
MEMBERI YANG TERBAIK BAGI TUHAN
Dalam suasana tenang dan penuh syukur, kita diajak untuk merenungkan kembali perjalanan iman kita di masa Prapaskah ini. Minggu Prapaskah ke-5 mengingatkan kita akan kasih dan pengorbanan Yesus yang membawa kita semakin dekat pada peristiwa sengsara-Nya.
Memberi dengan Cinta
Markus 14:3–9 bercerita tentang seorang perempuan yang dengan tulus mencurahkan minyak narwastu yang mahal ke kepala Yesus. Ia tidak ragu memberi yang terbaik untuk Tuhan sebagai wujud kasih dan penghormatan. Meski tindakannya dikritik, Yesus justru memuji perbuatannya. Ia melihat hati yang memberi, bukan hanya nilai pemberiannya.
Sikap Kita Saat Ini
Di masa Prapaskah ini, kita pun diajak bertanya pada diri sendiri: Sudahkah aku memberikan yang terbaik untuk Tuhan? Apakah kita memberi hanya saat nyaman, ataukah kita bersedia berkorban demi Tuhan? Amsal 3:9–10 mengingatkan kita untuk menghormati Tuhan dengan hasil pertama dari segala yang kita miliki. Ini bukan soal jumlah, tetapi tentang ketulusan dan komitmen hati kita kepada-Nya.
Waktu untuk Membuka Hati
Mari gunakan masa Prapaskah ini untuk memperbarui komitmen kita. Berikan waktu terbaik untuk beribadah, layani dengan sukacita, dan persembahkan hidup kita bagi-Nya. Tuhan telah lebih dulu memberikan yang terbaik maka sekarang giliran kita untuk merespons dengan kasih.
Tuhan memberkati. Amin.
Dian
MENGELUKAN KARYA KASIHNYA
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya, “Sungguh orang ini orang benar!” (Lukas 23:47)
Sungguh menarik untuk diperhatikan, kapala pasukan, orang yang menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang menganiaya, menyesah dan menyiksa Yesus, terpesona dengan apa yang mengiringi kematian Yesus. Lebih dari pada itu ia memulikan Allah, karena diperkenankan berjumpa dengan Yesus di saat-saat akhir hidupnya: menjelang ajalnya. Kematian yang penuh penderitaan dan kehinaan, kematian yang diiringi dengan kengerian yang tiada terperikan, membuka kesadaran dalam diri kepala pasukan.
Momen yang luar biasa. Ia melihat Yesus bukan sebagai penjahat yang menderita dan mati karena karena menanggung hukuman. Bukan juga sebagai seorang yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang tiada terperikan karena kejahatan-Nya. Juga bukan sebagai orang yang mengalami kematian secara tragis di usia muda. Dalam diri Yesus yang tersalib, menderita, dihinakan, dan mati itu, ia mengakui: “Sungguh orang ini orang benar!” Pemazmur menyatakan Mazmur 25:8, “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”. Kematian Yesus dan tanda-tanda yang menyertainya membuat kepala tentara melihat Yesus sebagai orang yang benar. Ia menemukan kebenaran dalam diri Yesus yang mati tersalib. Ia menemukan jalan kepada Allah melalui kematian Anak Allah untuk dunia.
Apakah hal ini juga terjadi dalam kehidupan Saudara? Terus dan terus melihat dan memuliakan karya Allah dalam Kristus. Senantiasa menemukan momen dimana Saudara melihat karya Allah dalam hal-hal yang tidak terduga. Dan yang lebih penting lagi kita bisa menemukan kasih dan karya Allah di tengah-tengah pergulatan dan pergumulan hidup. Kepala pasukan berjumpa dengan Dia Yang Benar di tengah tanggung jawabnya yang harus memastikan pelaksanaan hukuman untuk Yesus berjalan dengan baik. Di Minggu Palma atau Minggu Sensara ini kita diajak untuk mengelukan karya kasih Allah dalam Yesus yang telah menderita dan mati untuk kita. bukan lagi daun palma dan pakaian yang kita hamparkan, tetapi seluruh kehidupan harus kita hamparkan untuk Yesus pakai sebagai alat bagi kemulian-Nya. Setiap saat. Setiap waktu. Dan setiap tempat.
Forum Pendeta
YESUS SUDAH BANGKIT, WARTAKANLAH!
Di tengah masyarakat yang sarat akan kesesakan, ketidakadilan, dan penderitaan, pasti terselip harapan akan hadirnya sosok yang akan mengubah keadaan. Dalam konteks bangsa Israel, tokoh yang ditunggu-tunggu adalah Mesias. Harapannya, sang pembebas ini hadir membawa atribut-atribut kekuasaan dan kekuatan dunia yang mampu membawa mereka membalikkan situasi yang ada. Namun, nyatanya kehadiran yang dinantikan itu di luar ekspektasi. Ia lahir ke dunia di dalam kesederhanaan dan berbagai keterbatasan. Tentu saja banyak orang yang menyangkal ke-mesias-an Yesus.
