Maret 2017
Minggu, 5 Maret 2017
BERSAMA ALLAH DALAM PENCOBAAN
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Tema kita pada Minggu Pra Paskah yang pertama ini ialah bersama Allah dalam pencobaan. Akar dari segala pencobaan itu dalam teks aslinya bahasa Yunani, berasal dari Diabolos (bahasa Yunani), yang artinya dalam bahasa Indonesia yaitu Iblis. Dalam injil Matius 4:1 berbunyi: “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Siapa Iblis itu? Secara singkat dapat dikatakan bahwa ia adalah makhluk (ciptaan) tunggal yang telah jatuh, lalu dibuang ALLAH ke bumi ini. Dalam Yesaya 14:12 tertulis “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” Oknum tunggal yang jatuh dari langit itu disebut Bintang Timur, putera Fajar, yang dalam teks aslinya bahasa Ibrani disebut helel ben sakhar. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani (Septuaginta), kata bintang timur ini diterjemahkan sebagai ho heosphoros. Oknum ini disebut sebagai tunggal dengan kata ho. Sedangkan putera Fajar dalam bahasa Yunani diterjemahkan: ho proi anatellon, yang artinya pembawa fajar atau pagi hari. Lengkapnya Yesaya 14:13 diterjemahkan pos eksepesen ek tou ouranou ho eosphoros ho proi anatellon sunetribe eis ten gen ho apostellon pros panta ta ethne. Heosphoros selain berarti bintang timur juga berarti “yang membawa fajar pagi”. Dari sebutan ini dikesankan bahwa ada sejarah baru yang diciptakannya.
Iblis di dalam bekerjanya mempunyai sepasukan bala tentara pembantunya yang disebut daimonia (bahasa Yunani), yaitu roh-roh jahat. Dalam Matius 7:22 tertulis “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Dalam ayat ini kata daimonia oleh Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan dengan setan, tetapi sebenarnya adalah roh-roh jahat.
Dalam semesta jagad raya ini jumlahnya roh-roh jahat itu bisa ribuan atau jutaan bahkan bisa milyardan, kita tidak tahu? Hanya dalam Alkitab disaksikan, Wahyu 12:3-4,9 demikian bunyinya: “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” Jadi, diabolos telah berhasil menyeret sepertiga dari malaikat-malaikat surgawi menjadi sekutunya dan mereka menjadi roh-roh jahat yang aktif dan terus menerus bekerja di dunia ini (di bumi ini) untuk menyeret sebanyak mungkin umat manusia menjadi sekutunya juga.
Apa tujuan pencobaan yang dialami Tuhan Yesus Kristus? Tuhan Yesus Kristus adalah Pelaksana karya penyelamatan ALLAH atas umat manusia. Pencobaan terakhir yang dialami Tuhan Yesus Kristus pada waktu Ia di padang gurun. Matius 4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 4:9 dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Semua umat manusia yang mendiami bumi ini pernah mengalami pencobaan jenis ini. Itulah materialisme. Di bumi ini Iblis menawarkan iming-imingnya dengan segala kenikmatan duniawi. Asal manusia mau sujud menyembahnya. Tuhan Yesus Kristus berfirman kepada Iblis: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”.
Bumi ini bukan tempat kita yang permanen, oleh karena itu kita tidak boleh hidup secara duniawi. Kita harus memandang hidup kita di dunia ini hanya sementara, sebagaimana dikatakan 1 Petrus 1:17, “Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.” Kita hidup di bumi ini hanya sebagai musafir, kita berada di bumi ini sebagai penumpang saja, karena itu janganlah hidup secara duniawi. Janganlah menjadi materialisme. Menilai Segala sesuatu dari uang. Tujuan hidup kita yang permanen dan mutlak hanya satu, yaitu ALLAH dan Kerajaan-NYA.
Teriring salam kasih,
Forum pendeta
Minggu, 12 Maret 2017
MENJALANI HIDUP YANG PASTI
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pada ibadah umum 1 dan 2 hari ini, kita menyaksikan para katekisan yang menerima pelayanan Sakramen Baptisan Kudus maupun Pengakuan Percaya. Gereja kita (GKI) memiliki identitas sebagai Gereja Reformasi dengan penghayatan ajaran yaitu Sola Gracia, Sola Fide, Sola Scriptura dan Sola Christos. Pada Sapaan Gembala kali ini, marilah kita mengingat akan penghayatan ajaran ini. Efesus 2:8 berkata: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Melalui tulisan Paulus ini, kita diajak untuk memahami bahwa penyelamatan oleh Allah dan keselamatan bagi seluruh manusia merupakan Kehendak Allah dan berdasarkan kasih karuniaNya semata-mata, Sola Gracia. Namun demikian, manusia harus merespon dan menentukan sikapnya terhadap penyelamatan Allah tersebut, sehingga keselamatan dari Allah itu menempatkan manusia pada posisi yang aktif dan bertanggungjawab. Sikap itulah yang disebut beriman kepada Allah, Sola Fide. Roma 1:16,17 berbunyi demikian: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Kita menghayati bahwa penyelamatan oleh Allah itu terjadi hanya di dalam hidup, karya dan pengurbanan Yesus Kristus. Oleh karena itu, sikap beriman kepada Allah diwujudkan dengan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Di dalamnya terdapat sikap-sikap sebagai berikut:
- Menyadari dan mengakui sebagai orang berdosa di hadapan Allah, sehingga berada di bawah penghukuman Allah.
