LONE WOLF

Kalau kita cari arti lone wolf di internet, maka yang muncul adalah penjelasan tentang kepribadian seseorang yang memilih untuk bertindak, bekerja, dan melakukan segala sesuatu sendiri. Secara singkat, lone wolf adalah ungkapan yang menggambarkan seorang penyendiri. Istilah ini sebenarnya terinspirasi dari perilaku hidup serigala (wolf). Menurut wolfcenter.org, sebenarnya serigala merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Namun dalam suatu kondisi kekurangan sumber makanan dan mencari pasangan- ada anggota kawanan yang memilih untuk meninggalkan kelompoknya. Bukan karena mereka merasa lebih baik hidup sendiri, melainkan untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Jadi, lebih tepat rasanya jika lone wolf diartikan sebagai sebuah fase untuk mengusahakan hidup dengan menemukan atau menciptakan lingkungan yang baru.

Kondisi yang mirip dirasakan oleh Paulus setelah perjumpaan dengan Yesus. Ia menjadi lone wolf ketika meninggalkan ‘kawanan’ lamanya dan menemukan hidup di dalam Kristus. Dalam kesaksiannya yang tertulis di Filipi 3:13b-14, ia berkata, “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus .” Dalam perjalanannya, ia pergi ke tempat tempat baru untuk menemukan lingkungan baru (rekan sekerja) dan menciptakan lingkungan baru lewat kesaksiannya. Perbedaan dengan lone wolf secara harfiah adalah dia tidak benar-benar sendiri karena Allah yang mengutus dan menyertainya. Perbedaan lainnya karena dia bergerak bukan sekedar untuk bertahan hidup melainkan untuk mengusahakan serta merayakan anugerah kehidupan.

Ketika memutuskan untuk memasuki tahap baru dalam kehidupan seperti masuk ke tempat kerja baru, membentuk keluarga baru, melanjutkan studi ke tempat yang baru, atau bahkan menjadi pribadi yang diperbarui masing masing dari kita akan menjadi lone wolf. Dalam fase ini mungkin kita dituntut untuk melakukan banyak perubahan. Dinamika yang dihadapi dengan kesadaran bahwa kita harus bertanggung jawab atas pilihan yang diambil akan membentuk pribadi menjadi lebih kuat layaknya seekor lone wolf. Perbedaannya adalah kita tidaklah benar-benar lone (sendiri) dan kita bukan wolf yang sekedar bertahan hidup. Tuhan akan menemani dan menolong umat-Nya dalam mengusahakan dan merayakan anugerah yang telah Ia berikan.

Arnold


ULAR YANG MENGGANTI KULIT (Efesus 4:23-24)

Apa yang ada dalam ingatan kita jika membicarakan ular? Kebanyakan dari kita mungkin merasa lebih baik tidak berurusan dengan hewan melata dan bersisik ini. Sama seperti kebanyakan hewan reptil, ular juga rutin mengganti kulitnya. Pergantian kulit di kalangan reptil umumnya terjadi karena ketika tubuh mereka bertambah besar, kulitnya tidak ikut bertambah besar, sehingga diperlukan kulit yang baru untuk menyesuaikan diri. Pergantian kulit untuk ular sendiri juga berguna untuk menghilangkan parasit yang bersarang di kulit lamanya. Namun berbeda dengan reptil yang lain, cara ular berganti kulit unik karena mereka tidak memiliki anggota tubuh yang dapat membantu dalam melepaskan kulit lamanya. Mereka menggunakan batang kayu, tanah, atau batu batuan untuk membuka lapisan sisik lamanya agar sisik yang baru terlihat.

Dalam menjalani kehidupan, manusia juga perlu mengganti kulit. Bukan kulit secara harafiah, melainkan sifat maupun pikiran-pikiran buruk yang tidak lagi sesuai dengan ciri orang Kristen yang hidup menurut teladan Kristus. Mengganti kulit merupakan proses memperbarui dan diperbarui. Paulus dalam Efesus 4:22-23 mengatakan, “yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu”. Mungkin saja saat ini pikiran kita sudah didominasi oleh keinginan-keinginan untuk memuaskan diri dengan cara yang salah. Nafsu yang menyesatkan ini bertahan karena kita memelihara kebiasaan-kebiasaan untuk berkompromi dengan dosa dalam waktu lama sehingga ketika melakukannya kita tidak lagi merasa bersalah. Memiliki kemauan untuk memperbarui dan membuka diri untuk diperbarui oleh roh merupakan awal dari proses mengganti kulit. Proses ini akan terus berlangsung selama kita hidup mengingat kita tidak akan pernah mencapai titik kesempurnaan. Namun buat kita yang bersungguh-sungguh, roh akan menolong kita dalam berganti kulit dan menjadi pribadi yang dibarui setiap harinya.

Hidup dengan iman berarti membuka diri untuk diubahkan. Sebelum bisa mengubah perilaku, kita perlu menerima pertolongan Roh Kudus agar pikiran kita diba rui dan bisa hidup sebagai manusia baru. Mari menanggalkan manusia lama dan memulai proses untuk ‘mengganti kulit’.

Arnold


BURUNG BEO (Efesus 4:23-24)

Saat masih SD dulu, saya pernah berkunjung ke rumah seorang nenek yang baru pertama kali saya datangi. Sesampainya di sana kami langsung diajak ke ruang terbuka di bagian belakang rumah. Ketika sampai ke ruangan itu, ada suara yang tidak saya kenal berkata “shalom.” Saya kaget karena tidak melihat orang lain selain opung, papa, mama, kakak, dan adik saya. Sempat bingung tapi semuanya menjadi jelas setelah diberi tahu bahwa yang berbicara itu adalah burung beo.