Dalam perjalanan hidup-Nya, Yesus tetap mengerjakan apa yang menjadi misi-Nya di dunia yaitu menyatakan keselamatan bagi manusia. Pelayanan yang Ia lakukan menggerakan hati banyak orang tapi juga memancing kelompok lain untuk terus menentang. Sayangnya yang menentang memiliki kuasa untuk menggerakkan masa dan menghasut banyak orang. Hasilnya, kehadiran dan pelayanan yang penuh dengan kasih dibalas dengan perlakuan keji dan kebencian. Dia merasakan makian, penyiksaan, sampai hukuman mati yang mengerikan. Kematian-Nya seolah menjadi bukti kekalahan atas kuasa dunia.
Berita kekalahan itu berbalik ketika para pengikut-Nya yang setia menjadi saksi akan kuasa Allah yang tak terbantahkan. Tubuh yang seharusnya terbaring di dalam kubur tidak lagi terlihat. Saat sedang keheranan, dua orang dengan pakaian yang berkilau memberitakan kebangkitan-Nya. Kesedihan yang begitu dalam mulai berubah menjadi kebahagiaan. Ketakutan dalam diri berbalik menjadi keberanian untuk memberitakan. Harapan yang tadinya hilang kembali meroket tak terhingga. Bukan kekalahan, melainkan titik lompat untuk menunjukkan Mesias itu sungguh menang dengan menakjubkan.
Kehadiran Yesus Kristus memang tidak serta-merta mengubah keadaan yang mengkhawatirkan menjadi ketentraman. Dia tidak mengubah situasi, melainkan mengubah hati para pengikut-Nya. Pada momen paskah ini marilah kita menghayati kemenangan Kristus dari maut sebagai penyataan kuasa Allah yang tidak masuk di akal manusia. Keselamatan yang kita terima dengan harga yang sangat mahal perlu direspon dengan sukacita dan semangat untuk mengubah diri serta mewartakan sukacita yang telah kita peroleh. Selamat Paskah! Selamat menghidupi dan mewartakan kebangkitan-Nya!
Forum Pendeta & Kategorial
MENGGULINGKAN BATU
Momen kebangkitan menjadi sebuah tanda bahwa Kristus sudah bangkit mengalahkan maut. Orang percaya akan selalu berfokus pada kubur yang kosong karena Ia sudah bangkit, hal ini tidak salah namun kurang lengkap dalam melihat momen kebangkitan.
Kubur kosong memang menjadi tanda bahwa Kristus telah mengalahkan maut tetapi peristiwa sebelumnya menjadi pintu gerbang dalam memahami kubur yang telah kosong tersebut. Momen tersebut adalah saat para perempuan yang datang pagi-pagi benar untuk menjenguk kubur namun mengalami kebingungan. Kebingungan tentang siapa yang akan menggulingkan batu kubur Tuhan Yesus Kristus. Markus 16:3 mencatat kebingungan tersebut “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari kubur?”. Pertanyaan tersebut menggambarkan bahwa para perempuan menyadari kelemahan serta kerentanan yang mereka miliki. Gambaran ini juga mungkin menjadi potret kehidupan yang sedang dijalani oleh setiap orang percaya saat ini.
Tuhan Yesus Kristus memang telah bangkit dari maut tetapi kebangkitanNya kadangkala terhalang oleh batu kubur yang terus tertutup. Pernyataan tersebut jika dikaitkan pada kehidupan masa kini bisa memiliki makna yang cukup mendalam. Kebangkitan yang selalu dirayakan oleh orang Kristen masa kini bukan hanya sekadar dekorasi yang ada di gedung gereja. Kebangkitan Tuhan yang sejati adalah melalui hati kita yang terbuka akan kebangkitanNya. Kadangkala, hati kita masih tertutup oleh “batu besar” yaitu ego pribadi sehingga kebangkitan Tuhan Yesus Kristus tidak pernah benar-benar nyata dalam kehidupan ini.
Pada momen menggulingkan batu kubur, kita mengetahui bahwa Tuhan yang membuka agar setiap orang dapat menengok kubur kosong. Berangkat dari pemahaman tersebut, orang percaya diajak untuk menyadari bahwa kebangkitan Tuhan dapat benar-benar bisa diwartakan jika kita mau memberi diri untuk “digulingkan batu kubur” oleh Tuhan. Dengan menggulingkan batu kubur yang ada di hati setiap kita maka setiap orang percaya dimampukan untuk mewartakan kebangkitan yang ada. Pewartaan tersebut adalah dengan setiap kita mengambil peran untuk dapat membawa damai sejahtera dan sukacita kepada setiap orang yang ditemui. Selamat menghayati kebangkitan Tuhan serta “menggulingkan batu” agar Kristus dapat berkarya melalui hidup kita.
Forum Pendeta