- Menyadari dan mengakui bahwa dengan kekuatan sendiri manusia tidak mungkin mampu menyelamatkan dirinya dari penghukuman Allah itu, sehingga secara mutlak membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
- Memahami (karena pemberitaan) dan mengakui sebagai benar (karena pertolongan Roh kudus) bahwa di dalam Yesus Kristus, Allah mengerjakan penyelamatan bagi manusia.
- Mengenai keselamatannya (kelepasan dirinya dari penghukuman Allah), mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus saja, Sola Christos.
Agar penghayatan akan anugerah keselamatan (Sola Gracia) yang diresponi dengan mau beriman kepada Allah (Sola Fide) dengan memegang teguh bahwa hanyalah Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat satu-satunya di dalam kehidupannya (Sola Christos) maka diperlukanlah bimbingan dan tuntunan untuk tetap menguatkan dan memampukan kita menjalaninya dengan tekun dan setia sampai akhir kehidupan ini. Tuntunan dan bimbingan itu disediakan Tuhan secara nyata melalui kebenaran firmanNya. Di mana kita semua dapat mempelajarinya melalui Alkitab. Kesaksian dalam Alkitab kita yakini sudah cukup bagi kita untuk membimbing dan mengarahkan kita, itulah yang disebut dengan Sola Scriptura. Biarlah kita tetap taat dan setia menghidupi ajaran ini di dalam perjalanan kita dan menjadikannya sebagai kesaksian bagi setiap orang yang berada bersama kita. Terkhusus untuk Saudara-saudara yang hari ini menerima Sakramen Baptis Kudus maupun Pengakuan Percaya, tetap taat dan setia dalam anugerah keselamatan yang dinyatakan dalam Tuhan Yesus Kristus sampai Tuhan datang kembali.
Teriring salam kasih,
Forum pendeta.
Minggu, 19 Maret 2017
ANUGERAH ALLAH MENOPANG UMATNYA
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Tema kita dalam memasuki Minggu Pra Paskah ke-3 adalah ANUGERAH ALLAH MENOPANG UMATNYA. Pembacaan Alkitab berdasarkan leksionari untuk bacaan Injil adalah dari Injil Yohanes 4:5-42. Di Yohanes pasal 4 Tuhan Yesus Kristus mengadakan percakapan dengan seorang perempuan Samaria. Maksud percakapan itu tidak lain adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias kepada orang itu. Orang Samaria memang juga menanti-nantikan kedatangan Mesias seperti halnya dengan orang Yahudi. Hanya pemahaman mereka tentang Mesias agaknya tidak begitu jelas seperti pemahaman orang Yahudi.
Percakapan Yesus Kristus dengan perempuan Samaria di kota Sikhar itu dimulai dengan Yesus Kristus ”minta air untuk minum”, dari situ pindah ke soal ”air hidup” yang tidak akan menjadikan orang haus lagi. Ketika perempuan itu minta supaya diberi air hidup, ia disuruh memanggil suaminya. Inilah saatnya Tuhan Yesus Kristus mulai mengungkapkan diri-Nya sebagai Mesias. Tuhan Yesus Kristus membuka kedok perempuan Samaria itu dengan mengatakan bahwa, perempuan itu telah mempunyai lima suami dan laki-laki yang sekarang bersama-sama hidup dengan dia itu juga bukan suaminya. Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini menjadikan perempuan itu berkata: ”Tuhan, nyata sekarang padaku bahwa Engkau seorang nabi.” Perempuan itu menyadari bahwa orang yang dihadapinya itu bukan sembarang orang, sehingga mulailah ia membelokkan pembicaraaan dan menanyakan tentang hal ”berbakti kepada Allah yang benar”. Di mana hal itu dapat dilakukan, di Yerusalemkah, seperti yang dikatakan orang Yahudi atau di bukit Gerisim, seperti yang dilakukan para nenek-moyang orang Samaria itu. Kesempatan itu dipakai Tuhan Yesus Kristus untuk berbicara kepadanya, dalam Yohanes 4:23-24 yang berbunyi demikian “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Allah adalah Roh, artinya kehadiran Allah tampak dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang menghidupkan. Maka pernyataan Yesus yang mengatakan “harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran”, artinya orang tersebut harus menyembah Allah di tempat di mana kehadiran-Nya secara dinamis dirasakan dan dialami, yaitu di dalam Mesias.
Perempuan Samaria itu memahami maksud Tuhan Yesus Kristus yang demikian itu, tampak dari perkataannya kepada Tuhan pada ayat 25 “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kesempatan ini segera ditanggapi oleh Tuhan Yesus Kristus, dengan mengatakan Dia sendirilah Mesias yang dinanti-nantikan itu.
