah milikKu. Kamu akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus bagiKu. Inilah semua firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel (Kel. 19:5-6).

Sebuah pepatah mengatakan: “Semakin tinggi pohon semakin kencang angin menerpanya.” Atau semakin tinggi kedudukan semakin besar tanggung jawabnya. Ini mengingatkan kepada kita bahwa setiap hal yang Tuhan percayakan kepada kita, pada saat yang sama melekat sebuah tanggung jawab yang menyertainya.

Saat bangsa Israel mendapatkan keistimewaan sebagai bangsa pilihan, maka pada saat yang sama sebuah tanggung jawab besar menyertainya. Kepada mereka dipercayakan Firman Tuhan dan janji-janji-Nya, tetapi pada saat yang sama mereka dituntut untuk memiliki kualitas dan cara hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Imamat 11:44-45 mengatakan; “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu. Haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus. Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang merayap yang berkeriapan di atas bumi. Sebab Akulah TUHAN yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu. Jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.” Bangsa Israel harus memiliki hidup yang berbeda secara kualitas, tujuan dan fokus, sehingga mereka memenuhi standar sebagai bangsa yang dipilih oleh Allah.

Hal ini juga berlaku untuk kita orang percaya, saat kita percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka panggilan untuk hidup kudus “berbeda” atau “disendirikan” juga berlaku untuk saudara dan saya. Hal ini bisa kita lihat dalam 1 Petrus 1: 14-16; “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: ” Hendaklah kamu kudus, sebab Aku kudus.” Panggilan Kristus membawa kita menjadi anak-anak Allah yang akan menikmati janji-janjiNya. Pada saat yang sama ada tanggung jawab besar agar hidup kita sungguh berbeda dengan pada saat kita masih hidup dalam “kebodohan.”

Apa yang dipercayakan Allah kepada kita juga tidak boleh membuat kita menggunakannya untuk mendapat atau mencari keuntungan diri, seperti dikatakan dalam 1 Petrus 5:2; “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Apakah ini hanya berlaku di gereja? Pertama-tama iya, karena ditujukan kepada para penatua. Tetapi dalam konteks hidup sebagai orang percaya yang hidup di tengah masyarakat, tentu firman ini menginspirasi kita untuk menerapkannya di dalam berbagai area kehidupan. Jika panggilan ini diterapkan oleh setiap mereka yang telah menerima panggilan Kristus, alangkah bahagianya hidup ini.

Pada sisi yang lain “keistimewaan” atau “kelebihan” yang Tuhan Yesus percayakan memanggil kita untuk meringankan beban orang-orang di sekitar kita. 2 Korintus 8:14-15 mengatakan; “Hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.” Paulus juga mengingatkan agar kita tidak menjadi sombong atas hal-hal yang Tuhan percayakan kepada kita, karena hal ini tidak berkenan di hadapan Tuhan: ”Namun siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. ”Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.” (2 Kor.10:17-18).

Forum Pendeta


PASIR ATAU BATU: DASAR KEHIDUPAN SAUDARA?

Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.” (Lukas 6:47-49).

Perumpamaan ini menceritakan tentang dua orang, yang seorang bijaksana dan yang lain seorang yang bodoh. Orang yang bijaksana digambarkan mendirikan rumahnya di atas batu, sedangkan orang yang bodoh mendirikannya di atas pasir (Matius) atau tanah tanpa dasar (Lukas). Kemudian kedua rumah tersebut dilanda hujan dan banjir serta angin; rumah orang yang bijaksana digambarkan tetap berdiri setelah badai berlalu sebab dibangun dengan dasar yang kuat, yaitu batu; sedangkan rumah orang yang bodoh itu roboh setelah dilanda badai sebab dibangun di atas dasar yang mudah goyah, yaitu pasir.

Yesus sendiri yang menjelaskan tentang perumpamaan ini. Orang yang mendirikan rumahnya di atas batu melambangkan orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya, maka ketika hidupnya dilanda badai, ia akan tetap setia karena landasannya teguh; sedangkan orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir melambangkan orang yang mendengar perkataan Yesus tetapi tidak melakukannya, maka ketika hidupnya dilanda badai, ia akan jatuh karena ia tidak mempunyai landasan yang kokoh.