Burung beo terkenal sebagai hewan yang dapat berbicara. Dengan kelebihan ini burung beo sering dijadikan pilihan untuk dijadikan hewan peliharaan di rumah karena terlihat dan terdengar lucu. Sebenarnya, mereka tidak benar-benar bisa berbicara dengan bahasa spesies yang lain. Mereka hanya mereplika suara yang didengar. Beredar banyak video tentang burung beo yang sering mendengarkan kata-kata umpatan dari tuannya dan jadi biasa mengumpat ketika ada orang yang datang. Mereka tidak mengerti apa yang didengar apalagi yang diucapkan.

Sepanjang sejarah umat manusia, banyak pribadi atau kelompok yang sering ‘membeo’. Tidak terkecuali orang Kristen. Mereka yang tidak benar-benar mengerti nilai atau ajaran yang mereka akui percaya. Akibatnya, seperti burung beo, mereka hanya ikut-ikut apa yang sedang berkembang dan dibicarakan dalam suatu kelompok masyarakat. Akibatnya, pondasi iman mereka tidaklah kuat dan mudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran lain yang tidak sesuai. Paulus berulang kali mengingatkan jemaat Kristen mula mula untuk berhati h ati karena banyak nabi palsu yang mencoba menyesatkan mereka. Pada suratnya untuk jemaat di Tesalonika Paulus berpesan: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21). Melalui pesan ini Paulus mengajak pengikut Kristus untuk menjadi pribadi yang kritis agar pondasi iman mereka kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh ajaran yang tidak sesuai. Apalagi, di zaman sekarang ini kita disodorkan dengan banyak sekali informasi dan ajaran-ajaran dalam bentuk tulisan, video, maupun audio.

Burung beo menjadi makhluk yang unik karena bisa mereplika suara-suara yang mereka terima meskipun tidak memiliki kemampuan untuk mengerti arti dari suara itu. Manusia diberikan akal budi untuk menyaring dan mempertanyakan suara-suara yang diterima. Marilah kita memanfaatkan keunikan kita untuk semakin bertanggung jawab dengan iman yang kita pegang.
Hati-hati, jangan membeo!

Arnold


NYAMUK (Lukas 12:15)

Berdengung dan membuat gatal. Dua hal inilah yang identik dengan nyamuk. Hewan ini dianggap pengganggu manusia karena seringkali mengusik ketenangan ketika sedang bersantai atau berkegiatan di dalam maupun luar ruangan. Bagi beberapa orang, perilaku nyamuk ini cukup memancing amarah. Ada yang memanfaatkan tenaganya untuk menepuk nyamuk sebanyak mungkin, tapi ada juga yang memanfaatkan kelemahan nyamuk untuk ‘membalas dendam’. Ketika sedang kesal karena nyamuk yang tiada habisnya, saya biasanya menunggu mereka hinggap di kulit dan menghisap darah sebanyak-banyaknya sampai perutnya penuh yang terlihat ketika perutnya sudah membesar. Memanfaatkan kondisi mereka yang sudah tidak lincah lagi saat bergerak, di saat itulah saya menepuk nyamuk itu.

Perilaku nyamuk ini menjadi gambaran sifat manusia yang tidak tahu kata cukup. Ketika tidak ada pergolakan, terasa tidak ada ancaman, dan membawa kepuasan, manusia cenderung terus memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan tanpa mempedulikan orang lain. Ada yang akhirnya merampas hak orang lain, ada juga yang waktunya habis menimbun materi dan mengabaikan keluarganya. Seolah-olah hidup hanya tentang memuaskan tubuh yang fana melalui barang yang fana juga. Ketika sudah mulai lengah, saat itulah pertahanan kita terhadap ancaman dosa menjadi lemah. Tanpa disadari seseorang sudah sampai di titik kehilangan segalanya, mulai dari waktu, kepercayaan dari orang terdekat, kesempatan untuk melayani dengan tulus, bahkan kesehatan tubuh. Kehidupan yang harusnya dinikmati dengan penuh rasa syukur dan sukacita bersama orang-orang terkasih dan menolong sesama, berakhir dengan penyesalan.

Menjadi pribadi yang tidak berlebihan dalam mencari materi dan tahu kata cukup adalah pesan renungan di minggu ini. Tuhan Yesus mengatakan dalam Lukas 12:15 “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaannya itu.” Kita dapat dengan mudah mencari kasus tokoh terkenal yang karena ketamakannya merampas hak orang lain. Bisa jadi juga kita bisa belajar dari orang yang kita kenal. Dengan mudah juga kita bisa menemukan contoh orang yang hidup dalam kesederhanaan namun bahagia. Bahkan dalam kekurangannya masih tetap berbagi dengan yang lain.

Kehidupan ini bisa kita peroleh karena kasih karunia Allah. Dengan begitu kita juga hidup untuk belajar mengungkapkan rasa syukur. Jangan sampai kita menjadi seperti nyamuk yang terbuai situasi. Seolah-olah mendukung untuk mengenyangkan perut sendiri padahal sebenarnya kita sedang dijebak. Tahu rasa cukup, tahu rasa syukur.

Arnold