Perempuan Samaria itu menerima anugerah ALLAH di dalam Tuhan Yesus Kristus, sebab Tuhan Yesus sendiri yang memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias (Kristus) dan anugerah itu menopang, menyertai dan memampukan dia hidup saksi-Nya. Ia bersaksi kepada penduduk kota Samaria, bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Mesias (Kristus). Allah Bapa yang Roh adanya dari kekal sampai kekal, telah memperkenalkan diri-Nya secara penuh dan sempurna dengan cara yang sangat manusiawi di dalam Diri, Tuhan Yesus Kristus. Demikianlah hidup setiap kita, sebagai umat-Nya, kita pun harus menyaksikan tentang Tuhan Yesus Kristus dengan berani. Allah di dalam RohNya akan selalu menopang, menyertai dan menolong umat-Nya sampai akhir zaman.
Teriring salam kasih,
Forum pendeta
Minggu, 26 Maret 2017
MELIHAT TAPI BUTA
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat ini kita memasuki minggu Pra Paskah ke-4. Bagaimana persiapan kita menyongsong peringatan akan anugerah keselamatan yang memberikan kita hidup dan jaminan? Mungkin kita agak kaget dengan pertanyaan tersebut. Perlakuan orang terhadap Natal dan Paskah terasa perbedaannya. Ketika Natal hampir tiba, dari jauh hari sudah banyak persiapan yang dilakukan, perasaan yang riang, menyenangkan dan penuh sukacita terpancar. Marilah kita mengingat bahwa sukacita Paskah seharusnya berlipat-lipat dari sukacita Natal. Karena peristiwa Paskah lah kita bisa memiliki sukacita dan hidup. Menyongsong Paskah dengan perenungan akan makna hidup sebagai orang percaya dan pembaharuan komitmen kita dalam hidup sebagai anak-anak Tuhan.
Pada hari Minggu Pra Paskah ke 4 ini, kita diajak untuk belajar dalam perenungan dengan tema : MELIHAT TAPI BUTA yang didasarkan dari bacaan Injil Yohanes pasal 9. Orang Farisi dapat dikategorikan sebagai orang yang dapat ‘melihat’ yaitu orang yang mengenal dan mempelajari hukum Taurat sebagai Hukum Tuhan. Hukum yang dapat menggambarkan keberkenanan Tuhan untuk manusia menjalani hidupnya sebagai umat pilihanNya. Namun, yang terjadi dalam kehidupan orang Farisi dan tertular kepada kebanyakan orang Yahudi adalah mereka menjadi ‘buta’ walaupun hidup menjalani ketentuan Taurat. Mereka mengklaim diri sebagai umat pilihan, melakukan tindakan-tindakan religious yang seolah-olah berkenan kepada Tuhan tetapi pada saat yang bersamaan menutup hati dan hidupnya pada karya dan maksud Tuhan. Orang-orang ini hanya mau melihat apa yang ada pada rasio/akal mereka sehingga untuk pekerjaan Tuhan yang melampaui rasio, mereka menjadi buta.
Inilah yang ditunjukkan dalam Mukjizat penyembuhan seorang buta di Injil Yohanes 9. Orang yang tidak dapat melihat sejak dari lahirnya itu dipakai Tuhan, untuk melakukan karya Allah Bapa yang besar, yang memberinya penglihatan. Kisah ini terjadi pada hari Sabat, sehingga menimbulkan perbantahan dari pihak orang-orang Yahudi dan Farisi yang sangat legalis. Di mata mereka, Tuhan Yesus tidak mungkin berasal dari Allah, Ia termasuk orang berdosa dan Dia bukanlah Mesias (Kristus), Raja Ilahi yang dari Allah, yang dinanti-nantikan umat-Nya di sepanjang zaman (ay.8-33). Orang yang tidak bisa melihat itu mengalami mujizat kesembuhan secara berlipat-lipat. Sekarang, ia bisa melihat, secara jasmani namun juga secara rohani ia menerima pengampunan dosa dan keselamatan dari Allah, karena hatinya terbuka, sehingga ia mampu mengenal Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia (=Mesias/Kristus) dan percaya kepada-Nya. Ia sujud menyembah-Nya (ay.35-38). Tetapi orang Farisi tetap dalam kebutaan rohaninya karena mereka menutup diri terhadap karya Sang Mesias.
Biarlah hati kita senantiasa terbuka akan karya Roh Kudus, melihat setiap kebesaran karya Allah di dalam kehidupan kita sehingga kita mengalami perubahan dan pembaruan terus menerus sampai kita mati. Kehidupan religious kita bukan hanya sekedar legalistis dan rutinitas belaka tetapi senantiasa dihayati dan mau belajar menerima karyaNya yang tidak terbatas sehingga jangan sampai kita dikatakan seperti tema kita: MELIHAT TAPI BUTA.
Teriring salam kasih,
Forum pendeta.