Dua macam orang: Orang bijaksana, orang bodoh
Dua macam landasan: Membangun rumah di atas batu (orang bijaksana), membangun rumah di atas pasir (orang bodoh)
Dihadapkan dengan topan badai: Dilanda badai tetap berdiri (orang bijaksana), dilanda badai lalu roboh (orang bodoh)
Dua macam pendengar: Pendengar yang melakukan ajaran-Nya (orang bijaksana), pendengar yang tidak melakukannya (orang bodoh)
Dihadapkan dengan badai kehidupan: Dihadapkan kesulitan tidak goyah (orang bijaksana), dihadapkan kesulitan maka menyerah (orang bodoh)

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari hal di atas? Pertama: kita memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dari firman Tuhan. Kata “datang” dan “mendengarkan” menegaskan hal ini. Suadara dan saya setiap saat bisa datang dan mendengar firman-Nya. Tidak ada yang bisa menghalangi, selain diri sendiri. Apakah datang dan mendengarkan firman Tuhan menjadi prioritas dalam hidup suadara? Kedua: melakukannya. Apa yang kita lakukan dengan yang telah kita dengar, pelajari dan ketahui? Jika kita melakukannya maka itu akan menjadi fondasi kehidupan yang kokoh. Bila tidak maka itu hanya menjadi kesia-siaan belaka. Hanya menjadi ilmu tetapi tidak pernah menjadi iman yang meneguhkan hidup. Ketiga: hidup selalu diperhadapkan dengan tantangan. Tidak ada orang yang senang dengan bencana, tetapi air bah dan banjir bisa datang setiap saat. Ia tidak pernah kita undang, tetapi tanpa pandang bulu ia bisa menerjang hidup setiap orang. Hasilnya ada dua yaitu roboh atau tetap berdiri. Bagaimana dengan hidup saudara? Roboh atau tetap berdiri adalah pilihan dari diri kita: hanya mendengar atau mendengar dan melakukan. Ingat: Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri (Yak.1:22). Permasalahan, pergumulan, kesulitan, kelemahan, masa-masa sulit dan 1001 macam persoalan bisa datang dan menerpa hidup saudara dan saya. Akibatnya bisa berbeda-beda. Hanya satu hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya dan bertahan serta menang: tinggal dalam firman-Nya. Amin.

Forum Pendeta


MERAWAT LINGKUNGAN HIDUP MERAWAT KEHIDUPAN

Apakah saudara tahu soal Hari Lingkungan Hidup Sedunia? Dikenal sebagai World Environment Day, hari besar yang satu ini diperingati setiap 5 Juni. Cikal-bakal Hari Lingkungan Hidup Sedunia dapat dilihat dari deklarasi pada Konferensi Stockholm Tahun 1972. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan lingkungan hidup. Setiap tahunnya, ada tema spesifik yang diusung untuk peringatan World Environment Day. Apa tema tahun ini? Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 yang dirilis Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 adalah “Land Restoration, Desertification, and Drought Resilience”. Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya tindakan masyarakat global dalam memulihkan lahan terdegradasi hingga mitigasi perihal perubahan iklim.

Indonesia juga mengusung tema sendiri untuk peringatan tahun 2024, yaitu “Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan”. Tema tersebut dipilih untuk mengingatkan dan mengajak seluruh masyarakat Tanah Air agar menyelesaikan permasalahan krisis iklim dengan inovasi secara konsisten serta menerapkan prinsip keadilan dan inklusivitas.

Apa itu restorasi lahan? Restorasi lahan adalah proses memperbaiki dan mengembalikan ekosistem yang rusak akibat aktivitas manusia atau bencana alam. Misalnya, ketika hutan ditebang secara liar, lahan bekas hutan tersebut bisa kehilangan kesuburan dan menjadi gersang. Ketahanan terhadap degradasi lahan dan kekeringan adalah kegiatan pencegahan terhadap degradasi lahan subur menjadi gurun dan juga terhadap kekeringan karena penggundulan hutan, erosi tanah, perubahan iklim. Penggurunan dan kekeringan sangat dirasakan oleh petani, penduduk pedesaan terutama di daerah-daerah yang curah hujannya sedikit.

Bagaimana tanggung jawab dan peran kita sebagai orang percaya? Apakah kerusakan lingkungan, penggundulan hutan, bencana kekeringan dan perubahan iklim juga menjadi pergumulan kita? Seberapa jauh kita ikut merasa bertanggungjawab dan mengambil tindakan nyata dalam kehidupan setiap hari? Tuhan Allah memberikan kepercayaan untuk mengolah dan mengelola alam yang telah Tuhan Allah ciptakan. Kejadian 2:15; “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Tuhan Allah memberikan kepercayaan kepada manusia (saudara dan saya) untuk memastikan taman Eden sebagai tempat yang ramah terhadap kehidupan. Apapun yang manusia perbuat, apakah itu mengusahakan (eksplorasi) harus diikuti dengan pemulihan (pemeliharaan). Dengan cara demikian, keberlanjutan kehidupan (taman dan manusianya) terjaga, terpelihara dan berkesinambungan. Bila kita bercermin dengan kondisi lingkungan hidup dan kehidupan saat ini, apakah semua peran dan tanggung jawab yang Tuhan Allah percayakan sudah kita taati dan lakukan dalam kehidupan setiap hari?

Baca artikel detiksumut, “Tema dan Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, Cek di Sini” selengkapnya https://www.detik.com/sumut/berita/d-7375053/tema-dan-logo-hari-lingkungan-hidup-sedunia-2024-cek-di-sini

Forum Pendeta